nama gue Bimo, gue cowo yang tidak dapat berbicara dikarenakan aku gagu. aku memasuki SLB di daerah jakarta, hanya saja beberapa guruku menyampaikan kalau aku lebih baik masuk ke sekolah yang biasa saja, saat penjurusan di SMA aku didaftarkan di sekolah Cinta Kasih. Aku memiliki teman wanita yang sangat baik padaku. Saat perkenalan diri aku hanya dapat tersenyum
"nama saya Bimo, saya tinggal di Pondok Indah, keluarga saya sangat baik pada saya" aku berbicara dengan sopannya sambil menggunakan bahasa isyarat
"wayaahh ganteng - ganteng gagu" Panji teman sekelasku meledekku dan diikuti tertawaan yang lain
"woy lo jangan gitu dong nji, kasian Bimo lo ga punya hati ya dari dulu" Setep membelaku dengan sadisnya
"lah gue gak ada hati tep?apa bedanya sama lo yang dulu nolak gue" Panji meledek Setep dan diikuti tertawaan teman kelasku
"sudah sudah kalian ini berantam saja" Bu Monic guru Matematikaku melerai mereka
Setep langsung berjalan ke arahku dan duduk disampingku, aku hanya dapat tersenyum manis sambil menunduk
"sudah biarkan saja Panji seperti itu, toh dari jaman dulu dia gak akan berubah" Setep menggunakan bahasa isyaratnya dengan fasih
aku hanya dapat menganggukan kepala sambil tersenyum manis, jam kedua pun dimulai kali ini guru tersebut tidak masuk
"woy anak tuna wicara, sekolah aja sana di SLB" Panji memakiku dengan sadisnya sambil neloyor kepalaku
aku hanya dapat tersenyum manis diperlakukan seperti itu oleh Panji, teman sekelasku langsung tertawa dengan kerasnya
"jangan gitu lo Nji, kita kan gak tau tentang dia. Siapa tau dia lebih cerdas dibanding lo Nji" Wira membelaku dengan senyuman manisnya
"Wir ko lo belain dia sih?mau gue tonjok lo?" Panji mengancam Wira dan ingin segera menonjoknya
"tonjok aja Nji gue siap lahir batin, buat membela yang benar" Wira memegang tangan Panji supaya dia menonjoknya
"udah ra, udah ngomong sama Panji gak ada gunanya. udah dimasukin biawak jadi gitu" Setep melawak dan tertawa dengan kerasnya
Panji langsung memukul Setep dengan hebatnya sampai Panji mengalami luka dibagian lengan karena kuda - kuda Setep yang sangat bagus dan lihai, jam istirahatpun dimulai, semua anak - anak sekelasku langsung berhamburan kecuali aku, Setep dan Wira yang masih berada dikelas. Aku dan Wira hanya dapat bengong melihat kejadian tersebut
"tep lo keren sumpah, belajar dimana lo kaya gitu?" Wira penasaran dengan semua itu
"belajar dari Panji dulu waktu gue masih deket" Setep tersenyum sangat manis
"makan yuk, laper nih" aku menggunakan bahasa isyaratku
"tep ngomong apaan dia?" Wira penasaran dengan bahasa isyaratku
"katanya dia laper mau makan"Setep menjelaskan sejelas mungkin
"yaudah kita makan sekarang" Wira menggandeng tangan Setep dan aku
sesampainya dikantin Panji berulah kembali dengan membullyku, Setep dan Wira dengan lantangnya
"hei gagu ngapain lo kesini?" Panji memakiku dengan kerasnya, sambil menarik kerah bajuku
"lo ngapain ganggu dia Nji?" Setep memarahi Panji sambil mendorongnya
"sorry Tep, gue baru inget kalau ade lo gagu ya" Panji tertawa dengan kerasnya
"Nji sakit jiwa lo ya, ngeledekin orang seenaknya aja" Wira ingin menonjok Panji dibagian perut
"inget dulu Nji, lo itu pernah nyakitin hatinya Bobi sampai dia kabur dari rumah. Lo kerjain dia abis - abisan lo lupa?" Setep memarahi Panji sambil menahan air mata
Setep menahan air matanya dan menahan pukulannya dengan sabar dan Wira pun terkena bullyan Panji
"Wir, lo inget gak lo tuh dulu buta" Panji tertawa dengan kerasnya
"iya gue inget, makanya sekarang gue ada hati Nji, gak kaya lo ga punya hati" Wira memaki Panji sambil berjalan ke arah tempat duduk
"kalian sabar ya, semua pasti ada jalan keluarnya" aku meenggunakan bahasa isyaratku
Dengan tergesa - gesa aku pulang kerumah dengan hati yang gelisah melihat kejadian barusan di depan mataku sendiri, tentu saja orangtuaku penasaran apa yang terjadi denganku
"Bimo ada apa denganmu?" Ibuku terus menanyakannya padaku
"aku gak apa - apa bu" aku tak ingin membuatnya cemas
ketika malam tiba, aku yang sedang asik bermain line dengan teman baruku. tiba -tiba mendapatkan bbm dari teman kecilku Sandra
"parah deh kelakuan Panji makin menjadi gue bingung ngadepin dia kaya gimana lagi" Sandra bbm aku dengan emot sedih
"emang Panji kenapa lagi?" aku menjawab bbmnya sambil tiduran
"biasa deh dia, ngeledek temen satu kelas gue yang gagu gitu" dengan emot sedihnya Sandra membalas bbmku
"bairin aja San, kan kamu tau dia orangnya emang begitu" aku membalas bbmnya dengan penuh duka dihati
setahun berlalu aku bersekolah disini, aku memasuki kelas IPA. kelas yang sangat ku idamkan karena pelajaran yang pasti dan membuatku lebih menjadi orang yang berguna, saat pelajaran berlangsung guruku memberitahukan bahwa aku layak untuk mengikuti olimpiade sains tahun bersama kedua kawanku.
"anak - anak tahun ajaran baru sedang berlangsung, tetapi saat ini dinas pendidikan ingin sekali memberi peluang kepada kalian untuk mengikuti olimpiade sains yang diadakan di Senayan 27 Maret 2009. Ini daftar yang mengikuti olimpiade dikelas kalian. Dengan seadil - adilnya saya akan menyerahkan kepada Bimo Bobianto, Setepani Yunitasari dan Wira Widianto untuk mengikuti olimpaide sains SMA" guruku tersenyum bangga melihat semua ini
"kita ikut olimpiade WIr, Bim ga salah denger kan?" Setep menangis dengan terharu
aku diberikan contoh soal tanya jawab oleh guruku, aku diberikan kertas HVS untuk menjawab soal dengan cepat dan tepat dapat aku kerjakan, tiba saatnya aku mengikuti olimpiade bahasa inggris, dengan soal yang begitu mudah aku dapat menjawabnya dengan bantuan kedua temanku Setep dan Wira. Awal menjawab amat susah, aku mendapatkan celaan dari panitia dan sekelilingku. Tibalah soal terakhir
"soal nomer terakhir, Apakah yang dimaksud dengan present tense" Panitia memberikan pertanyaan yang sangat mudah
"kajadian yang berlangsung saat ini, fakta dan aktifitas sehari - hari" aku memberitahukan lewat kertas dan diawab oleh Wira yang ternyata jawabannya paling tepat
aku menunggu keputusan dari Panitia untuk mengetahui juara olimpiade tahun ini, jantungku berdegup dengan cepat
"juara ketiga olimpiade bahasa inggris jatuh kepada SMA Permata hati" semua orang memberikan tepuk tangan yang meriah
"nahloh kita yang brapa nih?" Setep ketakutan kemudian tak disengaja memegang tanganku dengan eratnya
"juara kedua jatuh kepada SMA Berlian Harapan, perwakilan silahkan maju kedepan" semua orang bertepuk tangan dengan senangnya
"eh juara 1 nih gimana dong, kalo kita ga dapet. abis deh kita" Setep ketakutan sambil memegang tanganku dan tangan Wira dengan eratnya
"juara 1 jatuh kepada SMA Cinta Kasih, untuk perwakilan silahkan maju kedepan" semua bertepuk tangan dengan sangat bahagia
Setep berlompat - lompat kegirangan yang disusul oleh senyuman terindah yang pernah aku lihat dari teman kecilku Sandra dan Wira memelukku dengan senangnya, kita bertiga menuju podium di depan dengan semangatnya
"aku pulang duluan ya, soalnya kasian ibu dirumah sendirian" aku menggunakan bahasa isyarat kemudian tersenyum dengan manis
sesampainya di rumah aku melihat 3 orang polisi dan ibu - ibu yang sudah tidak muda lagi, diikuti dengan 2 orang laki - laki berbadan besar.
"nak, ini mama kamu" ibu - ibu tersebut memelukku dengan tersenyum
"bukan, ini ibukuku yang merawatku dari aku kecil" aku mendekatkan diri pada ibu sambil memeluknya dengan erat
"nak, maaf ibu tidak menceritakan tentang kamu, jadi waktu kamu masih umur 5 tahun. Ibu melihat kamu berjalan - jalan sendiri dengan kebingungan, seperti tidak tahu arah. Akhirnya ibu mengangkatmu sebagai seorang anak dan ibu mendidikmu supaya kamu menjadi orang yang berguna di masyarakat kelak" ibuku menjelaskan dengan mata yang berkaca - kaca
"tapi kenapa ibu tidak bilang padaku" aku mengeluarkan air mata yang tak dapat aku bendung lagi
"ibu tidak mau kehilangan kamu, lebih baik kamu ikut bersama ibu kandung kamu" ibuku menyarankanku seperti itu
aku hanya dapat menganggukan kepala dengan tersenyum manis, sambil menyiapkan beberapa tas dan peralatan sekolahku, didalam mobil ibu kandungku menjelaskan semuanya tentangku
"kamu,seorang anak cerdas Bobby, mama salut padamu. kamu mempunyai seorang kaka dan abang kembar bernama Wikara Farhan Aksara dan Stevani Sandra Aksara, kamu disekolahkan waktu berumur 7 tahun" ibu kandungku menjelaskan dengan tersenyum
aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum menandakan aku mengerti semuanya, sesampainya dirumahku yang baru. Aku melihat Setep dan Wira duduk bersantai di ruang keluarga sambil menonton televisi sambil bercanda
"itu kedua kakakmu Bob, berkenalan sana" ibuku tersenyum dengan manisnya
"lah, mam ini sih temen kita yang paling cerdas dan pinter" Setep dan Wira berbicara bersamaan
"oalah kamu bersekolah di Cinta Kasih juga?" ibu kandungku kaget mendengar hal tersebut
"iya, bu aku bersekolah disana menggunakan beasiswa" aku tersenyum dengan manisnya
"eh Mo, nanti malem pokoknya kita jalan - jalan, nonton aja gimana?" Setep menawarkanku dengan bahagianya
"ah tep, otak lo nonton mulu main di timezone gimana Bim" Wira menyikut lenganku dengan bahagianya
"ah sama aja lo mah, dikit - dikit timezone bosen ah, ujungnya main tembak - tembakan" Setep terlihat ngambek
"aku pengen dirumah saja, mengerjakan tugas - tugas untuk esok hari" aku menengahkan mereka berdua
"ah ga asik lo Bim" Setep terlihat cemberut
aku tak bisa melihat Setep cemberut seperti itu karena dia orang yang pernah ada dihatiku seperti seorang saudara sendiri
"oke deh tapi kita ngerjain tugas dulu ya sekarang, supaya nanti malam enak perginya" aku tersenyum dan secepatnya mengerjakan tugas
Setep yang dipanggil Sandra dan Wira yang dipanggil Farhan dan Aku Bimo dipanggil Bobby ketika didalam rumah
"cara ngerjainnya ini gimana Bob, pusing" Sandra mencolekku dan menanyakan hal tersebut padaku
"oalah caranya begini San" aku memberitahukan cara mengerjakan soal tersebut
Farhan mengerjakan soal dengan mudahnya dan dengan cepat kita menyelesaikannya, ketika malam tiba kita berjalan - berjalan menuju Citos (Cilandak Townsquare). Aku melihat bintang - bintang dilangit yang sedang tersenyum padaku dengan riangnya, didalam mobil Wira kita tertawa - tawa melepas penat dengan meledek Setep atas kejadian pagi tadi.
"aahh kalian, itu gue cuma ketakutaann. kalo ga masuk final, kita bisa digigit sama bu Lia (guru killerku yang mengajarkan bahasa inggris)" Setep menjelaskan dengan ekspresi ketakutan
aku dan Wira tertawa dengan kerasnya, aku mengelitiki Setep dengan hati yang sangat gembira. Akhirnya kita sampai dan aku masih tidak mempercayai semua ini, karena sahabat terbaikku yang selalu membelaku adalah keluargaku sendiri
FINISH
No Comments
IMPIAN TERINDAHKU
undefined
undefined. undefined
undefined. undefined

