nama gue Bimo, gue cowo yang tidak dapat berbicara dikarenakan aku gagu. aku memasuki SLB di daerah jakarta, hanya saja beberapa guruku menyampaikan kalau aku lebih baik masuk ke sekolah yang biasa saja, saat penjurusan di SMA aku didaftarkan di sekolah Cinta Kasih. Aku memiliki teman wanita yang sangat baik padaku. Saat perkenalan diri aku hanya dapat tersenyum
"nama saya Bimo, saya tinggal di Pondok Indah, keluarga saya sangat baik pada saya" aku berbicara dengan sopannya sambil menggunakan bahasa isyarat
"wayaahh ganteng - ganteng gagu" Panji teman sekelasku meledekku dan diikuti tertawaan yang lain
"woy lo jangan gitu dong nji, kasian Bimo lo ga punya hati ya dari dulu" Setep membelaku dengan sadisnya
"lah gue gak ada hati tep?apa bedanya sama lo yang dulu nolak gue" Panji meledek Setep dan diikuti tertawaan teman kelasku
"sudah sudah kalian ini berantam saja" Bu Monic guru Matematikaku melerai mereka
Setep langsung berjalan ke arahku dan duduk disampingku, aku hanya dapat tersenyum manis sambil menunduk
"sudah biarkan saja Panji seperti itu, toh dari jaman dulu dia gak akan berubah" Setep menggunakan bahasa isyaratnya dengan fasih
aku hanya dapat menganggukan kepala sambil tersenyum manis, jam kedua pun dimulai kali ini guru tersebut tidak masuk
"woy anak tuna wicara, sekolah aja sana di SLB" Panji memakiku dengan sadisnya sambil neloyor kepalaku
aku hanya dapat tersenyum manis diperlakukan seperti itu oleh Panji, teman sekelasku langsung tertawa dengan kerasnya
"jangan gitu lo Nji, kita kan gak tau tentang dia. Siapa tau dia lebih cerdas dibanding lo Nji" Wira membelaku dengan senyuman manisnya
"Wir ko lo belain dia sih?mau gue tonjok lo?" Panji mengancam Wira dan ingin segera menonjoknya
"tonjok aja Nji gue siap lahir batin, buat membela yang benar" Wira memegang tangan Panji supaya dia menonjoknya
"udah ra, udah ngomong sama Panji gak ada gunanya. udah dimasukin biawak jadi gitu" Setep melawak dan tertawa dengan kerasnya
Panji langsung memukul Setep dengan hebatnya sampai Panji mengalami luka dibagian lengan karena kuda - kuda Setep yang sangat bagus dan lihai, jam istirahatpun dimulai, semua anak - anak sekelasku langsung berhamburan kecuali aku, Setep dan Wira yang masih berada dikelas. Aku dan Wira hanya dapat bengong melihat kejadian tersebut
"tep lo keren sumpah, belajar dimana lo kaya gitu?" Wira penasaran dengan semua itu
"belajar dari Panji dulu waktu gue masih deket" Setep tersenyum sangat manis
"makan yuk, laper nih" aku menggunakan bahasa isyaratku
"tep ngomong apaan dia?" Wira penasaran dengan bahasa isyaratku
"katanya dia laper mau makan"Setep menjelaskan sejelas mungkin
"yaudah kita makan sekarang" Wira menggandeng tangan Setep dan aku
sesampainya dikantin Panji berulah kembali dengan membullyku, Setep dan Wira dengan lantangnya
"hei gagu ngapain lo kesini?" Panji memakiku dengan kerasnya, sambil menarik kerah bajuku
"lo ngapain ganggu dia Nji?" Setep memarahi Panji sambil mendorongnya
"sorry Tep, gue baru inget kalau ade lo gagu ya" Panji tertawa dengan kerasnya
"Nji sakit jiwa lo ya, ngeledekin orang seenaknya aja" Wira ingin menonjok Panji dibagian perut
"inget dulu Nji, lo itu pernah nyakitin hatinya Bobi sampai dia kabur dari rumah. Lo kerjain dia abis - abisan lo lupa?" Setep memarahi Panji sambil menahan air mata
Setep menahan air matanya dan menahan pukulannya dengan sabar dan Wira pun terkena bullyan Panji
"Wir, lo inget gak lo tuh dulu buta" Panji tertawa dengan kerasnya
"iya gue inget, makanya sekarang gue ada hati Nji, gak kaya lo ga punya hati" Wira memaki Panji sambil berjalan ke arah tempat duduk
"kalian sabar ya, semua pasti ada jalan keluarnya" aku meenggunakan bahasa isyaratku
Dengan tergesa - gesa aku pulang kerumah dengan hati yang gelisah melihat kejadian barusan di depan mataku sendiri, tentu saja orangtuaku penasaran apa yang terjadi denganku
"Bimo ada apa denganmu?" Ibuku terus menanyakannya padaku
"aku gak apa - apa bu" aku tak ingin membuatnya cemas
ketika malam tiba, aku yang sedang asik bermain line dengan teman baruku. tiba -tiba mendapatkan bbm dari teman kecilku Sandra
"parah deh kelakuan Panji makin menjadi gue bingung ngadepin dia kaya gimana lagi" Sandra bbm aku dengan emot sedih
"emang Panji kenapa lagi?" aku menjawab bbmnya sambil tiduran
"biasa deh dia, ngeledek temen satu kelas gue yang gagu gitu" dengan emot sedihnya Sandra membalas bbmku
"bairin aja San, kan kamu tau dia orangnya emang begitu" aku membalas bbmnya dengan penuh duka dihati
setahun berlalu aku bersekolah disini, aku memasuki kelas IPA. kelas yang sangat ku idamkan karena pelajaran yang pasti dan membuatku lebih menjadi orang yang berguna, saat pelajaran berlangsung guruku memberitahukan bahwa aku layak untuk mengikuti olimpiade sains tahun bersama kedua kawanku.
"anak - anak tahun ajaran baru sedang berlangsung, tetapi saat ini dinas pendidikan ingin sekali memberi peluang kepada kalian untuk mengikuti olimpiade sains yang diadakan di Senayan 27 Maret 2009. Ini daftar yang mengikuti olimpiade dikelas kalian. Dengan seadil - adilnya saya akan menyerahkan kepada Bimo Bobianto, Setepani Yunitasari dan Wira Widianto untuk mengikuti olimpaide sains SMA" guruku tersenyum bangga melihat semua ini
"kita ikut olimpiade WIr, Bim ga salah denger kan?" Setep menangis dengan terharu
aku diberikan contoh soal tanya jawab oleh guruku, aku diberikan kertas HVS untuk menjawab soal dengan cepat dan tepat dapat aku kerjakan, tiba saatnya aku mengikuti olimpiade bahasa inggris, dengan soal yang begitu mudah aku dapat menjawabnya dengan bantuan kedua temanku Setep dan Wira. Awal menjawab amat susah, aku mendapatkan celaan dari panitia dan sekelilingku. Tibalah soal terakhir
"soal nomer terakhir, Apakah yang dimaksud dengan present tense" Panitia memberikan pertanyaan yang sangat mudah
"kajadian yang berlangsung saat ini, fakta dan aktifitas sehari - hari" aku memberitahukan lewat kertas dan diawab oleh Wira yang ternyata jawabannya paling tepat
aku menunggu keputusan dari Panitia untuk mengetahui juara olimpiade tahun ini, jantungku berdegup dengan cepat
"juara ketiga olimpiade bahasa inggris jatuh kepada SMA Permata hati" semua orang memberikan tepuk tangan yang meriah
"nahloh kita yang brapa nih?" Setep ketakutan kemudian tak disengaja memegang tanganku dengan eratnya
"juara kedua jatuh kepada SMA Berlian Harapan, perwakilan silahkan maju kedepan" semua orang bertepuk tangan dengan senangnya
"eh juara 1 nih gimana dong, kalo kita ga dapet. abis deh kita" Setep ketakutan sambil memegang tanganku dan tangan Wira dengan eratnya
"juara 1 jatuh kepada SMA Cinta Kasih, untuk perwakilan silahkan maju kedepan" semua bertepuk tangan dengan sangat bahagia
Setep berlompat - lompat kegirangan yang disusul oleh senyuman terindah yang pernah aku lihat dari teman kecilku Sandra dan Wira memelukku dengan senangnya, kita bertiga menuju podium di depan dengan semangatnya
"aku pulang duluan ya, soalnya kasian ibu dirumah sendirian" aku menggunakan bahasa isyarat kemudian tersenyum dengan manis
sesampainya di rumah aku melihat 3 orang polisi dan ibu - ibu yang sudah tidak muda lagi, diikuti dengan 2 orang laki - laki berbadan besar.
"nak, ini mama kamu" ibu - ibu tersebut memelukku dengan tersenyum
"bukan, ini ibukuku yang merawatku dari aku kecil" aku mendekatkan diri pada ibu sambil memeluknya dengan erat
"nak, maaf ibu tidak menceritakan tentang kamu, jadi waktu kamu masih umur 5 tahun. Ibu melihat kamu berjalan - jalan sendiri dengan kebingungan, seperti tidak tahu arah. Akhirnya ibu mengangkatmu sebagai seorang anak dan ibu mendidikmu supaya kamu menjadi orang yang berguna di masyarakat kelak" ibuku menjelaskan dengan mata yang berkaca - kaca
"tapi kenapa ibu tidak bilang padaku" aku mengeluarkan air mata yang tak dapat aku bendung lagi
"ibu tidak mau kehilangan kamu, lebih baik kamu ikut bersama ibu kandung kamu" ibuku menyarankanku seperti itu
aku hanya dapat menganggukan kepala dengan tersenyum manis, sambil menyiapkan beberapa tas dan peralatan sekolahku, didalam mobil ibu kandungku menjelaskan semuanya tentangku
"kamu,seorang anak cerdas Bobby, mama salut padamu. kamu mempunyai seorang kaka dan abang kembar bernama Wikara Farhan Aksara dan Stevani Sandra Aksara, kamu disekolahkan waktu berumur 7 tahun" ibu kandungku menjelaskan dengan tersenyum
aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum menandakan aku mengerti semuanya, sesampainya dirumahku yang baru. Aku melihat Setep dan Wira duduk bersantai di ruang keluarga sambil menonton televisi sambil bercanda
"itu kedua kakakmu Bob, berkenalan sana" ibuku tersenyum dengan manisnya
"lah, mam ini sih temen kita yang paling cerdas dan pinter" Setep dan Wira berbicara bersamaan
"oalah kamu bersekolah di Cinta Kasih juga?" ibu kandungku kaget mendengar hal tersebut
"iya, bu aku bersekolah disana menggunakan beasiswa" aku tersenyum dengan manisnya
"eh Mo, nanti malem pokoknya kita jalan - jalan, nonton aja gimana?" Setep menawarkanku dengan bahagianya
"ah tep, otak lo nonton mulu main di timezone gimana Bim" Wira menyikut lenganku dengan bahagianya
"ah sama aja lo mah, dikit - dikit timezone bosen ah, ujungnya main tembak - tembakan" Setep terlihat ngambek
"aku pengen dirumah saja, mengerjakan tugas - tugas untuk esok hari" aku menengahkan mereka berdua
"ah ga asik lo Bim" Setep terlihat cemberut
aku tak bisa melihat Setep cemberut seperti itu karena dia orang yang pernah ada dihatiku seperti seorang saudara sendiri
"oke deh tapi kita ngerjain tugas dulu ya sekarang, supaya nanti malam enak perginya" aku tersenyum dan secepatnya mengerjakan tugas
Setep yang dipanggil Sandra dan Wira yang dipanggil Farhan dan Aku Bimo dipanggil Bobby ketika didalam rumah
"cara ngerjainnya ini gimana Bob, pusing" Sandra mencolekku dan menanyakan hal tersebut padaku
"oalah caranya begini San" aku memberitahukan cara mengerjakan soal tersebut
Farhan mengerjakan soal dengan mudahnya dan dengan cepat kita menyelesaikannya, ketika malam tiba kita berjalan - berjalan menuju Citos (Cilandak Townsquare). Aku melihat bintang - bintang dilangit yang sedang tersenyum padaku dengan riangnya, didalam mobil Wira kita tertawa - tawa melepas penat dengan meledek Setep atas kejadian pagi tadi.
"aahh kalian, itu gue cuma ketakutaann. kalo ga masuk final, kita bisa digigit sama bu Lia (guru killerku yang mengajarkan bahasa inggris)" Setep menjelaskan dengan ekspresi ketakutan
aku dan Wira tertawa dengan kerasnya, aku mengelitiki Setep dengan hati yang sangat gembira. Akhirnya kita sampai dan aku masih tidak mempercayai semua ini, karena sahabat terbaikku yang selalu membelaku adalah keluargaku sendiri
FINISH
Archive for Februari 2016
IMPIAN TERINDAHKU
undefined. undefined
Category FANFICTION


SAUDARAKU YANG MEMBULLYKU
undefined. undefined
nama gue Nino cowo kutu buku yang sering terkena bully disekolah, gue termasuk anak yang rajin dan berprestasi. Gue cowo yang susah sekali bergaul karena sepulang sekolah gue harus berkerja untuk membantu kedua orang tua. Gue sayang dengan seorang wanita yang bekerja di tempat yang sama di restoran Cinta Kasih. gue bersekolah di Permata Hati
"woy kutu ngapain lo ngikutin kita" Rino cowo populer satu sekolah memakiku ketika sedang berjalan
"ga ko, aku cuma mau ngomong sama Rino masalah keluarga" aku ketakutan seraya memegang buku ku
"emang lo siapanya Rino sampai bilang keluarga" Tino dengan sombongnya mendorongku sampai terjatuh dan tertawa
aku sangat ketakutan melihat ulah mereka seperti itu, seketika ada segerombolan ms kece yang mendatangi mereka
"udah dong lo Rin, jangan kaya gitu sama Nino" Meila mendorong Rino dengan kesalnya
setelah itu Meila pergi meninggalkan kita semua dan aku dimaki - maki oleh Rino and the genk
"hey, kenapa sih Mei belain elo?" Rino memakiku sambil mendorongku ke arah selokan
"tau nih, elo itu gak pantes buat dibela sama dia, ngerti?" Tino menonjokku dengan sekeras mungkin dan kedua tanganku dipegang Momon dan Mimon
aku hanya dapat merinigis kesakitan dan tak ada seorangpun yang membantuku, aku menahan tangisku sebisa mungkin, datanglah sahabatku yang paling baik yang berasal dari negara Malaysia. Dia paling jago kalo sudah pelajaran sejarah. Dengan tampilan modis dan lebih kece apabila dibandingkan denganku bernama Mumun
"sudahlah kalian ni jangan kalian mengganggu Nino terus kasianla" Mumun menarik tanganku dari Momon dan Mimon
"ngapain sih lo belain si culun ini mun, lo itu cantik dan banyak cowo yang tergila - gila sama lo termasuk gue" Tino menggoda Mumun sambil memegang tangannya
"apa sih lo Tin, ngapain lo megang gue" Mumun langsung menampar Tino di koridor kelas
Mumu langsung mengajakku untuk pergi dari mereka dan mengajakku ke perpustakaan untuk membaca biografi terbaru.
"lo ngapain si takut sama adek lo, lawan aja No. Lo ganteng tau sebenernya" Mumun tersenyum malu dengan muka yang seperti tomat seraya memegang tanganku
"ah, kamu ini Mun bisa aja, jangan memujiku terlalu tinggi" aku tersenyum sambil berjalan ke arah perpustakaan dengan tangan menggandeng Mumun
sesampainya diperpustkaan aku melihat biografi seorang fisikawan Einstein yang menemukan rumus E = MC2 dan Luca Pacioli seorang bapak akuntansi yang hidupnya berdagang sampai menemukan double entry. Di perpustakaan aku membaca biografi tersebut, sampai aku mengeluarkan air mata membayangkan hidupku yang seperti ini
Sampai akhirnya aku membayangkan diriku yang sering dimaki - maki dan dibully untuk merubah penampilanku menjadi lebih baik. Keesokan harinya dengan berbekal uang hasil kerja kerasku yang aku kumpulkan untuk membeli sebuah topi dan baju yang kuinginkan.
"Mun temenin gue yok, ntar ke Tanah abang ya. Gue mau beli baju sama topi nih" ucapku dengan santai sambil duduk disampingnya
"yahilah anak kampung biasa belinya ya di Tanah Abang" Rino menghinaku dengan sadisnya
"eh Rino kalo gak ada Nino lo ga bakal bisa hidup, lo itu makan biaya dari siapa?Nino kan?lo tuh adeknya Nino. Hormatin dikit kek abang lo" Mumun penuh emosi seraya meledak - ledak
"udahlah Mun biarkan saja dia, tampilan dia paling kece gak apa - apalah yang penting adekku ini bisa bahagia dan melewati masa sulit" aku tersenyum sambil berjalan ke arah luar kelasku XI IPA 2
Aku melihat Tino hanya dapat terbengong - bengong melihat kenyataan tersebut seakan tidak mempercayai apa yang telah dia dengarkan
"sumpah lo gila No, abang sendiri lo katain kampungan" Tino hanya menggeleng - gelengkan kepalanya
"gue malu Tin, punya abang kaya dia noh. Udah culun, kampungan, ga banget pokonya" Rino menjawab dengan santai sambil pergi meninggalkan kelas
"woy, gue biarpun suka ngebully bareng lo tapi gue gak akan tega membully sodara gue atau keluarga gue, inget No. Apalagi dia tulang punggung" Tino memarahi Rino dengan kesalnya sambil menggeleng - gelengkan kepala seraya mengejar Rino
"iyalah malu kali gue" Rino tertawa dengan kerasnya
"by the way, gue ga yakin abang lo Nino secara kan lo belanja di mall. ye ga?" Tino penasaran dengan semua ini
"ya bukanlah Tin, ye kali gue mau jadi adeknya dia" Rino tersenyum bangga dengan kebohongannya pada Tino
"iya deh gue percaya sama lo Rin" Tino tersenyum dengan sinis
Saat di Brother Lane atau Tanah Abang aku melihat Tino sedang berbelanja sepatu dan baju yang super kece
"eh Nin, liat deh itu kaya Tino deh" Meila menunjuk kearah pria diujung jalan
"Tinooo, Nooo" aku memanggilnya sambil berteriak
"eh kalian, ngapain disini?" Tino tersenyum malu
"gue mau beli baju, sepatu sama topi buat besok ada acara" aku tersenyum manis
"oalah itu distro gue aja gimana?" Tino menyarankan untuk pergi boutiquenya
"boleh boleh Tin, yuk cus kesana" aku mengikuti Tino sampai ke tokonya
ketika aku sedang berjalan ke arah Toko Tino, Meila memegang tanganku terus meneru. Sampai aku risih dibuatnya
"Mei, kenapa sih kok tanganku kamu pegang terus?" aku berjalan dengan pergelangan tangan dipegang Meila
"eh gak apa - apa kok Nin, biasa efek gak pernah ke pasar" Meila melepaskan tangannya sambil tertawa kecil melihatku
"eh iya Nin, Rino adek lo ya?kalo bener ya gue sih biasa aja, kehidupan gue juga sama kok kaya lo" Tino tersenyum dengan malu - malu
"iya Tin, jadi mereka ini adek sama abang. kalau gue kerumahnya Nino biasanya Rino selalu saja main basket di depan rumahnya, cuma Rino ga ngakauin karena malu gitu" Meila asal menyambung omonganku dan Tino sambil berjalan disampingku
"apaan deh Mei main nyambung aja sih" aku mengacak rambutnya sambil berjalan dengan tergesa - gesa
"sampe nih distro gue, sekarang bantuin pilihin buat lo" Tino tersenyum sambil mengambil beberapa pakaian yang cocok untukku
"No hati - hati siapa tau lo dikerjain dia" Meila berbisik kepadaku
"udah jangan suudzon jadi orang" aku tersenyum manis padanya
aku memilih beberapa pakaian yang cocok untukku dengan sepatu dan topi yang kudambakan sejak dahulu
"ah jelek itu No, ga banget ketinggalan jaman" Tino muncul dari balik pakaian gantung di toko tersebut
"eh lo coba ini deh No" Meila mengambil beberapa baju untukku pakai
aku langsung menuju pakaian ganti dengan penampilan baruku tersebut, setelah aku keluar Tino dan Meila menggelengkan kepala. aku mencoba beberapa pakaian lagi dan tak ada yang cocok untukku, sampai akhirnya Rino datang ke toko tersebut dengan sigap dia memilihkan bajuku untukku dan mereka semua langsung mengangguk
"tumben amat lo kesini Rin" Tino kaget melihat Rino yang datang tiba - tiba tersebut
"yahilah gue pengen main disini, ga boleh gitu Tin" Rino tersenyum manis sambil meledeknya
"boleh sih, cuma kan gue gak ada apa - apa disini. Lo liat aja Rin" Tino kebingungan sambil menunjuka ke segala arah
"tenang aja kali Tin, gue juga mau milihin baju abang gue tercinta ini buat ke ulang tahun sodara gue yang sweetseventeen nanti," ucap Rino sambil merangkulku dengan senangnya
"eh gue ikut ya" sambil mempersilahkan duduk
"weits, ikut?apa?ga salah?" Rino melemparkan beberapa baju ke arah Tino
"gue ikut yaaa Nin, pleaassee" Meila memohon padaku
"iya kamu pasti ku ajak ntar Mei" aku menganggukan kepala
"nah kan Meila diajak, gue ikut Rin biar bisa pedekate sama Meila" Tino mengedipkan matanya ke arah Meila
"iya iya gue ajak, besok ya jam 10 udah sampe di rumah gue" Rino mewanti - wanti agar Tino tidak terlambat
"siap bos Rino 86 laksanakan" Tino langsung tersenyum manis
"eh iya by the way gue sampe lupa kalo Nino dicariin tante Mulan dirumahnya" Rino tersenyum dengan malu - malu
"yaudah Tin, Mei balik duluan ya" aku dan Rino meninggalkan mereka berdua
keesokan paginya tepat jam 10 pagi Tino dan Meila menggedor pintu rumahku dengan mata yang terkantuk - kantuk aku membukakannya, aku melihat mereka bergandengan tangan dan mengucap kata sayang, bebeb, ayah dan bunda. Kita bertiga langsung menuju kamar Rino
"beb, minum ambilin" Meila bermanja pada Tino
"iya beb sayang bunda biar aku dan ayah ambilkan" Tino memanjakan Meila begitu mesranya
aku dan Rino hanya dapat berkata bersamaan
"JIJI BANGET SIH KALIAN SEPERTI ITU" sambil tertawa sekeras mungkin
akhirnya kita berangkat menuju party sodara gue dan disana sudah banyak tamu yang berdatangan, dengan mesranya Tino mencium tangan Meila dihadapan kita di sebuah mobil kijang, mobil ayahnya Tino. Kita berdua hanya dapat menahan tawa dan bermain lirikan mata
FINISH
Category FANFICTION


jalan jalan melelahkan
undefined. undefined
kemarin gue mau ambil foto wisuda sama teman gue yang bernama Doni, setelah itu gue ga diperbolehkan pulang sama dia karena 1 hal, doi mau curhat sama gue tentang cewe yang lagi dekat dengan dia. setelah itu gue pulang, berboncengan dengan dia sampai akhirnya gue sampai rumah dan dia nekat pengen peluk gue, karena gue pengen jaga hati gue buat pacar yang dilampung bernama maulana malik ibrahim atau aa obeng atau abang obeng, makanya gue langsung sadar untuk gak mau dipeluk sama dia. dirumah gue dia cerita dan megangin tangan gue, dia cuma gue anggap teman, gue risih gue langsung melepas tangannya (obeng gatau kalo gue ketemu dia untuk mengambil foto wisuda).
setelah itu gue jobfair pulang bareng gue sama Doni hanya berbeda arah, Doni ke arah Bogor dan gue kearah Cililitan, gue pengen meet up sama sahabat gue yang satu ini Nanaaaddd. Niatnya sih gue pengen jobfair karena nyasar dan gak tau jalan gue nyewa ojek buat ngikutin gue. gue ngeline mantan gue Darius buat ketemu di kampus gue Kalimalang, line gue ga dibalas. alhasil yang ada malah gak sempet akhirnya kita berdua jalan ke BKT, temen gue Kagami pengen banget bisa ikut jalan - jalan sama kita, niatnya ke BCP malah ke BKT. kita jalan berduaan macam cabe - cabean akakaka
sesampainya disana gue foto bersama dan di tag ke fb gue, fotonya kaya gini
gue main bareng, jalan bareng sampai sahabat gue satu lagi Wita iri sama perjalanan panjang kita. Sampai akhirnya gue pulang sendirian gelap - gelapan, lupa pakai kacamata dan jalanan terlihat gelap gulita. Gue sampai rumah langsung diinvite grup sama bang paong, grup yang isinya orang baper semua, jadi gue diajak cam sama salah satu dari mereka untuk membuktikan kalau gue ini cewe tulen. 3 orang ajak gue vc di line.
malam harinya gue call kesayanganku yang dilampung (obeng :*), gue naik keatas genteng untuk melihat bintang - bintang yang kala itu sedang tersenyum padaku. seketika aku melihat dua orang pemuda berjalan depan rumahku, aku langsung menggodanya karena iseng (kiwkiw). Obeng terdengar sangat kesal dengan apa yang telah ku perbuat ( maap sayang cuma iseng), setelah aku turun kebawah aku mengeluh tentang sakit badanku karena mau (masalah wanita lelaki gak usah tahu). Dia sepertinya ngambek padaku karena satu hal, langsung saja aku meninggalkannya tidur dan menaiki kasur empukku dengan sesegera mungkin, akupun terbangun pukul 11 siang, benar - benar hari yang melelahkan untukku
salam setepstars378
Category daily activity


PERJALANAN CINTAKU
undefined. undefined
nama gue Sophia, gue lahir di Jakarta saat ini gue lagi jatuh cinta sama cowo yang bernama Riza, dia anaknya baik, selalu perhatian sama gue dan gak pernah yang namanya obral janji. Saat gue diajak bertemu dengannya, gue selalu gak pernah mau. Sebenarnya bukan tidak mau, tetapi karena tidak diperbolehkan dengan kedua orangtuaku karena aku sangat polos saat itu. Walaupun aku mencintai dan menyayanginya setulus hati, dia tidak menyayangiku dengan tulus.
"sayang sayang," aku bersms ria dengannya
"apa sayang," dia membalas smsku dengan tersenyum
"lagi apa kamu yang" aku membalasnya dengan bahagia
"gak ngapa - ngapain" Riza membalasnya dengan cuek
"yaudah aku ngantuk, besok kuliah see u next time" aku membalasanya dengan sukacita
keeseokan paginya ketika aku dikampus, aku curhat dengan temanku Dewi, dia mendengarkan dengan seksama seluruh ceritaku. Sampai saat jam pejaranpun tiba
"wi, aku punya pacar sekarang namanya Riza, dia asli dari bekasi" aku menceritakan sedetail mungkin
"wah Phi, lanjutkan aja kamu" Dewi tersenyum padaku
sampai akhirnya jam belajarpun tiba, jam pertama di hari senin adalah bahasa inggris. Pelajaran yang paling aku sukai di kelas ini sampai suatu ketika aku disuruh maju kedepan untuk menjelaskan tentang tenses dan grammer
"Sophia jelaskan yang ibu bicarakan barusan" bu Noni dosenku menegurku
"present tense adalah" aku kaget karena bengong memikirkan Riza
"emang masih present tense ya?" salah satu temanku menyeletuk
seluruh kelaspun tertawa dengan senangnya dan aku yang sedang bengongpun kebingungan harus menjawab apa
"makanya Phi, perhatiin tuh dosen jangan bengong" Rahman sahabatku tertawa puas
"apaan dah man, lagi falling in love nih" aku tersenyum
"ah paling cowonya juga kelilipan" Rahman tersenyum
"mamaaannn" aku merasa kesal sendiri
jam istirahatpun tiba, dengan cepat - cepat aku menelponnya dengan suka cita aku mendengar suaranya yang begitu khas.
"halo sayang, kamu lagi ngapain?" aku menelpon dengan hati gembira sambil berjalan
"lagi duduk" ucap Riza cuek
"sambil ngapain?" aku penuh dengan penasaran
"sambil telpon kamu" ucap Riza malas
ketika aku sampai di warung makan dekat kampus, aku yang masih menelpon Riza langsung memesan beberapa makanan
"yang bentar ya" aku memesan beberapa makanan
"iya" ucap Riza cuek
aku memutus telponnya ketika aku sedang menyantap beberapa makanan yang sudah siap aku lahap karena sejak pagi aku belum sarapan. Ketika malam tiba aku yang baru pulang kuliah aku mengajak Riza skye bareng via telpon
"yang skype yuk" aku merengek
"males ah" ucap Riza cuek
"yang ayo dong skype" aku masih merengek
"males" ucap Riza cuek
"yaudah deh kalo gak mau gak apa - apa" aku mengalah supaya tidak berantam
aku yang merasakan kesal langsung menutup telponnya dan menuju ke surgaku yaitu tempat tidur dengan seprei spongebo, keesokan paginya aku libur kuliah dan tak ada kegiatan apapun. Aku langsung bermain game dan terus bermain sampai aku lupa kalau esok hari ada tugas menungguku dan teman baikku Dewi mengingatkanku
"Phi, besok ada tugas matek ( matematika ekonomi) udah ngerjain belum?" Dewi mengingatkanku
"belum wi, besok liat ya" aku tersenyum sambil bbman dengannya
"makanya Phi, jangan online mulu" Dewi mengomeliku
"iya iya wi" aku hanya tersenyum
akupun buru - buru mengerjakan tugas yang diberikan dosen matekku dengan cermat dan mudah, hanya saja ada beberapa nomer yang tak bisa aku menjawabnya. Pagi harinya ketika aku terbangun dari tidur, aku merapikan beberapa buku yang ku bawa hari ini dan langsung pergi kekampus untuk mengerjakan beberapa soal yang tak ku mengerti
"wi ajarin dong caranya ngerjainnya gimana" aku melihat dan memperhatikan jelas cara pengerjaannya
"ngerti Phi?" Dewi melihat kearahku
"iya wi, ngerti ko, makasih yaaa" aku menganggukan kepala
ketika malam tiba aku merasakan kurang enak badan, aku yang ingin dimanja, kemudian aku melihat Riza on fb dan aku manja dengannya
"yang, aku sakit blm makam perih perutnya" akupun bermanja ria
"kedokter," jawab Riza singkat
"temenin" balasku manja
"sama ade kamu aja" Riza menyarankan yang terbaik
sekali lagi aku mengalah supaya tidak berantam dan setiap harinya aku terus menerus mengalah supaya hubungan ini tidak cepat berakhir, 2 tahun aku menjalaninya bersama dia tepat tanggal 1 April 2014. dia menduakan aku dengan wanita pilihannya yang sangat cantik tetapi tidak baik hatinya. wanita itu terus mengincar aku, ketika aku sedang koar - koar
"gue liat muka cewenya itu kaya gimana" aku terus berkoar - koar
cewe tersebut yang kuketahui bernama Nina langsung mendatangiku ke room #tempatgamenyaadaroom, langsung mengoceh tak jelas
"Phi, maksud lo apaan koar begitu. gue udah tau lama ko foto itu" Nina terus memakiku
aku hanya melihat dan aku diamkan begitu saja, yang berakhiran dengan kata - kata tidak nyambung
"gue udah ketemu dia" Nina langsung pergi entah kemana
aku hanya dapat tertawa puas melihat kejadian yang makiannya tidak berguna dan kurang nyambung seperti itu. Kejadian ini terus berlanjut dan aku tidak bisa move on, ketika aku sedang bersama sepupuku aku mengerjai dia sampai putus dengan pasangannya
"halo, za tanggung jawab lo gara - gara lo gue ancur" ucapku dengan penuh drama
"tanggung jawab apaan?" Riza nampak kebingungan
"pokoknya lo tanggung jawab" aku sambil merokok santai
handphone tersebut langsung diberikan kepada Nina yang sedang kebingungan dan penasaran, langsung saja dimatikan, aku mencoba untuk menelponnya lagi
"halo siapa ini?" Nina penasaran sekali
"gue cewenya Riza, lo siapa?" dengan drama yang sangat menakjubkan
"gue cewenya, nama lo siapa?" Nina terus penasaran
"Putri" Anggi menyebutkan nama samaran begitu saja
"ga ada temennya yang bernama Putri" wanita tersebut menangis
Aku mencoba untuk menelponnya sekali lagi
"Rizanya lagi diatas, ini ibunya" Nina menangis dengan sedihnya
aku dan saudaraku hanya dapat tertawa sambil menikmati rokok yang kita hisap dengan semangatnya, hancurlah hubungan mereka berdua, tak beberapa lama kemudian mereka putus, beberapa bulan kemudian setelah mereka putus dia line aku dengan panggilan "oi", aku tak membalasnya karena aku berganti id line. Saat ini aku dan dia hanyalah sepasang dibilang temen, belum ada kata putus hanya break saja dan sampai saat ini aku sudah memiliki tambatan hati tetapi tidak bisa move on dan diapun sama denganku memiliki tambatan yang lebih dari kata sempurna dariku, lebih cantik dan lebih manis. aku hanya dapat berdoa kalau dia berjodoh denganku, aku ingin dipertemukan dengannya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun caranya. Terima kasih Tuhan telah mempertemukanku dengan lelaki yang baik seperti dia.
FINISH
Category FANFICTION


SAHABAT ADALAH SEGALANYA
undefined. undefined
gue Bimo cowo dengan seragam super rapi dan gantengnya kaya artis korea ini termasuk cowo cerdas yang digilai - gilai wanita di sekolah gue, gue ini kapten basket dengan wanita dimana - mana. Gue 5 sekawan ada satu orang cewe yang manis banget bernama Sonia, seragam dikeluarkan, memakai kacamata dengan tampilan yang super imut tapi ga norak, jago banget matematika. Viktor cowo yang satu ini paling senang kalo udah ada suara musik dangdut, pasti dia selalu saja goyang entah diimanapun. Fiki cowo ini kutu buku banget selalu saja membaca buku, iya buku yang didalamnya terdapat komik hentai haha. Okan ini anak senang sekali dunia komputer tapi anehnya selalu saja gagal kalau disuruh benerin komputer dirumah gue haha. Ketika gue kelas 1 dimana baru banget kenal mereka. Ketika gue masuk ruangan kelas
"hei, bro kenalan dong," Viktor dengan suara medoknya
"hei, gue Bimo dari SMPN permata," aku memperkenalkan diri dengan headset yang menggantung dileherku
"aku Viktor yang paling ganteng segajagat raya ini kata ibuku" Viktor tersenyum
"oalah hai tor, seneng kenalan sama lo. sini duduk samping gue" aku tegas
"iya mas" Viktor malu - malu
ketika sedang asik mengobrol bersama Bimo gue liat didepan ada cewe dengan tampilan apa adanya, dibilang cupu gak, norak juga gak. menarik si tepatnya kalau menurut gue
"Bim, Bimo, lo Bimo kan dari SMP permata" cewe manis itu mengagetkanku
"iya gue Bimo, lo siapa?kok kenal sama gue?" aku penasaran
"gue Sonia, dari SMP permata kelas 7E lo juga 7E kan dulu" Sonia tersenyum
"lo Sonia, yang dulu suka gue jailin kan sumpah lo beda banget. Yang pindah ke LA kan?" aku menelan ludah
"yap bener banget" Sonia tersenyum
"dasar lo ya, ke LA gak bilang sama gue" aku mengacak hijabnya
"ngapain bilang sama lo, temen bukan, pacar juga bukan. Eh iya kenalin ini Okan sama Fiki temen gue waktu di LA" Sonia memperkenalkannya
"hai bro, salam kenal yeah" aku tersenyum
"salam kenal juga bro" Fiki dan Okan berbicara bersamaan
teeettt bel berbunyi pertanda sudah masuk sekolah, aku langsung memasuki bersama dengan Sonia dan teman baruku, mereka duduk di belakangku dan Sonia tepat disampingku. Aku langsung memperkenalkan Viktor pada mereka
"tor, kenalin ini temen kita Okan dan Fiki, kalo samping gue gebetan gue sih. Yang rambutnya agak rapi dikit namanya Fiki, sedangkan yang rambutnya agak berantakan itu Okan, nah cewe manis itu namanya Sonia" aku tersenyum
"oalah iya iya" Viktor tersenyum
"halo tor," ucap mereka bersamaan
ketika obrolan terjadi guru Seni Budaya kamipun masuk, terlihat sih killer, sadis, suka bunuhin anak - anak murid. Pokonya sadis banget
"semuanya kenalkan nama saya bapak Pinoy, saya sudah punya istri dan anak semata wayang dengan prestasi yang membanggakan, sekarang perkenalkan diri kalian satu persatu," Pak Pinoy terlihat bangga dan tersenyum ramah
saat tiba giliranku, seluruh badanku gemeteran
"nama gue Bimo Alexander, gue lahir di Jakarta 01 Maret 1992 alhamdulillah lahir dengan selamat tanpa cacat sedikitpun, SMP gue di Permata Harapan, Alamat rumah gue di Jl. Merpati terima kasih" aku tersenyum
selanjutnya giliran Viktor yang memegang tanganku daritadi
"nama saya Viktor Rahmatino, saya lahir di Tegal 07 Maret 1992, SMP saya di 19 Tegal, Alamat saya di Jl. Komik," Viktor langsung duduk
setelah semua memperkenalkan diri, akupun menjadi sedikit agak tenang sedikit. Yang kukira sadis ternyata ramah dan baik
"sekarang bapak ingin melihat kalian menggambar sebuah pemandangan," pak Pinoy menyuruh kami menggambar
Aku segera mengggambar sebuah pantai yang sangat indah dan disampingku terdapat wanita yang sangat manis, setelah aku mengikuti serangkaian pelajaran dan belajar dikelas. Bel istirahatpun berbunyi, saat itu ayahku ada didepan kelas
"ya pak saya sendiri, ada apa ya?" aku ketakutan
"ini uang jajan, buat kamu" pak Pinoy memberikanku uang
"yah, ayah malu yah, kalo ayah kesini" aku tersenyum
"udah gak apa - apa nak, tapi jangan bilang sama ibumu oke" ayahku mengedipkan matanya
aku langsung mengajak teman - temanku ke kantin untuk bersama - sama makan dan meminum es teh manis paling ternikmat, terdengar oleh kami alunan musik dangdut
"duh ini enak banget loh lagunya" Viktor sedikit menggoyangkan kepalanya
"Son, Fiki rajin juga ya baca buku begitu" aku terkesima
"iya emang, tapi liat dong dalem bukunya" Sonia tersenyum
"woy Fik rajin banget sih lo" aku mengagetkannya
"iya huuh" Fiki kaget dan komik tersebut terjatuh
"apaan itu Fik," aku segera mengambil komik tersebut
aku dan teman - temanku tertawa semua, melihat dibalik buku yang dibaca Fiki
"santai Fik rahasia lo aman kok ditangan kita" aku tertawa
"iya iya makasih ya" Fiki membenarkan kacamatanya
Setibanya dirumah aku membawa beberapa makanan untuk ayah dan ibuku dirumah, aku bekerja di sebuah cafe di daerah Sudirman
"ayah, ibu Bimo pulang nih membawa sepucuk eh segenggam martabak" aku tertawa
"ya ampun nak, kamu sampai kerja di cafe seberang seperti itu" ayahku tersenyum
"iya dong yah nambahin uang jajan" aku tertawa
"bisa aja kamu nak" ibuku tersenyum
"sana, kamu mandi makan shalat jangan lupa ngerjain PR" ayahku mengingatkan
"PR mah pasti yah, gak akan pernah lupa Bimo," dengan logat ayahku ketika dikelas
aku mandi shalat dan langsung mengerjakan PR kemudian belajar dengan tekun sekali, sampai aku tak sadar tertidur di meja belajarku. ayahku menghampiriku dengan senyuman terindahnya
"nak, ayah suruh kamu bikin pemandangan, kenapa kamu membuat pantai, ada seorang wanita dan lelaki" ayahku penasaran
"itu yah, kan cuma gambar doang jadi wajarlah yah" aku mencari alasan
"ya sudah kamu pindah ke kasur sana" ayahku tersenyum
Keesokan paginya aku dengan terburu - terburu pergi ke sekolah, dengan membawa motor ninja yang kubeli dengan uangku sendiri, aku tiba disekolah. Akupun terlambat karena semalaman video call bersama keempat teman - temanku
"kok kalian bisa telat juga sih?" aku heran
"iyalah, gara - gara dengerin cerita Viktor yang memilukan hati" Fiki kesal
"tor, lo baru diputusin gitu, galaunya bener - bener bikin kita semua telat" Sonia memukul Viktor dengan tasnya
"maap maap semuanya, abis aku galau banget" dengan aksen jawanya Viktor
"udah udah jangan berantem" aku menenangkan suasana
"gara - gara Viktor juga laptop gue nge hang jadi benerin sendiri kan gue" Okan kesal
"lo benerin komputer gue aja tambah rusak Okan sarap," Sonia sedikit mengomel, kita semua langsung tertawa dengan kerasnya
"loh kalian terlambat?" satpam sekolahku menanyakannya
"iya bapak kita telat, soalnya belajar pak jam ini kita ulangan. Bukain pintu ya pak" Sonia memohon
"tidak akan bapak bukakan, ini peraturan sekolah" satpam tersebut keras kepala
"pak, kalau bapak punya seorang anak terlambat ke sekolah ga dibukain gerbang dan ada ulangan gimana pak?" aku mencari alasan
"ya sudah saya buka, tapi jangan diulang ya" satpam tersebut menjadi galau merana
aku bersama keempat temanku langsung memasuki sekolah dengan berlarian dan jam pertamapun dimulai pelajaran yang paling ku benci matematika
"kalian kenapa kalian terlambat?" guruku mengomel
"maaf bu, kita dari toilet barusan. lupa naro tas bu" aku mencari alasan
"kalian ke toilet bersama wanita?" guru tersebut menyerangku
"gak lah bu, kita ketemu dia juga bu ditoilet" aku mencari beribu alasan
"ya sudah kalian semua duduk" guru tersebut marah
aku dan keempat temanku merasakan lega karena sudah diperbolehkan masuk kelas dan belajar bersama.
"aduh ini rumus apaan si?gue ga ngerti Tor, lo ngerti gak?" aku kebingungan
"aku gak bisa matematika" Viktor lugu
"yahilah sama aja Tor Tor" aku memelas
Pembagian Raportpun tiba, ibuku datang dan aku melihat raportku sendiri aku menjadi juara kelas yang kesekian kalinya. kenaikan kelas 2 aku bersama sahabat - sahabatku ini masuk IPA dengan serangkaian kodok dibelah dan lain sebagainya, aku terpilih sebagai leader basket karena prestasiku yang sangat bagus
"Bimoo," adik kelasku berteriak namaku
"hai kamu manis deh, cantik lagi," aku mengedipkan mataku kearahnya
"woy Bim, udah ngerjain tugas biologi belom lo?" Sonia tersenyum
"belum nih, lupa gue Son kemarin gue ngedate sama si Talita, Anisa" aku nyengir
"ga ada yang namanya nyontek, kerjain sendiri sana," Sonia tegas terhadapku
"pelit ah lo" aku tersenyum
"lo mah pacaran mulu, ngedate terus sekolah lo jadi ancur gini Bim. Bokap lo tau marah ntar sama lo" Viktor memarahiku
"tau Bim lo tuh berubah sekarang," Fiki ikut emosi
"nilai lo tuh turun semua Bimo, lo tuh bukan Bimo yang gak kita kenal. Yuk guys kantin," Sonia benar - benar marah padaku
Dikelaspun aku sebangku dengan anak basket yang bernama Kuro, aku sering sekali meledek keempat sahabatku ini
"hei kalian ngapain disini, sana sana ini tempat khusus untuk Bimo" Kuro mengusir sahabatku
"udah gak apa - apa mereka disini" aku tersenyum
"gak boleh mo, lo itu famous disekolah ini" Kuro menggebrak meja
"gak apa ko Bim, kita aja yang pergi dari sini" Sonia mengamuk
Sonia dan ketiga sahabatku terlihat sangat kecewa melihat aku memperlakukan mereka seperti itu, segera aku berlari dan menghampiri mereka
"lo ngapain si Bim ikut - ikut kita, lo sama dia aja temen - temen lo yang bikin lo famous" Sonia sangat marah
"gak Son, kalian yang support gue sampe kaya sekarang ini. Kalian yang ngasih semangat buat gue, maapin gue ya" aku memohon pada mereka
"ngapain sih lo Mo, minta maap sama mereka. mereka itu sampah disekolah" Kuro menarik tanganku
"hei kalian pulang sekolah gue tunggu di taman biasa" aku berteriak
mereka hanya berjalan tanpa melihat kearahku, terlihat tatapn mata mereka yang sangat membenciku, sampai akhirnya aku ke taman tempat aku nongkrong bersama mereka
"kenapa Bim, lo nyuruh kita kesini?" Okan emosi
"gue mau kalian nonton pertandingan basket gue nanti sore disekolah" aku mengajak mereka
"masih inget lo sama kita?" Sonia menunjuk ke arahku
"masihlah tanpa kalian gue gak bisa jadi diri gue" mataku berkaca - kaca
Dari arah belakang mereka aku melihat Fiki dan Viktor membawakan sesuatu untukku, yang membuat kakiku sangat lemas
"happy birthday sahabat tercinta" Sonia tersenyum
"makasih buat kalian" aku menangis
"maap ya udah bikin lo sampe kaya gini" Fiki tertawa
"mana komik hentai lo?" aku tersenyum geli
"masih ada dong, nih dibalik celana gue" Fiki terbahak - bahak
"Tor gue punya banyak lagu dangdut nih, mau goyang?" aku menawarkan
"yoman kita ngebor dong" Victor tertawa
"tenang aja kita semua nih, bakalan nonton lo ntar sore" Sonia memeluk kita semua
aku yang bersiap - siap untuk tanding basket dengan SMA kasih bunda pun mencari keempat sahabatku ini,
"Ro lo liat Sonia and the gank gak?" aku penasaran
"udah gue usir tadi bereskan" Kuro tersenyum
"Ro cukup ya, lo gak bisa usir mereka seenaknya. Mereka sahabat gue, cuma mereka yang bisa bikin gue sampai kaya gini," aku menonjok Kuro
aku dengan cepat mengejar keempat sahabatku ini, aku memohon kepada mereka agar menonton pertandinganku kali ini dan mereka mengangguk, babak demi babak aku lalui sampai akhirnya sekolahku memenangkan pertandingan ini.
"tanpa kalian semua Fiki, Viktor, Sonia dan Okan gue gak bisa sampe kaya sekarang ini, walaupun kalian dianggap aneh oleh mereka gue gak pengaruh, tanpa kalian mungkin prestasi gue akan turun dan akhirnya anjlok tapi kalian sadarkan gue makasih guys" aku yang berpidato langsung memeluk mereka semua
ayahku yang melihat hal tersebut langsung menangis dan tersenyum langsung memelukku bersama ibu dan saudara - saudaraku sedangkan Kuro sama sepertiku dahulu, prestasi anjlok dan dia tidak naik kelas karena terlalu banyak wanita. Kalau aku sih cukup 1 wanita Sonia, yang sampai saat ini masih mencintai dan menyayangiku
FINISH
Category FANFICTION


AKU, KAMU DAN MALAIKAT KITA
undefined. undefined
"Sep lo sampe ninggalin kita, ga selamat lo dari gue" Septa mendengar batin Bayu
Category FANFICTION

