CINTAKU ADALAH SAHABATKU

undefined
undefined. undefined

Setelah Rico memilih Caca aku langsung pergi ke Jepang untuk melanjutkan kuliah disana, 2 tahun lamanya aku berada disana. Sepulangnya aku ke Indonesia aku melihat Rick bersama wanita lain. Aku menyapanya tetapi diabaikan. Aku melihat Caca sedang berbicara dengan beberapa teman dekatnya di SMA Vico, Fiki, Citra dan Vanya di taman tempat aku dan Rico bertabrakan dan pertama kali kita dekat, aku berjalan bersama 2 temanku Witri dan Nina

"Na, ngapain balik ke Jakarta lo ga penting banget kali disini," Vico memakiku. aku hanya terdiam saja tak ingin mencari ribut

Aku di taman terus menerus dibully oleh mereka berlima, Rico yang sedang berjalan - jalan dengan pasangan barunya tidak mengetahui hal tersebut. Bila mereka keterlaluan aku selalu pulang kerumah dan menangis dalam rumahku, hanya Witri dan Nina yang mengetahui hal tersebut. 

"lo jadi penyiar ya Na, gue udah rekomen lo banget ini ke anak - anak" Citra tersenyum

"oh oke Cit, atur aja jadwalnya okeh" aku tersenyum manis

"oke oke" Citra tersenyum

Akupun menjadi penyiar radio dkampus baruku bersama Caca dan teman - teman lamaku jaman SMA, Citra yang mengetahui mimpiku sejak SMA langsung merekomendasikanku menjadi seorang penyiar kampus. Akupun sangat terkejut mendengar hal tersebut, aku memasuki sebuah ruangan disana terdapat beberapa orang baru dan juga Fiki.

"hai, perkenalkan diri dahulu" Lion tersenyum

"nama gue Liliana Larasati, dipanggil Ana, gue anak semester 3 pindahan dari university of Tokyo" aku memperkenalkan diri

"oke Na, cukup bagus bisa kita coba sekarang?" Lion mengujiku

"haihai smua sobat selaras campus, gue Ana penyiar baru disini" introku 

"intro yang cukup bagus, okay kamu keterima disini ya Ana selamat," Lion memberikanku selamat

semenjak semester 3 aku menjalani aktivitasku sebagai seorang penyiar radio kampus dan ada yang tidak menyukaiku ketika aku sedang siaran, aku mendengar hal tersebut dari Witri dan Nina

"Naaaaaa, lo jadi penyiar kampus?" Witri penasaran 

"iya wit, kenapa?" aku kebingungan

"Vico ga suka kalo lo siaran Na, kemarin gue denger dia ngomong kalau lo siaran gak usah didengerin" Nina menambahkan 

Lionpun mendatangiku dan mengatakan satu hal yang membuatku bangkit untuk menjadi seorang penyiar tahan banting

"udah Na jangan dengerin omongannya Vico, dia itu emang begitu suka mencela orang lain," Lion menyemangatiku

"iya yon, Thank you ya" aku tersenyum

Dengan sesegera mungkin aku pulang kerumah dan tanteku ingin mengantarkan kue ke rumah Riko, hanya saja aku yang mengetahui kediaman rumah Rico. Selama setahun aku menutup hatiku untuknya.

"Na, rumah Rico dimana?" tanteku berteriak

"bekasi tan" aku tersenyum

"punya nomer hpnya ga?tante udah nelpon ga aktif nih" tanteku kebingungan

"ko, jadi gak pesanan black forestnya" aku sms Riko

selang beberapa jam hpku berdering, aku ditelpon Riko dengan malasnya aku mengangkat telponku

"kenapa lo telpon?" aku malas berbicara

"ah gak, gue kangen sama lo" Riko tampak bersemangat

"eh jadi ga nih kue nya" aku menanyakannya

"jadi Na jadi" Riko terkejut

"yaudah, nanti gue anter kerumah lo ya" aku tak bersemangat

Dengan secepat kilat aku langsung menuju rumah Riko dengan ngedumel dan ditengah perjalanan aku melihat seseorang sedang menunggu dijemput, rupanya Clara menunggu kekasih pujaan hatinya Fiki dan disini aku mulai dibully oleh mereka semua

"Ra, ngapain disini?" aku penasaran

"nunggu Fiki ni Na lama banget" Clara tersenyum

"emang mau kemana lo?" aku penasaran

"mau kerumah Fiki," ucap Clara polos

"barengan gak?" aku membawa motor kesayanganku

"gak usah Na, itu ada Fiki ko udah jemput," Clara langsung berlari menuju Fiki

Keesokan paginya ketika aku sedang membaca beberapa buku di perpustakaan kampus, aku didatangi Caca and the gank. Akupun diseret keluar perpustakaan

"ini ada apaan sih tiba - tba nyuruh gue keluar" aku kebingungan

"maksud lo apa coba ngajak bareng Clara, mau sombong lo?baru punya motor bebek rongsok aja belagu" Vanya memakiku

"gue kan mau ngajak bareng, salah ya?" aku kebingungan

Akupun langsung di maki oleh mereka secara bersama - sama, setelah mereka puas aku kembali ke perpustakaan dengan air mata berlinang. Penjaga perpustaakn pun penasaran

"kenapa Na?" Vira penjaga perpussekaligus temanku kebingungan

"gak apa - apa ko Vir santai aja" aku tersenyum

"udahlah Na, jujur sama gue lo di maki - maki kan sama mereka?" Vira menyikutku, aku hanya dapat mengangguk.

"Na, biarin mereka kaya gitu, yang penting lo udah baik sama mereka daripada lo nangis gini, gimana kalo kita beli ice cream" Vira membujukku

"iya yuk Ra sekalian pengen makan pasta" aku tersenyum

"dasar lo ya Na, udah dikasih jantung minta hati. Pengen diajakin makan ice cream malah pengen pasta juga," Vira mengelitikku

"ampun Ra, ampun mau gue nangis lagi?" aku tersenyum manis

"Nah gitu dong Na, itu baru Liliana Larasati yang gue kenal" Vira merangkulku

Dengan cepat aku langsung keluar dari radio kampus karena satu hal dan aku beralasan karena nilaiku makin turun secara drastis setelah mengikuti siaran dikampus, aku langsung menikmati pasta rasa ice cream disamping kampus

"eh Ana, lagi makan nih disini. wuidih ice cream coklat enak nih. buat gue ya?" Vanya langsung mengambil

"ambil aja Nya, sok atuh" aku tersenyum

"heh Nya, lo jangan kaya gitu dong. Lo kan tau Ana ini cuma ngandelin uangnya sendiri, kalo lo mau lo bisa beli Nya, bukan minta tanpa ngomong. Punya sopan santun ga sih lo," Nino langsung emosi

"kamu lebih membela Ana dibanding aku, dia juga biasa aja" Vanya emosi

"dia biasa aja, aku ini sahabat Ana dari dulu. Aku tau dia itu ga ikhlas ngasih buat lo" Nino emosi

"udahlah No, masih aja emosian gak apa - apa kok No biar dia senang aja. bahagia gitu" aku tersenyum, Vanya pun langsung berlari begitu saja

"wudih yang baru pulang dari japan, gak ngomong nih. by the way udah bisa move on belum nih dari kadal buntung satu itu" Nino menggodaku

"udah sih kemarin, cuma gitu No tiba - tiba doi mesen kue ditempat tante gue jadi gagal deh" aku tersenyum

"tau ini No, udah gue suruh move on gak bisa - bisa katanya, kalo udah kangen ujungnya ke perpus mewek dia" Vira tersenyum

"ah dasar cewe sok bisa dapetin banyak cowo, hati benerin dulu baru mainin hati cowo," Nino mengelus rambutku sambil tertawa

"No, itu kan buat...," omonganku dipotong

"buat pelampiasan?biar dia cemburu?lo bego, bukan gitu caranya Ana cantik," Nino terlihat serius

"trus gimana No?gue cape disakitin mulu" aku menangis

"pake prestasi lah Na," Nino dan Vira berbicara bersamaan

"lagian kan Na, nilai lo turun semua" Vira mengingatkanku

"iya juga sih Ra, pinter lo tumben. okelah daripada gue galau gak jelas mendingan gue belajar" aku tersenyum

"anak manja, anak manja" Nino mengacak - acak rambutku

"No, inget ya ini rambut udah gue sisir selama 7 hari 7 malem, 40 hari 40 malem," ucapku lebay

"iya iya Liliana Larasati yang susah moveon" Nino mencium keningku

"apa sih lo No, nyium nyium gue segala. Lo pikir gue ini kaya Vanya yang gampang dicium gitu aja?" aku langsung mengejarnya

"karena gue sayang sama lo dari dulu, tapi lo ga sadar mulut bawel," Nino mencubit pipiku dan langsung kabur

"ahilah Nino sini lo jangan langsung cabut" aku mengejarnya sampai perpustakaan

"ampun bawel ampun" Nino masih tertawa terbahak - bahak 

aku melihat Vira hanya menggeleng - gelengkan kepala saja melihat kelakuan kita seperti anak yang baru lulus SMA dan tak mengenal apapun

"kalian berdua ini memang cocok" Vira menggelengkan kepala

"cocok darimana Ra, gue sama dia aja cuma sahabatan. Cara sahabatan kita memang seperti ini" aku tersenyum

"udah ah Na, gue cape ketawa mulu. Dari dulu sampe detik ini lo ga berubah Na, tetep aja otak lo dikit. Mau lo sekolah di jepang tetep aja dikit" Nino menertawaiku

"Ninoooo" aku menjabak rambutnya

"piss Na piss, tapi jujur gue sayang sama lo Na,"muka Nino berubah menjadi serius

"lo sayang sama gue karena gue ini cantik kan?" aku sedikit tertawa

"gue serius Na, serius," Nino memegang tanganku

"sejak kapan lo suka sama gue" aku penasaran

"sejak pertama kali kita bertemu sayang aja waktu itu lo belum bisa move on dan ga ada kabar pengen ke Jepang, jujur gue kangen sama lo. Kenapa lo gak ngabarin gue si Na?" Nino penasaran

"waktu itu gue lagi pengen sendiri dulu No, akhirnya gue putusin buat pergi ke Jepang dan balik ke Indo setelah gue bisa move on dari kadal itu" aku menjelaskan semuanya

"oalah gitu ya Na, jujur gue kehilangan lo waktu itu. sekarang lo mau kan jadian sama gue," Nino memegang erat tanganku

"tapi Vanya gimana?" aku penasaran

"gue udah putus kok dari Vanya 2 bulan yang lalu" Nino tersenyum, aku hanya dapat menganggukan kepala saja

"eh Na, No lupa kalo ada gue disini" Vira tersenyum

"aahh bibib ku bibib Vira," aku memeluknya

"akhirnya temen gue dua2nya jadian juga alhamdulillah" Vira merangkulku

"hidup harus terus berjalan Ra" aku tersenyum

"buseh ni anak tiba - tiba bahasanya jadi bener," Nino nyeletuk kemudian kabur

"Nooo" aku langsung berlari mengejarnya

"piss Na, piss" Nino langsung memelukku dengan erat

Sampai hari ini detik ini aku masih bersama Nino sampai akhirnya aku menikah dengannya dan saat ini aku memiliki 2 anak sekaligus, nasib Vanya and the gank? mereka pun kerja dikantoran yang gajinya tidak seberapa dan tentu saja atasan mereka adalah Nino dan aku

FINISH

Your Reply