Gue Riska, berasal dari keluarga sederhana yang menginginkan segala sesuatunya dengan kemandirian
"Heeii lo bengong? Kenapa?"
"Ah ga apa kok, yuk kita ke kelas"
Sesampainya di kelas aku menemui cowo super keren dan kece seantero jagat raya ini
"Kemana aja lo? Baru masuk sekarang"
"Gue gak kemana-mana selalu diantara kalian semua"
"Udah kaya satan aja lo ada dimana-mana"
Aku menemui teman kecilku yang berada disebelahku
"What's up mba bro, kemana aja?"
"Gue sakit, badan gue panas"
"Waahh cepet sembuh yaa cantik"
"Thankyou thankyou"
Aku sembuh dengan sangat cepat dan kondisiku semakin membaik dari hari ke hari
"Ka, baik deh lo cantik lagi"
"Kenapa Tik? (tika sahabatku)"
"Bantuin gue deketin sama kakak kelas kita ya, dia ganteng banget gue cinta mati sama
dia"
"Oalah Riko? Yaelah dia? Muka biasa aja lu sukain"
"Yang penting vulus dong"
"Dasar matre, gitu-gitu Riko pernah nembak gue. Ya gue terima pacaran sampe sekarang malah"
Riko (kekasih hati) mendatangiku dengan muka yang tersenyum manis
"Halo cantik, makin hari tambah manis aja ini muka"
"Gombal banget sih kamu pagi ini, hati-hati kebanyakan gombal kena serangan makin cinta"
"Biarin, aku emang udah cinta mati kok sayang banget sama kamu"
Tika dengan kesal dan mengamuk "jadiin aja gue sebagai nyamuk yang berterbangan di pagi hari"
"Yahilah sini deh temen baik gue ngamuk, peluk sini beb peluk"
Riko izin padaku untuk pamit ke sebuah tempat yang tidak aku mengerti tempatnya
"Yang aku jalan ya nanti malem sama anak-anak"
"Mau kemana kamu? Udah kelas 2 loh harus belajar dikit lagi mau uas"
"Affan (abang gue dan sahabat Riko) menang lomba grafiti cabang nasional kan hari ini? Mau kasih surprise gitulah"
"Lah iya dia menang, tumbenan kemaren dia nraktir gue makan sushi gitu"
"Tumben dia doyan makanan begitu, biasanya muntah dia"
"Gak mungkin muntah dia mah, tiap lebaran tanteku selalu bawa sushi dari jepang"
"Oke, aku balik ke kelas ya cinta"
Bell tanda masuk berbunyi dengan nyaringnya sampai Tika menanyakan padaku
"Lo serius jadian sama Riko?"
"Yailah gue serius kali masa main-main"
"Gue sama abang lo aja deh, tajir juga kan dia. Berduit gitulah"
"Kita gak sekaya mereka kok, kerja keras adalah modal kita berdua"
"Gue mau dong sushi di toko lo yang katanya paling enak"
"Oke pulang langsung cabs ke toko gue"
Sepulang sekolah aku dihadang teman abangku tersebut dengan langkah kebingungan
"Eh anak kecil, kemana aja lo?"
"Udah putih abu-abus gini kan udah gede, lagian gue juga punya penghasilan"
"Affan mana? Kok gak keliatan?"
"Abang gue? Dipindah ke Ausi sama bokap, jalannya ya sekarang. Pulang gue kerja palingan langsung jalan dia"
Riko datang dengan sikap cueknya tersebut
"Iya Affan pergi ke Ausi, dia gak sendiri kok masih ada Roni abangnya dia. Sekarang udah kuliah"
"Jangan diingetin, udah tau gue sama Roni berantem mulu. Gak pernah akur, gak ada temen curhat kan"
"Lagian dia juga udah jalan jam 9 pagi tadi, gue nganterin dia dan kasih lo surat ini"
For my lil sista yang suka ambekan
Jangan berantem mulu sama abang kita yang kacau itu, yang selalu ngisengin dan diam-diam menguping pembicaraan kita. Gue gak lama kok, cuma sebentar begitu lulus gue bakal bikin tembok kamar lo paling keren sepanjang masa. Jangan nangis apus air mata lo. Gue ngedadak jalan pagi karena suruhan bokap yang kian lama nyiksa batin gue
Kaka ganteng lo
Affan
Air mataku menangis kian deras, dipeluknya aku oleh Riko yang tak bisa berucap kata-kata lagi
"Cengeng banget sih lo, pake acara nangis segala. Ribet tau kalo sampe pingsan lagi"
"Gak bakalan pingsan sekarang mah"
Riko menyeka air mataku dengan sigap dan sangat cepat
"Udah jangan nangis lagi ya wanita terindahku you are the one and only"
"Gombal mulu lu mah"
Rinto (sahabat abangku) meledekku dengan kerasnya
"Yailah celebek ya celebek"
Aku dan Riko berbicara secara bersamaan
"Kalo celebek emang kenapa? Masalah banget apa sama lo? Makanya jangan jadi jones, benerin tuh muka"
"Ah kalian itu kata-kata gue kenapa kalian yang pake, barengan lagi udah ini mah sampe nikah"
"Amin amin ya rabbal alamin"
"Yah bakal jadi obat nyamuk nih gue kaya biasanya, abang lo sama Tika dan lo sama Riko"
"Masih ada kakak gue kok Rika namanya, emang jarang main sih anak teladan doi. Beda 180 derajat sama abang gue"
"Jadi, Affan punya kembaran? Cantik gak?"
"11 12 sama bang Affan"
"Sayang, aku jalan ya sama Tika udah janji soalnya mau ke toko"
"Mau aku anterin aja sayang?"
"Gak usah sayang? Aku bisa sendiri kok"
"Feeling aku gak enak loh sama kamu"
"Hmm, okelah"
Diperjalanan banyak duri-duri tajam dengan cekatan aku memegang pinggangnya
"Tumben megang pinggang, biasanya ogah-ogahan"
"Serem lewat sini, kenapa gak lewat jalan biasa sih"
"Macet lewat jalan biasa mah"
Aku menyiapkan alat dan bahan yang menjadi toping handalanku tersebut
"Chef Riska siap untuk mempertarukan makanan ini"
Diperjalanan pulang aku melihat beberapa orang sedang berjalan dengan cepatnya, Tak sengaja Riko menabrak separator jalan. Aku tak sadarkan diri, setelah terbangun aku melihat sekekeliling dan tak mengingat apa yang baru saja terjadi. Rino abangku pergi dari rumah entah kemana sedangkan Rika kakaku selalu menjagaku disamping, aku melihat sosok lelaki yang mengintipku dengan senyuman manis. Aku tak mengenali dia, yang ku tau dia adalah lelaki yang pernah manaruh hatinya untukku. Aku kembali ke sekolah dengan hal baru dan petualangan baru
FINISH