Archive for September 2016

KAMULAH YANG KU TUNGGU

undefined
undefined. undefined

Gue Rima, menjadi seorang wanita uang di sukai banyak lelaki teramat sulit untukku. Aku harus menolak lelaki yang bukan kriteriaku

"Aaaaaaaaaaa gue bebaaassssss, gue udah lepas ini putih abu-abu sekarang gue pake baju bebaaasss. Kost gue kooossstttt"

"Emang lo bisa jauh dari nyokap Rim?"

"Entahlah Ta (Frinta sahabatku), gue juga gak tau. Yang penting bisa ngemall gue tiap hari"

"Otak lo shopping mulu, gak semudah yang lo bayangkan. Itu kata kakak gue"

Musik yang menjiwai kebebasanku pun berseru di radio swasta tersebut

"Ayooo semuanyaaa bebasss lepaasss"

"Rim kok Taufan diem aja ya?"

"Fan ayo dong biasanya lo selalu semangat denger lagu ini"

"Kita bakal pisah guys, gue dapet beasiswa kuliah di Jepang. Seneng sih tapi gak bisa gue pisah dari kalian sahabat terbaik gue"

"Yailah Fan lu ke Jepang mah silahkan yang penting kita happy aja dulu"

"Sorry subuh gue harus jalan sampai sana"

Frinto (sahabatku) meliriknya dengan mata tajam

"Tenang bro gue Frinto akan mengelilingi Indonesia dan share ke lo"

"Gue Rima bakal ngasih lo gelang ini, yang lo mau"

"Oh jadi kalian begitu? Fine gue Fresti akan memberikan kalian kalung persahabatan hanya untuk mengingat jaman nakal kita dahulu"

Begitulah sahabat-sahabatku saat lulus sekolah. Aku mengingat kembali kenangan bersama mereka, Fresti duduk sendiri di kantin dengan menikmati bekalnya

"Boleh kenalan?"

"Oke, gue Frinta IPA 1. Nama lo siapa?"

"Gue Rima IPA 2"

Datanglah 2 pemuda dengan penampilan yang sangat berantakan mendatangi kami

"Hei ciwi ciwi cantik banget sih malian, kenalan dong. Gue Frinto cowo paling tampan satu angkatan ini"

"Tampan darimana  coba? Gue Taufan temennya Frinto yang kepedean ini"

Aku tersenyum manis dan mempersilahkan mereka untuk bergabung

"Udah sini sama kita, kasian bener lo cuma berdua aja"

"Iya iya kita duduk ya samping lo"

Aku mengangukan kepala tanda setuju dengan menikmati makan siang bersama, aku tak sadar melihat lelaki dengan muka seperti Do Ming Tse

"Do Ming Tse, sekolah disini?"

Frinto menjelaskan begitu tepat dan cepat

"Dia ketua osis yang kasih mos ke gue kemaren, anaknya pinter dan cerdas namanya Riko"

"Riko?"

Terlintas di telingaku dan tak asing bagiku, dari namanya dan raut wajahnya. Riko mendatangiku seraya ingin berkenalan denganku

"Nama gue Riko, IPA 3 kelas 12"

"Ah iya gue Frinta salam kenal"

"Bukan lo, cewe terindah dan makhluk terimut samping lo"

"Rima salam kenal kak"

"Ah salam kenal Rim, salam kenal semua. Boleh gue duduk disini?"

2 lelaki sok tampan tersebut mempersilahkan Riko untuk duduk disamping mereka

"Duduk kak, disini samping Rima"

"Udah kalian aja, gue samping cewe manis ini aja"

Kita ngalor ngidul (bercanda) membicarakan kelemahan dan kelebihan kita masing-masing. Saat ini aku bersama temanku ingin kerumah kak Riko

"Ah kalian bikin gue kangen sama kak Riko, main yok ke rumahnya"

Dalam perjalanan menuju rumah Riko Taufan masih berdiam diri tak berbicara banyak, memikirkan persahabatan kita ini

"Ke desa kita?"

"Gak kali Rim, kita ke rumah yang lama"

"Semalem gue nelpon kak Riko katanya dia tinggal daerah bogor"

Frinto melajukan mobilnya dengan sangat cepat sampai kita semua tak mampu bernafas

"Frintoooo jangan sarap deh ini bukan arena balap (seorang pembalap), inget lo bawa cewee"

“terlalu semangat nih”

Ketika itu Rinto membawa seorang wanita dengan anggunnya bernama Revi yamg merupakan adiknya sendiri, membawakannya dengan sangat cepat

“I love you woorrlldd”

“ka awas di depan ada…”

Mobil tersebut tertabrak pembatas jalan yang tak jauh dari tempatnya saat ini menuju rumah kak Riko, Fresti bergumam dengan kebawelannya

“gimana ya bang Riko? Tambah ganteng gak dia? Udah ada istri belum ya?”

aku yang sedang galau mencubit tangan Frinta“bawel amat sih lu”

Handphoneku bergetar di saku rok sma ku saat ini

“kak Riko nelpon gue”

“angkat Rima, buruaannn”

Aku mengangkat telepon tersebut dengan hati yang gelisah, Frisya yang bawel daritadi menyuruhku untuk loudspaker semuanya

“Rim bisa ketemu di basecamp kita aja gak?”

“iya kak, udah mau sampe kok”

Setiap malam minggu kita berlima selalu jalan ke daerah puncak hanya untuk sekedar mencari ketenangan dengan kondisi apapun. Kak Riko nyeletuk dengan senyuman manisnya

“sering banget kita kesini, gimana kalo kita jadiin basecamp aja?”

“boleh kak, ide bagus tuh”

“Joni (teman baik kak Riko) gimana kalo dijadiin basecamp?”

Joni pergi begitu saja tanpa memikirkan apapun deñgan senyuman dan tatapan sinisnya

Frinta menghampirinya “bang bang bang, lu ngapa si?”

“gak apa kok santai aja, kumpul gih sama yang lain. Gue lagi pengen sendiri”

Frinta hanya menganggukan kepala tanda mengerti dan menemani Joni yang sedang kalut tersebut

“Ta ambilin obat gue di tas?”

Frinta teriak dan tak kenal situasinya “gaak bang, lo mau mati sia-sia apa?”

Kita menghampiri mereka dengan sangat terkejut dan gelisah saat itu

“Ta lo gak apa kan? Kenapa lo teriak?”

“gue gak apa Rim, santai aja ya lo. Cuma kaget aja, bang Joni bawa narkoba”

Rikopun memarahi Joni dengan kerasnya “gila lo Jon gak pernah berhenti, jangan mati sia-sia disini”

“apaan si kalian, gue pusing ambilin obat sakit kepala”

Kita semua tertawa mengingat kisah yang begitu menggelikan sekali, wajah Frisya terlihat sangat malu dan mencubiti diriku dengan keras

“sakit dudul pipi gue”

“ini jalanan ngapa masih hutan lindung yak?pohonnya masih banyak aja”

Dengan cepat Frinta mengingat kejadian tentang penamaan hutan linndung ini

“ini hutan lindung gue lo yang kasih nama kan Rim? Akibat selalu inget sama mantan lo jadi dinamakan hutan lindung”

“wah kampret juga lu ternyata, ingetin hal kaya gitu. Udah lama juga ya”

Frinto menanyakan tempat biasa dahulu kita nersama ketika malam minggu tiba

“bener kan disini lokasinya? Lupa gue beda banget”

“iya bener kok, itu ada gebetannya Frinta”

“waahhh abamg yang pernah sakit kepala, kaaaa apa kabaarr?”

“Aahh anak-anak kampret? Kemana aja kalian, Frinto bisa lulus juga lo?”

“rese lu mah, bisalah”

Aku mencari yang sedang ku cari tetapi fak ditemukan

“kak, Riko mana? Kok belum keliatan ya?”

“kangen ya lo sama dia? Oh dia lagi di jalan”

“biasa aja kok gue”

Riko datang membawa seorang anak kecil kembar yang sangat manja kepadanya, Frinta dan Frinto meledekku dengan ulah konyol mereka

“cia cia cia ada yang patah semangat nih kayanya”

“lah si taufan tumben diem aja dia, biasanya paling duluan dia masalah begini”

“mau pindah dia bang di negeri sakura, makanya bingung dia”

Taufan hanya tersenyum dengan anggukan sangat cepat tersebut

“iya bener banget”

Frinta berbicara bersama Riko dengan lantangnya

“bang itu anak lo? Rima cemburu banget tadi”

“rese lu Frin, cengin gue mulu”

“santai ya Rima sayang, ini ponakan kok by the way gue masih nunggu lo kok”

Setahun yang lalu Riko menembakku dengan taapan mata yang begitu serius

“Rim, kita udah kenal lama mau kan lo sama gue?”

“sorry kak, gue nganggep lo sahabat lagipula gue gak mau pacaran dulu”

“okeh”

Keesokan paginya saat aku ingin berangkat sekolah Riko menjemputku tepat di depan rumahlu tersebut

“tau darimana kak rumah gue?”

“Rim, gue punya mulut bisa tanyalah sama orang-orang”

Aku menganggukan kepala seraya berjalan menuju depan jalan raya (rumah gue masuk gang) bersama dengan Riko. Sambil berjalan kita mengobrol tenttang diri masing-masing

“lo tuh keren banget Rim, disaat semua orang meminta kendaraan lo malah pengen naik angkot, padahal nyokap lo bisa beliin”

“yang bisa beli nyokap, gue mah belum bisa. Biasaanya gue nabung dulu”

“ah boong banget lu, itu lu bisa beli iphone 6”

“ah lu kak ini mah gue kerja ngelembur mulu makanya bisa dapet ini hp”

“hebat banget sih lo, disaat semua orang pengen ke mall. Lo malah kerja”

“gue kerja di shibel atore kak”

“ha? Seriusan? Itu mah deket sama rumah gue. Toko langganan gue, gak pernah gue liat lo”

Kita tertawa mendengar ceritaku tersebut , denggan senyuman manisku. Tanganku digandeng oleh Riko menuju ke puncak yang paling tertinggi

“gue ulang lagi ya perkataan gue yang udah lama itu mau gak lo jadian sama gue?”

“gue mau kok sama lo ka”

“serius?”

Aku menganggukan kepala dengan senyuman yang cerah dan semangat di depan teman-temanku dan keponakannya. Beberapa tahun kemudian setelah aku lulus kuliah aku dilamar dan menikah dengannya, saat ini aku memiliki 2 orang anak yang sangat lucu

FINISH


_SE_

CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN 3

undefined
undefined. undefined

Gue Violet, menjadi seorang wanita yang introvert dalam hubungan asmara membuatku semakin tertekan dan merasakan selalu menangis dikala dia berpose dengan wanita pujaannya, aku memberikan pin bbm dan kembali lagi pada masa indah berpacaran

"Minta foto lu dong"

Aku memberikan foto dengan styleku yang sekarang

"Pake makeup dong"

"Ntar gue jerawataaann"

"Udah kan bisa cuci muka"

Aku menuruti kalimatnya tersebut, dengan secepat mungkin aku memakai makeup dan berfoto selfie sendirian

"Tuh udah kan?"

"Makin manis aja lu"

"Makasih"

"By the way lu pacaran ngapain aja?"

Seperti tersambar petir entah darimana datangnya, hatiku langsung meletup bergembira dengan ritme musik penyanyi kesayanganku

"Cuma pegangan tangan aja ko sama pelukan, kalo lo ngapain aja?"

"KEPO"

Kepalaku seakan ingin pecah dan terdapat banyak asap yang keluar dari kepalaku

"Ah begitu ya"

Dengan tangan gemetaran, hati yang tak menentu, perasaan bahagia dan senang terkandung menjadi satu

"Gue pengen ke tempat wisata deket rumah lo"

"Jangan bbm gue dulu"

Aku menunggu temanku yang sudah janjian denganku seminggu yang lalu, Rena (sahabatku) datang kerumahku 

“Na, gue tadi bbm Nino katanya jangan bbm dia dulu gitu. Cus langsung jalan aja yok”

Aku menaiki vario pink dengan helm kesayanganku hello kitty berwarna pink, sepanjang perjalanan aku mengambil beberapa foto yang ku serahkan di grup line dengan senyuman termanisku

“Na kalo gue ketemu sama Nino enak kali ya, gak bakal kabur gue”

“yakin, gak kabur? Kemaren ketemu di pejaten, depok kabur kan liat dia?”

“iya gue belum siap, sekarang gue siap kok”

Temanku membayar karcis masuk ke tempat wisata tersebut, aku kembali tersenyum dengan tatapan muka yang polos. Rena kembali mengendarai motor kesayangannya tersebut, sejam perjalanan mengelilingi wilayah teraebut aku melihat seorang pria mirip dengan Nino

“Na, itu kaya Nino liat coba ah tapi jalan aja takut gue”

Mau nyamperin gak let?”

“gak deh takut gue asli, takut jatuh cinta lagi gur sama dia”

“yakin gak lo?”

Aku menganggukan kepala denggan senyuman terindahku, kita mengelilingi tempat wisata tersebut dan aku memikirkan yang seharusnya aku tak bersikap seperti itu

“yaudah gue mau deh, tempat Nino yang barusan. Gue mau ketemu sama dia”

“itu Let anaknya?”

“bukan itu mah tua, Nino mah ganteng manis gitu mukanya”

“coba lu bbm dia lagi”

04.30

“No lagi dimana?”

04.00

“gue bilang jangan bbm gue dulu”

“kata dia Na, jangan bbm dia dulu. Lagi sama cewenya kali, gue berasa kaya selingkuhan dia deh”

Rena hanya menertawaiku saat itu juga, dengan tatapan melasku aku berjanji dengannya 

“kalo gue bisa dapetin dia, gue akan mutusin cowo-cowo gue”

“yakin? Riko gimana?”

“Riko mah jangan, gue sayang banget sama dia”

Haripun semakin gelap, aku mengendarai motor temanku dengan sangat cepat dan mungkin Rossi terkalahkan 

“Let, jangan ngebut bawanya”

“gue takut ada Nino makanya gue buru-buru”

“masih aja lu takut”

“gimana gak takut coba, Rima galaknya naudzubillah min zalik begitu”

“ngadep depan deh, itu liat ada apa Let?”

“kampret emang itu tiang sejak kapan disitu”

Aku tertabrak tiang listrik yang tak jauh dari tempat wisata tersebut, dengan kondisi sadar tak sadar aku dan mata yang berkunang-berkunang, saat aku membuka mata

“Nino mana? Mau ketemu Nino, terus Rena mana?”

“Rena ada disamping kamu”

“Nino mana? Kok gak jenguk sih? Aku mau keluar, mau nemuin Nino”

Aku menangis dengan mengeluarkan air mata yang sangat deras sekali, aku tak menyangka melihatnya tepat dipelupuk mataku

“kamu gak apa kan Let? Maaf bukan maksud aku jangan bbm aku. Lagi sibuk kerja soalnya”

“ah iya gak apa kok, aku ngerti”

“kamu udah lulus kuliahnya?”

“nanti pengumumannya tanggal 1”

“pulang gih No, gak enak aku sama Rima”

“aku mau nemenin kamu disini, selama kamu sakit aku bakal nemenin kamu”

Aku tersenyum dengan manisnya, dalam hati jantungku berdegup sangat kencang dan cepat

“by the way Let, kenapa lo bisa jatoh sih?”

“mikirin lo makanya gue jatoh”

“maksudnya?”

“sorry sorry Cuma becanda aja kok, jangam dimasukin ke hati ya”

“gue khawatir sama lo Let, lo tuh gak bangun selama sebulan. Gue takut banget kehilangan lo”

“gue selalu stay disini, dalem hati lo. Gue gak akan kemana-mana No, santai aja ya”

Nino memelukku dan mencium tepat di keningku yang sedang diperban ini

“baru sebulan, apa kabarnya gue yang 2 tahun nunggu lo?”

“serius 2 tahun?”

“iyap, gue lagi cape nunggu lo. Cari kesenangan dulu sana. Biar puas main-mainnya”

Nino menganggukan kepala dengan sangat cepat 

“kasian cewe lo jangan di php terus”

beberapa bulan kemudian, aku mengabari Nino dengan hati yang sangat bahagia kala itu

"lo dengerin lagu ini (lagu yang sering gue dengerin)

"males ah, lo ada joox?"

"gak"

Keesokan paginya, aku mendapatkan message di Whats app dengan sangat kesalnya, Rima membalas semua pesanku

"ngapain lo ganggu cowo gue"

"gak ganggu kok biasa aja"

"maksud lo apa kirim-kirim kaya gitu?"

"cuma lagu aja, lagian cuma nitip kok"

"nitip? tapi disuruh dengerin di youtube? kenapa harus sama Nino?"

"gue cuma mau nanya enak gak lagunya? udah gitu doang, cocok gak buat org yang gue sayang"

"kata dia lu emang selalu begitu, dari mantannya yang lama si Tasya juga begitu. alasan lu ga ngomong gitu, bisa aja ngelesnya"

"lucu banget sih lo"

"siapa yang luucu, orang liat chatan lo juga pasti bakal ketawa. Lo hijaban tapi harga diri ga ditimbang"

"baru cowo kan? jangan dikekanglah" aku memberitahunya dengan perlahan

Aku dikirimkan VN kalau Nino sudah tidak ada perasaaan apa-apa lagi denganku, sampai ada VN seorang wanita berkata 'omongan lu n*j*s' dengan tertawaan yang sangat bahagia. Aku dan Nino tersenyum dengan semangat , senang dan bahagia. Saat ini aku wajib moveon darinya, aku hanya dapat tersenyum bahagia mendengar ucapannya tersebut. Akupun mendokan semoga dia putus kurang lebih sebulan lagi

Surat untuk Nino dari Violet

Aku sudah lelah menunggumu, aku lelah menantimu. Penantianku ternyata hanya sia-sia saja, saat ini aku sudah harus dan wajib melupakan dirimu. Makasih ya buat waktunya, aku masih sayang kamu, tapi aku ngerti cinta tak harus memiliki, Dia pilihanmu bukan aku, terima kasih atas semua yang sudah kamu ucapkan, membuatku tenang dan bisa tersenyum kembali

FINISH 

_SE_


keterangan
kisah nyata dengan penggantian nama tokoh, maap ya neng manis, temen-temenku semua, hanya untuk pembelajaran saja supaya tidak ada lagi korban php seperti saya, cukup sampai disini kisahnya terima kasih semua menyempatkan melihat cinta bertepuk sebelah tangan :)

salam setepstars378 

KAMU YANG TERINDAH UNTUKKU

undefined
undefined. undefined

Nama gue maura, gue anak yang paling sering memberikan saran kepada teman2ku. Suatu ketika temanku yang bernama Enji mengalami suatu permasalahan

"Ra, mau curhat"

"Kenapa si Nji? si nina ngambek lagi?"

"Iya nih, kali ini emang gue yang salah, gue udah ninggalin dia waktu ke rumah temen 
kemaren"

"Jangan bilang ke rumah Roni deh lo, udah tau Roni ganjen gitu make diajak kesana"

"Btwbtw ko lo tumben banget belajar"

"Mau ulangan gue bro, biasa ekonomi susah bener yak ini"

"Ekonomi?gampang keleus otak lo kemana si? gampang gini gue ajarin ngejurnal sini"
 aku diajarkan Enji secara cepat dan tepat

"Gampang bener rumusnya, tumben pinter"

"Widih iya dong, gue kan cerdas Ra"

"Iya deh iya lo cerdas banget"

"Gue sama Nina, gimana urusannya?"

"Biar gue yang ngomong ke dia, santai aja masbro"

"Oke deh sip gue paham"

Sepulang dari sekolah, aku menuju ke sebuah tempat makan di daerah kemang

"Eh ketemu Nina, sama siapa lo?"

"Oh ini? Sepupu gue, sumpah gue sebel banget sama Enji. Masa gue ditinggalin dirumah temennya udah gitu mesum banget. Masa nyolek-nyolek gue, emang gue cewe apaan"

"Rumah Roni kan? Dia emang begitu Nin, ada cewe temennya main samber. Gue main kesana aja abis gue di colek-colek sama semua temen-temen dia"

"Ah masa sih Ra? Seriusan apa?"

"Muka gue gimana? Ada bercanda gak?"

"Ya gak sih tapi kan ganteng doang hati mah sama aja kaya yang lain, cuma Enji yang ada disini"

Roni datang dengan muka cueknya dan brutalnya

"Yaahh, itu bocah dateng. Mau buat ulah apalagi dia"

"Itu Roni kan Ra? Mau ngapain dia kesini? Serem amat gue takut ah sama dia"

"Biar gue yang hadepin"

Aku berdiri tepat di depannya dengan tatapan sinis yang ku miliki

"Ron, mau ngapain lo? Masih jaman kaya gini? Lo semua kalo mau selamet bubar sana"
Salah satu dari mereka memohon-mohon padaku

"Ampuunn senior, jangan apa-apain kita. Belum nikah ini senior"

"Makanya kalian pergi sana, gak usah bikin kacau lagi atau mau gue telanjangin?"

"Ampuunn senior maapkan kita"

"Yaudah sana kalian pergi sekaraaanngg"

Roni beserta teman-temannya pergi meninggalkan rumah makan tersebut

"Beres juga akhirnya"

"Keren gimana caranya lu bisa bikin mereka kabur dari sini"

"Udah lo ga perlu tau, lanjutin makannya"

Enji datang dengan tangan yang membawa pisau dengan logam seperti yang berada di dapur

"Ngapain lo bawa pisau dapur?"

"Mau bikin Roni and the gank koit, katanya mereka mau perhitungan sama gue"

"Santai aja kali, udah gue habiskan mereka"

"Wait deh bentar, matii gue lupa. Dulu kan lo ketua genk mereka"

"Makanya itu, berani macem-macem mah gue sikut dulu sini"

"Roni gak berubah, masih aja dia begitu. Ganjen sama cewe, nodong sana sini. Bingung gue"

Rei datang dengan muka yang kesal dan sangar ketika itu

"Ra, tu bocah mana?"

"Siapa sih?"

"Anak buah lo"

"Siapa anak buah gue? Firman atau Roki?"

"Roni"

"Bukan urusan gue"

"Karena dia adek gue di rumah sakit sekarang"

"Pake kekeluargaan aja deh"

Aku membahas semua kejahatan yang dilakukan Roni terhadap orang-orang tersebut, sesampainya dirumah aku melihat televisi

"Dek, Roni itu club motor kamu kan?"

"Iya bang, kenapa?"

"Lu gak ikutan kan?"

"Kaga bang, lagian justin masih di kandangin bang. Besok gue bakal ngeluarin lagi, mau nantang tu bocah. Cape gue banyak yang dateng tapi kasusnya dia mulu"

"Bagus deh, gue ikut yaaa"

"Bang, Roki nyari lo tadi gak tau deh mau ngapain"
"Palingan tugas kelompok, udah kelar kok ini juga"

"Tumben rajin, tugas apaan sih"

"Gak bakal nyambung otak lo dek, jurnal menjurnal ini"

Pagi hari yang cerah di hari minggu, aku membawa anjingku berkeliling komplek. Tak sengaja aku bertemu dengan sahabat kecilku Rino

"Eh preman, masih aja bawa pet kesayangan"

"Udah tobat Rin, sumpah jadi orang jahat gak enak. Roni yang makin menjadi"

"Kelakuan dia mah emang gak bisa dirubah,  udah mendarah daging"

"Emang bener"

"Takut dia Ra sama lo"

Aku menganggukan kepala tanda setuju, tak sengaja aku melintasi rumah Roni yang tak jauh dari tempatku berdiri

"Rin, udah yok biarin aja mereka"

Salah satu dari mereka memanggil namaku dengan lantang

"KETUAAAAAAAA"

"Lo dipanggil Ra"

"Itu mah Roni bukan guebiarlah"

"MAURAAAAAAA, sini kenapa gak kumpul bareng kita?"

"Nanti aja ya, gue mau bawa pet gue jalan. Galak pet gue ini"

"Woy Maura, temenin gue jalan"

" duh Nin, bikin kaget aja. Emang mau kemana sih?"

"Mau shopping gue, banyak diskonaaannn"

"Dimana sih dimana?"

"Ditempat biasa kita belanjaaaaa, yuk aaahhh"

Aku melirik ke arah mereka dan tertuju pada Roni

"Kalo lo jantan, ikut kita shopping"

Anggota clubku semuanya hanya dapat tertawa sekeras mungkin

"Mati lo bawa barang belanjaan Maura yang seabrek-abrek buat motornya"

"Gak deh Ra makasih"

"Emang kalo udah banci mah banci aja, mereka semua mau kok gue ajak belanja"

"Firman sama Roki?"

"Mereka selalu main bareng gue, nonton aja sampe dibayarin sama mereka"

"Iyaaa gue mau kok nemenin kalian"

"Makasih Roni sayang"

"Ra, lo pacaran sama dia? Yang udah gangguin gue kemaren?"

"Udah lama Nina sayang, cuma gak gue akuin aja. Bukannya gimana sifatnya dia ituloh yang bikin gue kesel, gak berubah"

Aku dipeluk Roni begitu saja dengan muka yang sedikit tersenyum

"Sabar bos, jangan asal peluk aja"

"Gue janji Ra, demi lo gue berubah. Sumpah!"

Aku menganggukan kepala tanda setuju

"Makasih ya cantik"

Aku bersamanya hingga saat ini, di karuniai seorang anak yang lucu dan menggemaskan

FINISH

_SE_

KAMU YANG TERINDAH UNTUKKU

undefined
undefined. undefined

Nama gue maura, gue anak yang paling sering memberikan saran kepada teman2ku. Suatu ketika temanku yang bernama Enji mengalami suatu permasalahan

"Ra, mau curhat"

"Kenapa si Nji? si nina ngambek lagi?"

"Iya nih, kali ini emang gue yang salah, gue udah ninggalin dia waktu ke rumah temen 
kemaren"

"Jangan bilang ke rumah Roni deh lo, udah tau Roni ganjen gitu make diajak kesana"

"Btwbtw ko lo tumben banget belajar"

"Mau ulangan gue bro, biasa ekonomi susah bener yak ini"

"Ekonomi?gampang keleus otak lo kemana si? gampang gini gue ajarin ngejurnal sini"
 aku diajarkan Enji secara cepat dan tepat

"Gampang bener rumusnya, tumben pinter"

"Widih iya dong, gue kan cerdas Ra"

"Iya deh iya lo cerdas banget"

"Gue sama Nina, gimana urusannya?"

"Biar gue yang ngomong ke dia, santai aja masbro"

"Oke deh sip gue paham"

Sepulang dari sekolah, aku menuju ke sebuah tempat makan di daerah kemang

"Eh ketemu Nina, sama siapa lo?"

"Oh ini? Sepupu gue, sumpah gue sebel banget sama Enji. Masa gue ditinggalin dirumah temennya udah gitu mesum banget. Masa nyolek-nyolek gue, emang gue cewe apaan"

"Rumah Roni kan? Dia emang begitu Nin, ada cewe temennya main samber. Gue main kesana aja abis gue di colek-colek sama semua temen-temen dia"

"Ah masa sih Ra? Seriusan apa?"

"Muka gue gimana? Ada bercanda gak?"

"Ya gak sih tapi kan ganteng doang hati mah sama aja kaya yang lain, cuma Enji yang ada disini"

Roni datang dengan muka cueknya dan brutalnya

"Yaahh, itu bocah dateng. Mau buat ulah apalagi dia"

"Itu Roni kan Ra? Mau ngapain dia kesini? Serem amat gue takut ah sama dia"

"Biar gue yang hadepin"

Aku berdiri tepat di depannya dengan tatapan sinis yang ku miliki

"Ron, mau ngapain lo? Masih jaman kaya gini? Lo semua kalo mau selamet bubar sana"
Salah satu dari mereka memohon-mohon padaku

"Ampuunn senior, jangan apa-apain kita. Belum nikah ini senior"

"Makanya kalian pergi sana, gak usah bikin kacau lagi atau mau gue telanjangin?"

"Ampuunn senior maapkan kita"

"Yaudah sana kalian pergi sekaraaanngg"

Roni beserta teman-temannya pergi meninggalkan rumah makan tersebut

"Beres juga akhirnya"

"Keren gimana caranya lu bisa bikin mereka kabur dari sini"

"Udah lo ga perlu tau, lanjutin makannya"

Enji datang dengan tangan yang membawa pisau dengan logam seperti yang berada di dapur

"Ngapain lo bawa pisau dapur?"

"Mau bikin Roni and the gank koit, katanya mereka mau perhitungan sama gue"

"Santai aja kali, udah gue habiskan mereka"

"Wait deh bentar, matii gue lupa. Dulu kan lo ketua genk mereka"

"Makanya itu, berani macem-macem mah gue sikut dulu sini"

"Roni gak berubah, masih aja dia begitu. Ganjen sama cewe, nodong sana sini. Bingung gue"

Rei datang dengan muka yang kesal dan sangar ketika itu

"Ra, tu bocah mana?"

"Siapa sih?"

"Anak buah lo"

"Siapa anak buah gue? Firman atau Roki?"

"Roni"

"Bukan urusan gue"

"Karena dia adek gue di rumah sakit sekarang"

"Pake kekeluargaan aja deh"

Aku membahas semua kejahatan yang dilakukan Roni terhadap orang-orang tersebut, sesampainya dirumah aku melihat televisi

"Dek, Roni itu club motor kamu kan?"

"Iya bang, kenapa?"

"Lu gak ikutan kan?"

"Kaga bang, lagian justin masih di kandangin bang. Besok gue bakal ngeluarin lagi, mau nantang tu bocah. Cape gue banyak yang dateng tapi kasusnya dia mulu"

"Bagus deh, gue ikut yaaa"

"Bang, Roki nyari lo tadi gak tau deh mau ngapain"
"Palingan tugas kelompok, udah kelar kok ini juga"

"Tumben rajin, tugas apaan sih"

"Gak bakal nyambung otak lo dek, jurnal menjurnal ini"

Pagi hari yang cerah di hari minggu, aku membawa anjingku berkeliling komplek. Tak sengaja aku bertemu dengan sahabat kecilku Rino

"Eh preman, masih aja bawa pet kesayangan"

"Udah tobat Rin, sumpah jadi orang jahat gak enak. Roni yang makin menjadi"

"Kelakuan dia mah emang gak bisa dirubah,  udah mendarah daging"

"Emang bener"

"Takut dia Ra sama lo"

Aku menganggukan kepala tanda setuju, tak sengaja aku melintasi rumah Roni yang tak jauh dari tempatku berdiri

"Rin, udah yok biarin aja mereka"

Salah satu dari mereka memanggil namaku dengan lantang

"KETUAAAAAAAA"

"Lo dipanggil Ra"

"Itu mah Roni bukan gue, biarlah"

"MAURAAAAAAA, sini kenapa gak kumpul bareng kita?"

"Nanti aja ya, gue mau bawa pet gue jalan. Galak pet gue ini"

"Woy Maura, temenin gue jalan"

" duh Nin, bikin kaget aja. Emang mau kemana sih?"

"Mau shopping gue, banyak diskonaaannn"

"Dimana sih dimana?"

"Ditempat biasa kita belanjaaaaa, yuk aaahhh"

Aku melirik ke arah mereka dan tertuju pada Roni

"Kalo lo jantan, ikut kita shopping"

Anggota clubku semuanya hanya dapat tertawa sekeras mungkin

"Mati lo bawa barang belanjaan Maura yang seabrek-abrek buat motornya"

"Gak deh Ra makasih"

"Emang kalo udah banci mah banci aja, mereka semua mau kok gue ajak belanja"

"Firman sama Roki?"

"Mereka selalu main bareng gue, nonton aja sampe dibayarin sama mereka"

"Iyaaa gue mau kok nemenin kalian"

"Makasih Roni sayang"

"Ra, lo pacaran sama dia? Yang udah gangguin gue kemaren?"

"Udah lama Nina sayang, cuma gak gue akuin aja. Bukannya gimana sifatnya dia ituloh yang bikin gue kesel, gak berubah"

Aku dipeluk Roni begitu saja dengan muka yang sedikit tersenyum

"Sabar bos, jangan asal peluk aja"

"Gue janji Ra, demi lo gue berubah. Sumpah!"

Aku menganggukan kepala tanda setuju

"Makasih ya cantik"

Aku bersamanya hingga saat ini, di karuniai seorang anak yang lucu dan menggemaskan

FINISH

_SE_

KAU MEMANG JODOH YANG TERCIPTA UNTUKKU

undefined
undefined. undefined

Gue Riska, berasal dari keluarga sederhana yang menginginkan segala sesuatunya dengan kemandirian

"Heeii lo bengong? Kenapa?"

"Ah ga apa kok, yuk kita ke kelas"

Sesampainya di kelas aku menemui cowo super keren dan kece seantero jagat raya ini

"Kemana aja lo? Baru masuk sekarang"

"Gue gak kemana-mana selalu diantara kalian semua"

"Udah kaya satan aja lo ada dimana-mana"

Aku menemui teman kecilku yang berada disebelahku

"What's up mba bro, kemana aja?"

"Gue sakit, badan gue panas"

"Waahh cepet sembuh yaa cantik"

"Thankyou thankyou"

Aku sembuh dengan sangat cepat dan kondisiku semakin membaik dari hari ke hari

"Ka, baik deh lo cantik lagi"

"Kenapa Tik? (tika sahabatku)"

"Bantuin gue deketin sama kakak kelas kita ya, dia ganteng banget gue cinta mati sama 
dia"

"Oalah Riko? Yaelah dia? Muka biasa aja lu sukain"

"Yang penting vulus dong"

"Dasar matre, gitu-gitu Riko pernah nembak gue. Ya gue terima pacaran sampe sekarang malah"

Riko (kekasih hati) mendatangiku dengan muka yang tersenyum manis

"Halo cantik, makin hari tambah manis aja ini muka"

"Gombal banget sih kamu pagi ini, hati-hati kebanyakan gombal kena serangan makin cinta"

"Biarin, aku emang udah cinta mati kok sayang banget sama kamu"

Tika dengan kesal dan mengamuk "jadiin aja gue sebagai nyamuk yang berterbangan di pagi hari"

"Yahilah sini deh temen baik gue ngamuk, peluk sini beb peluk"

Riko izin padaku untuk pamit ke sebuah tempat yang tidak aku mengerti tempatnya

"Yang aku jalan ya nanti malem sama anak-anak"

"Mau kemana kamu? Udah kelas 2 loh harus belajar dikit lagi mau uas"

"Affan (abang gue dan sahabat Riko) menang lomba grafiti cabang nasional kan hari ini? Mau kasih surprise gitulah"

"Lah iya dia menang, tumbenan kemaren dia nraktir gue makan sushi gitu"

"Tumben dia doyan makanan begitu, biasanya muntah dia"

"Gak mungkin muntah dia mah, tiap lebaran tanteku selalu bawa sushi dari jepang"

"Oke, aku balik ke kelas ya cinta"

Bell tanda masuk berbunyi dengan nyaringnya sampai Tika menanyakan padaku

"Lo serius jadian sama Riko?"

"Yailah gue serius kali masa main-main"

"Gue sama abang lo aja deh, tajir juga kan dia. Berduit gitulah"

"Kita gak sekaya mereka kok, kerja keras adalah modal kita berdua"

"Gue mau dong sushi di toko lo yang katanya paling enak"

"Oke pulang langsung cabs ke toko gue"

Sepulang sekolah aku dihadang teman abangku tersebut dengan langkah kebingungan

"Eh anak kecil, kemana aja lo?"

"Udah putih abu-abus gini kan udah gede, lagian gue juga punya penghasilan"

"Affan mana? Kok gak keliatan?"

"Abang gue? Dipindah ke Ausi sama bokap, jalannya ya sekarang. Pulang gue kerja palingan langsung jalan dia"

Riko datang dengan sikap cueknya tersebut

"Iya Affan pergi ke Ausi, dia gak sendiri kok masih ada Roni abangnya dia. Sekarang udah kuliah"

"Jangan diingetin, udah tau gue sama Roni berantem mulu. Gak pernah akur, gak ada temen curhat kan"

"Lagian dia juga udah jalan jam 9 pagi tadi, gue nganterin dia dan kasih lo surat ini"

For my lil sista yang suka ambekan

Jangan berantem mulu sama abang kita yang kacau itu, yang selalu ngisengin dan diam-diam menguping pembicaraan kita. Gue gak lama kok, cuma sebentar begitu lulus gue bakal bikin tembok kamar lo paling keren sepanjang masa. Jangan nangis apus air mata lo. Gue ngedadak jalan pagi karena suruhan bokap yang kian lama nyiksa batin gue

Kaka ganteng lo


Affan

Air mataku menangis kian deras, dipeluknya aku oleh Riko yang tak bisa berucap kata-kata lagi

"Cengeng banget sih lo, pake acara nangis segala. Ribet tau kalo sampe pingsan lagi"

"Gak bakalan pingsan sekarang mah"
Riko menyeka air mataku dengan sigap dan sangat cepat

"Udah jangan nangis lagi ya wanita terindahku you are the one and only"

"Gombal mulu lu mah"

Rinto (sahabat abangku) meledekku dengan kerasnya

"Yailah celebek ya celebek"

Aku dan Riko berbicara secara bersamaan

"Kalo celebek emang kenapa? Masalah banget apa sama lo? Makanya jangan jadi jones, benerin tuh muka"

"Ah kalian itu kata-kata gue kenapa kalian yang pake, barengan lagi udah ini mah sampe nikah"

"Amin amin ya rabbal alamin"

"Yah bakal jadi obat nyamuk nih gue kaya biasanya, abang lo sama Tika dan lo sama Riko"

"Masih ada kakak gue kok Rika namanya, emang jarang main sih anak teladan doi. Beda 180 derajat sama abang gue"

"Jadi, Affan punya kembaran? Cantik gak?"

"11 12 sama bang Affan"

"Sayang, aku jalan ya sama Tika udah janji soalnya mau ke toko"

"Mau aku anterin aja sayang?"

"Gak usah sayang? Aku bisa sendiri kok"

"Feeling aku gak enak loh sama kamu"

"Hmm, okelah"

Diperjalanan banyak duri-duri tajam dengan cekatan aku memegang pinggangnya

"Tumben megang pinggang, biasanya ogah-ogahan"

"Serem lewat sini, kenapa gak lewat jalan biasa sih"

"Macet lewat jalan biasa mah"

Aku menyiapkan alat dan bahan yang menjadi toping handalanku tersebut

"Chef Riska siap untuk mempertarukan makanan ini"

Diperjalanan pulang aku melihat beberapa orang sedang berjalan dengan cepatnya, Tak sengaja Riko menabrak separator jalan. Aku tak sadarkan diri, setelah terbangun aku melihat sekekeliling dan tak mengingat apa yang baru saja terjadi. Rino abangku pergi dari rumah entah kemana sedangkan Rika kakaku selalu menjagaku disamping, aku melihat sosok lelaki yang mengintipku dengan senyuman manis. Aku tak mengenali dia, yang ku tau dia adalah lelaki yang pernah manaruh hatinya untukku. Aku kembali ke sekolah dengan hal baru dan petualangan baru

FINISH

KAULAH JODOHKU SECRET ADMIRER

undefined
undefined. undefined

Nama gue Risa, hidup di kota besar seperti ini membuatku semakin liar dan nakal. Aku tinggal di Surabaya dengan keluarga kecilku, aku hidup tanpa papa dengan adikku yang sangat tampan bernama Rino

"kak, oper bolanya kesini"

Aku yang melihat cowo dengan mata melotot tersebut dengan style cuekku langsung terkena bola basket tersbut

"duh sakit banget ini kepala, pusing muter-muter ini"

"kak, gak apa kan? kak bangun kak"

Aku tak sadarkan diri sampai 5 menit, yang kulihat cowo ganteng dengan tatapan mata yang tajam dan menggemaskan

"hei wanita cantik bangun"

perlahan aku membuka mata, sesuai dengan yang ku lihat dia menolongku dengan sangat baik bersama wanita menggemaskan disampingnya

"aahh, sakit banget pala gue"

wanita tersebut dengan baiknya memberikanku pengobatan "lo gak apa? sini biar kita obatin, kebetulan gue ngambil jurusan keperawatan kok. Jadi gue ngerti"

Aku memegang kepalaku yang terasa sangat sakit tersebut

Wanita itu menanyakanku "kamu gak apa?"

"Gue gak apa kok santai aja"

Untuk merebut hati lelaki tersebut sangatlah susah, berbagai cara aku lakukan demi mendapatkan hatinya

"Ra (clara, calon perawat) mantan lo nyariin lo mulu tuh"

"Walaikumsalam bilang aja begitu"

Dengan duduk manis terdiam aku melihat aktivitas yang dilakukannya, banyak cara yang ku lakukan

"Body lo boleh juga Vin (cowonya clara)"

"Ga ah biasa aja kok, eh guys mulai lagi yok"

Aku melihat Clara dan Vino tanding basket dengan keringat yang mengucur di leher mereka berdua

Clara mengelap keringat Vino dan mengatakan sesuatu "kamu cape ya? Istirahat dulu sana. Nanti ku bereskan mereka ini"

"Gak usah sayang, aku tetep kok tanding lawan mereka"

"Kamu lagi sakit loh"

"Gak apa, nanti setelah basket juga sembuh santai aja"

Clara hanya menganggukan kepala tanda mengerti, aku mendengar suara adikku Jeno berteriak dengan semangat

"Mulai lagi yok semangat semua" 

Dengan segala kekuatan yang ada dan upaya yang diraih team basket cewe (the girl) vs cowo (the boy) seri 3-3

"Seri sayang, kamu menang aku menang"

"Iyap"

Vino mencium kening Clara dengan mesranya sambil menggandeng tangannya

"Jalan yuk sayang, kemana gitu"

Aku yang melihat hal tersebut hanya dapat bengong dengan mulut terbuka

"Tutup mulut lo kak, nanti banyak laler"

"Ah iya de, Vino sama Clara udah jadian berapa lama?"

"Setahun itu kak"

"Lama juga ya, pantes gue gak bisa ngancurin hubungan mereka. Udah lama banget sih ya"

"Jangan kak, mereka udah nikah"

Hatiku seperti teriris pisau, hancur lebur tak bersisa apapun 

"Kok sakit ya tapi gak berdarah"

"Makanya lain kali kalo cari pujaan hati yang bener"

"Iya sih iya bener juga, mending gue cari yang lain sih"

"Hampir kan lo rusak bahtera rumah tangga yang mereka bangun setahun itu"

Aku menganggukan kepala tanda setuju "sekarang siapa yang mau sama gue? Kayanya gak ada deh"

"Ada kok, cowo di seberang sana namanya Thomas anaknya baik banget"

"Sejak kapan dia suka sama gue?"

"Udah lama banget dari pertamakali kita masuk team the girl and the boy"

Thomas menghampiriku dengan senyuman manisnya 

"Hai Ris, love you"

Jantungku berdegup sangat cepat dan kencang seperti rollercoster yang berada di taman bermain 

"Iyaa gue gue juga sama kok"

Aku dan Thomas menjalani hari-hari dengan sangat mengesankan

"Sayang banget sama kamu Ris, gak bisa aku berpaling dari siapapun"

"Kemaren aku lihat kamu foto sama cewe lain, itu siapa?"

"Itu cuma sodara baik aku aja kok, temen kamu juga Tasya"

"Anterin aku ke tempat Tasya, sudah saatnya dia mengetahui ini semua"

"Dia juga tahu kok sayang, dia juga tau kalo kita tunangan dan akan menikah besok"

"Ah iya? Udah tau dia kalo kita mau nikah besok? Datang gak dia ke pesta kita hari ini?"

"Pasti datang dong sayang, tuh diujung sana liat bersama dengan Vino dan Clara yang gendong bayi mereka"

"Hai kalian sudah lama?"

Vino menjawab dengan seenaknya "udah kok lama banget nunggu kalian doang"

"Ra, Vin anak kalian lucu banget gue gendong yaaa"

Clara menjawab dengan senyuman manisnya "silahkan gendong aja Ris"

Dengan senyuman sadis yang diberikan oleh Tasya 

"Mau punya anak berapa kalian"

"11 aja lah Tas, biar kaya pemain bola"

"Banyak mas, bisa ngurusnya?"

"Banyak anak banyak rezeki kan?"

Kita semua tertawa dengan kerasnya sampai keesokan harinya aku menikah dan sekarang memiliki anak 3 dengan wajah yang lucu sekali

FINISH

_SE_

MY GRANDPA YOUR THE BEST

undefined
undefined. undefined

Nama gue Shinta, gue dilahirkan sebagaimana orang lain dilahirkan. Dengan penggunaan otak kanan dan paling lambat menggunakan otak kiri. Gue deket banget sama kakek gue yang biasa gue panggil dengan sebutan yatu yang berarti eyang kakung karena gue cadel dan baru bisa ngomong R saat gue masuk SD. Di siang hari yang sepi aku sedang bermain bersama sepupuku Mia

"dor dor dor"

Aku menaiki kursi sampai akhirnya aku terjatuh dan menyebabkan luka dikepalaku dengan sangat 
gesit orangtuaku memanggil ambulance, setibanya dirumah sakit

"gak mau sakit"

Aku terus memberontak sampai akhirnya aku terkena step (kejang-kejang) dengan suhu badan diatas 
40 derajat celcius, aku terus memanggil kakekku

"yatu yatu yatu"

"iya sayang yatu ada disini kok"

Akupun tumbuh menjadi anak yang periang dan tidak bisa diam sama sekali, bisa dikatakan aktif. 
lompat sana lompat sini, lari sana sini. Sampai akhirnya ibuku hamil dan memiliki adik baru yang 
sangat lucu dan menggemaskan itu

"Shin, jangan lari-lari nanti kamu jatuh"

Aku masih saja berlari sekuat yang aku bisa, sebisa mungkin. Setelah adikku lahir saat itu berusia 2 
tahun eyang putriku meninggalkan kita semua. Aku dengan santai duduk di kursi sambil mengobrol 
dengan beberapa pelayat disana
"eh Shinta"

aku yang bersekolah ditempat elit di daerah Jakarta tersebut tanpa dosa tersenyum-senyum, tidak 
mengetahui kejadian di dalam rumah. Proses memandikan jenazah sampai disuruh cium dikeningpun 
dilakukan olehku. Orangtuaku mengingatkanku untuk tidak menangis

"ma, kok eyang Rima nangis ma"

"kamu jangan nangis ya Shin, nanti eyang ikutan nangis"

Aku hanya menganggukan kepala sambil tersenyum manis, aku memasuki SMA dengan hati yang 
bahagia

"kamu tau gak, yatu ini pacaran kuliah sama eyang ya belajar bareng"

Mengingatkan masa muda di masa-masa sedang berpacaran, aku hanya menganggukan kepala saja

"Dulu jaman penjajahan Belanda yatu enak makan roti, belajar bahasanya. Kalo penjajahan Jepang 
cuma makan jagung aja"

Kakekku langsung menyanyikan kimigayo dengan semangatnya

"Kimigayoo, kimigayooo"

Aku tersenyum melihat semua itu, saat aku memasuki perkuliahan aku meminta untuk diajarkan 
balance cocard

"Aku ga ngerti-ngerti balance cocard, dosennya suruh baca sendiri"

"Begitu shin caranya"

Aku menganggukan kepala tanda mengerti dengan 4p yang ku kuasai saat ini, metode mengajar dan belajarnya sangat mengasyikan bagiku

"yatu dulunya nilai selalu coumloud gak pernah dibawah, soalnya 'belajar itu keharusan bukan kewajiban' begitu"

aku yang melihat nilai-nilai beliau di zaman kuliah tersebut kaget 'gimana caranya ipk 4 dengan rata-rata nilai A semua' aku berbicara dalam hati. Dengan banyak buku yang dia tuliskan selama ini, aku meminjam satu saja

"yatu aku mau pinjem buku, ada project nulis tentang kesehatan"

"iya sayang, ambil aja kamu datang siang aja ke rumah"

Aku tak pernah berkunjung siang hari, dikarenakan penulisanku yang sangat padat dan banyak permintaan dari banyak orang

"kak, bikinin cerpen dong"

"ah iya"

keesokan harinya, ada project penulisan dari seorang fans salah satu artis 

"step (nama panggilanku), bikinkan aku cerpen dong tentang kunci hati, artis favorite aku ya"

"ah iya nanti dibikinin"

"nice aku suka banget cerpennya"

"ah terimakasih"

"sama-sama"

Aku selalu ingin mencari tahu penulisan yang digunakan kakekku dalam menuliskan buku tentang ekonominya tersebut, aku selalu bertanya pada orang 'gue bisa nulis, apa keturunan ya?' jawaban mereka adalah 'iya lo keturunan untuk bisa menulis' dalam hatipun berkata 'dengan ini gue bakalan nulis dengan hati gue sendiri, tergerak karena ingin, belajar untuk kewajiban, walau banyak yang menghadang sekalipun, ini sudah menjadi dunia gue sendiri' tepat tanggal 1 September 2016 kakek gue berulang tahun yang ke 80 tahun dengan hati yang sangat berbunga-bunga. Tepat hari sabtu aku akan makan bersama dengan keluarga besarku

FINISH

cerita kali ini gue mau dedikasikan buat kakek gue yang paling baik dan paling ganteng sedunia, dengan pengajaran ke gue yang mudah dipahami dan pelajaran hidup yang diberikannya buat gue. Maap cuma bisa kasih ini aja gak bisa lebih, happy birthday yatu makin panjang umurnyaaaaaa amin

_SE_