KAMULAH YANG KU TUNGGU

undefined
undefined. undefined

Gue Rima, menjadi seorang wanita uang di sukai banyak lelaki teramat sulit untukku. Aku harus menolak lelaki yang bukan kriteriaku

"Aaaaaaaaaaa gue bebaaassssss, gue udah lepas ini putih abu-abu sekarang gue pake baju bebaaasss. Kost gue kooossstttt"

"Emang lo bisa jauh dari nyokap Rim?"

"Entahlah Ta (Frinta sahabatku), gue juga gak tau. Yang penting bisa ngemall gue tiap hari"

"Otak lo shopping mulu, gak semudah yang lo bayangkan. Itu kata kakak gue"

Musik yang menjiwai kebebasanku pun berseru di radio swasta tersebut

"Ayooo semuanyaaa bebasss lepaasss"

"Rim kok Taufan diem aja ya?"

"Fan ayo dong biasanya lo selalu semangat denger lagu ini"

"Kita bakal pisah guys, gue dapet beasiswa kuliah di Jepang. Seneng sih tapi gak bisa gue pisah dari kalian sahabat terbaik gue"

"Yailah Fan lu ke Jepang mah silahkan yang penting kita happy aja dulu"

"Sorry subuh gue harus jalan sampai sana"

Frinto (sahabatku) meliriknya dengan mata tajam

"Tenang bro gue Frinto akan mengelilingi Indonesia dan share ke lo"

"Gue Rima bakal ngasih lo gelang ini, yang lo mau"

"Oh jadi kalian begitu? Fine gue Fresti akan memberikan kalian kalung persahabatan hanya untuk mengingat jaman nakal kita dahulu"

Begitulah sahabat-sahabatku saat lulus sekolah. Aku mengingat kembali kenangan bersama mereka, Fresti duduk sendiri di kantin dengan menikmati bekalnya

"Boleh kenalan?"

"Oke, gue Frinta IPA 1. Nama lo siapa?"

"Gue Rima IPA 2"

Datanglah 2 pemuda dengan penampilan yang sangat berantakan mendatangi kami

"Hei ciwi ciwi cantik banget sih malian, kenalan dong. Gue Frinto cowo paling tampan satu angkatan ini"

"Tampan darimana  coba? Gue Taufan temennya Frinto yang kepedean ini"

Aku tersenyum manis dan mempersilahkan mereka untuk bergabung

"Udah sini sama kita, kasian bener lo cuma berdua aja"

"Iya iya kita duduk ya samping lo"

Aku mengangukan kepala tanda setuju dengan menikmati makan siang bersama, aku tak sadar melihat lelaki dengan muka seperti Do Ming Tse

"Do Ming Tse, sekolah disini?"

Frinto menjelaskan begitu tepat dan cepat

"Dia ketua osis yang kasih mos ke gue kemaren, anaknya pinter dan cerdas namanya Riko"

"Riko?"

Terlintas di telingaku dan tak asing bagiku, dari namanya dan raut wajahnya. Riko mendatangiku seraya ingin berkenalan denganku

"Nama gue Riko, IPA 3 kelas 12"

"Ah iya gue Frinta salam kenal"

"Bukan lo, cewe terindah dan makhluk terimut samping lo"

"Rima salam kenal kak"

"Ah salam kenal Rim, salam kenal semua. Boleh gue duduk disini?"

2 lelaki sok tampan tersebut mempersilahkan Riko untuk duduk disamping mereka

"Duduk kak, disini samping Rima"

"Udah kalian aja, gue samping cewe manis ini aja"

Kita ngalor ngidul (bercanda) membicarakan kelemahan dan kelebihan kita masing-masing. Saat ini aku bersama temanku ingin kerumah kak Riko

"Ah kalian bikin gue kangen sama kak Riko, main yok ke rumahnya"

Dalam perjalanan menuju rumah Riko Taufan masih berdiam diri tak berbicara banyak, memikirkan persahabatan kita ini

"Ke desa kita?"

"Gak kali Rim, kita ke rumah yang lama"

"Semalem gue nelpon kak Riko katanya dia tinggal daerah bogor"

Frinto melajukan mobilnya dengan sangat cepat sampai kita semua tak mampu bernafas

"Frintoooo jangan sarap deh ini bukan arena balap (seorang pembalap), inget lo bawa cewee"

“terlalu semangat nih”

Ketika itu Rinto membawa seorang wanita dengan anggunnya bernama Revi yamg merupakan adiknya sendiri, membawakannya dengan sangat cepat

“I love you woorrlldd”

“ka awas di depan ada…”

Mobil tersebut tertabrak pembatas jalan yang tak jauh dari tempatnya saat ini menuju rumah kak Riko, Fresti bergumam dengan kebawelannya

“gimana ya bang Riko? Tambah ganteng gak dia? Udah ada istri belum ya?”

aku yang sedang galau mencubit tangan Frinta“bawel amat sih lu”

Handphoneku bergetar di saku rok sma ku saat ini

“kak Riko nelpon gue”

“angkat Rima, buruaannn”

Aku mengangkat telepon tersebut dengan hati yang gelisah, Frisya yang bawel daritadi menyuruhku untuk loudspaker semuanya

“Rim bisa ketemu di basecamp kita aja gak?”

“iya kak, udah mau sampe kok”

Setiap malam minggu kita berlima selalu jalan ke daerah puncak hanya untuk sekedar mencari ketenangan dengan kondisi apapun. Kak Riko nyeletuk dengan senyuman manisnya

“sering banget kita kesini, gimana kalo kita jadiin basecamp aja?”

“boleh kak, ide bagus tuh”

“Joni (teman baik kak Riko) gimana kalo dijadiin basecamp?”

Joni pergi begitu saja tanpa memikirkan apapun deñgan senyuman dan tatapan sinisnya

Frinta menghampirinya “bang bang bang, lu ngapa si?”

“gak apa kok santai aja, kumpul gih sama yang lain. Gue lagi pengen sendiri”

Frinta hanya menganggukan kepala tanda mengerti dan menemani Joni yang sedang kalut tersebut

“Ta ambilin obat gue di tas?”

Frinta teriak dan tak kenal situasinya “gaak bang, lo mau mati sia-sia apa?”

Kita menghampiri mereka dengan sangat terkejut dan gelisah saat itu

“Ta lo gak apa kan? Kenapa lo teriak?”

“gue gak apa Rim, santai aja ya lo. Cuma kaget aja, bang Joni bawa narkoba”

Rikopun memarahi Joni dengan kerasnya “gila lo Jon gak pernah berhenti, jangan mati sia-sia disini”

“apaan si kalian, gue pusing ambilin obat sakit kepala”

Kita semua tertawa mengingat kisah yang begitu menggelikan sekali, wajah Frisya terlihat sangat malu dan mencubiti diriku dengan keras

“sakit dudul pipi gue”

“ini jalanan ngapa masih hutan lindung yak?pohonnya masih banyak aja”

Dengan cepat Frinta mengingat kejadian tentang penamaan hutan linndung ini

“ini hutan lindung gue lo yang kasih nama kan Rim? Akibat selalu inget sama mantan lo jadi dinamakan hutan lindung”

“wah kampret juga lu ternyata, ingetin hal kaya gitu. Udah lama juga ya”

Frinto menanyakan tempat biasa dahulu kita nersama ketika malam minggu tiba

“bener kan disini lokasinya? Lupa gue beda banget”

“iya bener kok, itu ada gebetannya Frinta”

“waahhh abamg yang pernah sakit kepala, kaaaa apa kabaarr?”

“Aahh anak-anak kampret? Kemana aja kalian, Frinto bisa lulus juga lo?”

“rese lu mah, bisalah”

Aku mencari yang sedang ku cari tetapi fak ditemukan

“kak, Riko mana? Kok belum keliatan ya?”

“kangen ya lo sama dia? Oh dia lagi di jalan”

“biasa aja kok gue”

Riko datang membawa seorang anak kecil kembar yang sangat manja kepadanya, Frinta dan Frinto meledekku dengan ulah konyol mereka

“cia cia cia ada yang patah semangat nih kayanya”

“lah si taufan tumben diem aja dia, biasanya paling duluan dia masalah begini”

“mau pindah dia bang di negeri sakura, makanya bingung dia”

Taufan hanya tersenyum dengan anggukan sangat cepat tersebut

“iya bener banget”

Frinta berbicara bersama Riko dengan lantangnya

“bang itu anak lo? Rima cemburu banget tadi”

“rese lu Frin, cengin gue mulu”

“santai ya Rima sayang, ini ponakan kok by the way gue masih nunggu lo kok”

Setahun yang lalu Riko menembakku dengan taapan mata yang begitu serius

“Rim, kita udah kenal lama mau kan lo sama gue?”

“sorry kak, gue nganggep lo sahabat lagipula gue gak mau pacaran dulu”

“okeh”

Keesokan paginya saat aku ingin berangkat sekolah Riko menjemputku tepat di depan rumahlu tersebut

“tau darimana kak rumah gue?”

“Rim, gue punya mulut bisa tanyalah sama orang-orang”

Aku menganggukan kepala seraya berjalan menuju depan jalan raya (rumah gue masuk gang) bersama dengan Riko. Sambil berjalan kita mengobrol tenttang diri masing-masing

“lo tuh keren banget Rim, disaat semua orang meminta kendaraan lo malah pengen naik angkot, padahal nyokap lo bisa beliin”

“yang bisa beli nyokap, gue mah belum bisa. Biasaanya gue nabung dulu”

“ah boong banget lu, itu lu bisa beli iphone 6”

“ah lu kak ini mah gue kerja ngelembur mulu makanya bisa dapet ini hp”

“hebat banget sih lo, disaat semua orang pengen ke mall. Lo malah kerja”

“gue kerja di shibel atore kak”

“ha? Seriusan? Itu mah deket sama rumah gue. Toko langganan gue, gak pernah gue liat lo”

Kita tertawa mendengar ceritaku tersebut , denggan senyuman manisku. Tanganku digandeng oleh Riko menuju ke puncak yang paling tertinggi

“gue ulang lagi ya perkataan gue yang udah lama itu mau gak lo jadian sama gue?”

“gue mau kok sama lo ka”

“serius?”

Aku menganggukan kepala dengan senyuman yang cerah dan semangat di depan teman-temanku dan keponakannya. Beberapa tahun kemudian setelah aku lulus kuliah aku dilamar dan menikah dengannya, saat ini aku memiliki 2 orang anak yang sangat lucu

FINISH


_SE_

Your Reply