KAU CINTA PERTAMA DAN TERAKHIRKU

undefined
undefined. undefined

Hari ini hal yang paling memberatkan hati dalam setahun terakhir aku menjalani masa sekolahku yang kian hari semakin membosankan, aku dilahirkan dari keluarga yang terpandang dengan ayah seorang pengusaha sukses yang sangat mapan. Nama gue Reva biasa dipanggil Bheler

"Eh, shoping yok udah lama gak ayok nih. Ada tas model baru yang keren banget"

"mana coba gue mau liat" Fika melihat-lihat onlineshop dari iphone roseku

"ini mah keren banget, yuk kita cus sekarang" Rina terlihat meneteskan air liur disekitar layar ponselku

"weits, kaka itu ngences kaka lap dulu pake baju" Fika tertawa dengan senangnya

"eh cewe-cewe sarap coba gue liat produknya kaya gimana sih?bagus atau biasa aja" Reina cewe tomboy satu sekolah datang dan mendekati kita

"ngapain si Rei liat sampe sebegitunya" Fika menggodanya

"yaelah ini mah biasa aja kali, masih bagusan punya nyokap gue" Reina memamerkan foto tasnya tersebut

"ih mau dong Rei, berapa sih harganya?" air liur Rina makin menetes deras

"gue jual dong, kaya gini doang mah ya murahlah ya"

"berapa Rei berapa?"

"5 juta doang kok, murah kan yaa"

Aku melonjak dengan terkejut dan hampir terjatuh ke dasar jurang dengan membawa ujung pohon dan tertancap duri-duri besar

"mahal bener lu jualan, gue murah nih cuma 3 juta doang" Fita sahabatku memberitahukannya

"yailaahh kalian ini, gue jual nih cuma sejuta doang kok" aku mengedipkan mata ke arah mereka

"kualitasnya gimana? kw apa asli nih" 

"lah gue mana pernah sih jualan kw, khusus buat kalian loh sejuta. Gimana?"

"gue mau deh mau, nanti gue transfer ya uangnya" Fika dan Rina berbicara bersamaan dan meninggalkan kita begitu saja

Aku melihat kakakku hanya tertawa melihat tingkah kita yang begitu menggemaskan ketika berjualan itu dan mendatangi kita

"wuidih enak nih kayanya yang dapet duit banyak dari kerjaannya sebagai marketing" Ka Vino(yang merekomendasikan aku masuk kerja tersebut) tersenyum melihat kita

"iya dong kak, 2 juta langsung transfer ke rekening gue dan besok gue bawa ke pak Guntur" aku tersenyum manis dengan jutaan tawa yang ada

"ah dasar lu pada pinter banget dapetin hati mereka"

"kak ngapain gue sekolah disini kalo gak bisa dapetin hati mereka" aku tersenyum manis kala itu

"balik duluan kak, mau transfer sekalian" aku pulang bersama dengan kedua temanku ini

 Diperjalanan tak sengaja aku bertemu dengan seorang lelaki yang tampan dan baik hatinya, melihat tingkah Fita yang kecentilan tersebut


"yaampun Rei, Va ganteng banget subhanallah ciptaanmu" Fita melihatnya dengan mata yang tak berkedip sedikitpun

"biasa aja itu mah brow gak ganteng banget, gantengan juga suami gue di masa depan" aku menghayal dengan bola mata yang berseri-seri

"ngayal aja lu bisanya Va, pacar aja gak punya"

"punya eh pacar gue mah, cuma kalian gak gue kasih tau aja males" aku tertawa dalam hatiku

"mana?siapa namanya?"

"masih di tangan Tuhan dong pastinya soalnya kan jodoh ditangan Tuhan" aku tertawa dengan kerasnya

"yailah daripada otak lo makin error mendingan kita liat tf dulu deh" Fita dan Reina berbicara bersamaan

"yuk kita ke ATM cuuss"

Aku menaiki Lamborgini terbaru milikku dengan plat B 412 EVA dengan pembawaan yang sangat cepat kala itu, sesampainya di ATM aku mengecek uangku yang beratus-ratus tersebut 

"lah ini kok kayanya di transfer tiga juta sih? siapa yang transfer ini?" aku kebingungan memikirkannya

"ah masa sih? coba lu tanya sama kedua anak itu" Fika menelpon mereka berdua yang sedang berada di Taman Anggrek tersebut

"coba loudspaker" 

"eh kadal" Fika berbicara dengan kata-kata manis dan lucunya, aku dan Reina hanya tertawa dalam hati

"kenapa si Fik? gue lagi sama laki nih disini" Rina tersenyum kala itu

"laki laki, nikah aja belum udah laki wooo" Fika  makin sewot saja

"loudspaker dong, gue mau bilang kalo gue udah jadian sama cowonya Reva" Rina mendesah ketika itu

"Rin, please lo dimana? jangan desah gitu, gue gak punya cowo" aku menjadi panik histeris pikiranku tertju pada ka Vino kakak kesayanganku

"gue kepedesan ini, sayang tolong ambilin minum" Rina menyuruhnya dengan memerintah

"iya sayang" aku mendengar suara ka Vino dan aku langsung tertawa dengan kerasnya

"gue mau ngomong sama lo bentaran, ini lo sama temen lo ngapa transfer tiga juta sih" aku kebingungan sekali

"nyokap gue mau, jadi yaudah gue transfer tiga juta ke lo"

"yaudah lo jagain tuh kaka gue, kadang ayannya suka kambuh" aku tertawa bersama dengan kedua sahabatku dan menutup telponnya

"yauth, kita transfer sekarang, males sih berurusan sama pak Guntur sebenrnya tapi mau apalagi" aku mengeluh ketika itu

Akupun menelpon atasanku kalau uang sudah dikirim dan siap ready untuk beberapa hari kedepan

"selamat siang bapak, saya sudah mentransfer uang hasil penjualan saya" 

"bagus bagus itu, kamu wanita karir yang cerdas" pak Guntur memujiku dengan suara yang tak jelasnya (giginya maju kedepan, sudah tua dan istrinya tiga)

"iya bapak terima kasih"

"sebentar saya sedang bersama anak saya yang paling kecil"

"oke pak siap" 

Aku mendengar suara rengekan yang berasal dari ujung telpon sana seperti orang yang meminta mainan bergambar dan segera menutup telepon tersebut dengan senyuman manis aku foto bergaya duck face

"inilah orang-orang yang akan menjadi penerus bangsa terdidik" aku meneriakan kata-kata tersebut dalam mesin ATM dan berfoto menggunakan handphone keluaran terbaru

Dari depan ruangan ATM tersebut seseorang membicarakan diri kita begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi sesungguhnya

"dasar anak SMA biasa baru dapet duit dari nyokapnya ya begitu"

"anak SMA sekarang alay-alay foto dalem ATM gak ada yang lain"

"dasar begaya tapi pake uang orangtua, mau jadi apaan"

Kita tersenyum dengan ucapan-ucapan mereka yang seperti dengan ATM di tangan kanan dan transferan di sebelah kiri aku bergaya di depan mereka

"palingan abis belanja di online shop"

"abis beli kosmetik kayanya"

Aku hiraukan kata-kata yang diucapkan oleh mereka yang tidak mengenalku lebih dekat lagi, dengan senyuman yang mempesona dan persahabatan yang terjalin aku bersama sahabatku berjalan-jalan dengan riangnya

"yailah sok banget sih, dibeliin orangtuanya sok banget" seorang anak SMA depan mataku membicarakan seperti itu

"si b*ngs*t ngapain lu bilang gue sok sokan, ini pake duit gue kok" aku yang emosi langsung menggampar pria tersebut

"mana mungkin anak SMA yang bersekolah di Tunas kita mandiri, mereka anak manja semua" dengan santainya pria tersebut berbicara

Aku yang ingin mengamuk ditahan oleh kedua temanku dan Fika membawa mobilku dengan perlahan-lahan dan membuat keadaan seperti normal kembali

"udah Va, biarin orang ngomong apaan kalian semua suci aku penuh dosa" Reina membuatku tertawa dengan jurusnya tersebut

"ah sarap ya tu cowo, bikin orang emosi aja. Kerja pagi sampe malem, ketemu customer, itupun gak tentu kapannya. Tiba-tiba kaya kuntilanak disuruh kerumah atasan" aku ngedumel begitu saja

"tau deh ah atasan sarap emang, masa iya cewe-cewe disuruh ketempat dia tengah malem cuma buat nurutin kemauan anaknya yang paling besar aja" Reina menambahkan ucapanku

"mana anaknya yang paling besar manja banget lagi, kabar-kabarnya minta dibeliin headset yang susah banget dicarinya" aku ngedumel dengan perkerjaanku semalem mencarikan anaknya headset sampai muter-muter kawasan senayan

"emang umur anaknya berapa sih? kok manjanya sampe begitu banget" Fika penasaran dan mungkin setelah dia tahu akan digebet juga

"seumuran kak Vino, cowo ganteng banget cuma manjanya gak ketolongan" Reina mengomentarinya begitu saja

 "bentar bentar anaknya pak Guntur nelpon gue, tau nih mau ngapain" aku mengangkat telpon tersebut dengan sangat hati-hati

"selamat siang, ada apa ya pak" aku berusaha untuk sopan 

"jangan manggil bapak, panggil aja gue Riko lagian kita cuma beda setahun kok" Riko berbicara dengan santainya

"kenapa sih" aku berlaga sangat jutek sekali

"jutek banget sih lo jadi orang, temenin gue party yok ketempat mantan"

"gak! pasti malem? besok gue masuk sekolah dan ada ulangan" aku kebingungan ketika itu

"pokoknya gue jemput lo jam 8 malem ya, gak boleh nolak oke" Riko memutuskan telponnya begitu saja tanpa persetujuan dariku

"ahelah besok kita ulangan, anaknya bos ngajakin jalan mager banget gue" aku bete setengah mati

"yaudah lagian lo kan juga pinter, masa iya lo gak ngerti sih?" Fika makin membuatku pusing

"belajar bareng sekarang aja gimana?" otakku tiba-tiba dapat berpikir jernih

"okeh on the way rumah Reva aja ya" Reina memberikan saran

"siap siap, gak ada orang ini. Kakak gue kan juga lagi jalan sama Rina nyokap bokap juga lagi di kampung"

"nih gantian nyupirnya, gak enak bawa mobil lo gak biasa gue" Fika tukar posisi denganku

 Aku membawanya dengan sangat cepat seperti arena balap yang sering aku ikuti saat malam minggu tiba

"nih rumah gue,surga dunia gue, istana terindah gue" aku melebih-lebihkan

"aahh hiperbola aja lu jadi orang" Fika menoyor kepalaku dengan asiknya

 "ah lu mah noyor mulu, gak sopan tau, yaudah gue buka gerbang dulu" aku kesal dan kmeudian membuka gerbang tersebut

Rumahku gak seperti yang dibayangkan oleh teman-temanku ini

"ini pake duit lo sendiri apa?" Fika penasaran ketika itu

"iyap pake duit gue yang dikasih sama bokap nyokap"

"namanya masih rumah nyokap bokap lo, bukan rumah lo sendiri" Reina menjadi sewot saat itu
 
"lah emang rumah bokap nyokap gue, masuk" aku menyuruh mereka untuk memasuki rumahku yang seperti gubuk ini

Mengerjakan tugas adalah kegiatanku sehari-hari ketika pulang sekolah setelah itu aku ganti baju dan makan lalu pergi bersama kakak ku yang baik ini

"aahh tugasnya kelar, gue mau ganti baju trus nanti kita makan yaw" aku pergi ke kamar dan terlihat kamarku sangat berantakan sekali

Aku mengumpat sendiri dan menendang pintu kamarku dengan suara yang sangat keras, teman-temanku menghampiriku

"kenapa sih lo?" Fika yang terkejut mendatangi dengan senyuman paniknya

"kapal pecah,buseh" Reina menggeleng-gelengkan kepala dengan tertawaan kerasnya

"what the, ini kamar gue tadi pagi masih rapi siapa yang berantakin?" aku kesal sekali dan sekujur tubuhku lemas saat itu

"eh ada tulisannya tuh 'maap ya adikku yang manis, kamar lo berantakan soalnya gue tadi sama cewe baru main dan makan di kamar lo' begitu isinya" Fika dengan polosnya membacakan begitu saja

"KA VINOOO!!!!!" aku berteriak dengan sangat keras sekali yang kudapatkan hanya tertawaan dari ruang studioku yang terletak diatas kamarku ini

Aku menaiki tangga dan mendapatkan mereka sedang asik bermain gitar serta drum setku dengan tertawaan yang sangat keras

"sini lo, rapihin gak kamar gue. Lo juga Rin rapihin kamar gue sekarang" Otakku mengepul tak karuan seperti disamber listrik dan rasanya ingin menendang kepala orang tersebut

Rina terlihat hanya menunduk ketakutan dan kakakku tertawa makin kerasnya 

"udahlah sayang jangan begitu itu cuma ancaman kok, nanti juga beresin kamarnya sendiri" Vino makin jadi meledekku

"buruaaannn" asap dikepalaku tambah mengebul makin banyak

"iya,iya santai aja kenapa sih lo" Vino dan Rina merapihkan kamarku yang seperti kapal pecah karena ulah mereka yang dibantu aku bersama dengan teman-temanku

"nah beres kan semuanya" aku menepuk-nepuk tanganku dengan cepatnya

Aku belajar bersama Rina dan kedua temanku dan diajarkan Vino dengan sangat terampilnya, pukul 7 malampun tiba aku di dandani oleh Rina dan kedua temanku ini

"ah kak rese banget anaknya pak Guntur ngajakin gue ke party mantannya, bodo ah tampilan gue amburadul gini" aku kesal ketika itu

"Reva, manis, lo itu harus dandan sini biar gue yang dandanin lo" Rina mengeluarkan seluruh alat makeupnya

"cantik banget lu" Vino mengelus kepalaku yang diikat rapi ini
 Pukul 8 malam seorang pria dengan kemeja rapi nan ganteng datang kerumahku, diberikannya gaun indah kepadaku kala itu

"pake nih" Riko melemparkannya begitu saja padaku

"gak sopan banget sih lo make dilempar-lempar kasih ke orangnya dong" aku memakinya dengan sangat kesal

Aku memakai gaun tersebut dengan sangat anggunya, seperti cerita cinderella aku memakai sepatu hak tinggi yang dipinjamkan oleh Rina saat itu. Aku berangkat menuju party tersebut bersama dengan Riko, disaat yang bersamaan aku melihat David sedang melantunkan beberapa lagu band ternama yang aku kenal, Riko dengan cepat melajukan kendaraannya menuju ke party yang di warnai putih tersebut. 

"hai sayang akhirnya kamu datang juga" seorang wanita datang dan memegang pergelangan tangan Riko dan mencium pipi kanan dan kirinya 

"bukannya kita udah putus? sudah deh jangan manggil gue sayang lagi" Riko melepaskan pegangan wanita tersebut

"ah belum kok kamu kata siapa?" wanita tersebut terlihat seperti kebingungan

"sorry tapi ini cewe gue yang baru, dia bernama Reva dari sekolah Tunas Kita" Riko memperkenalkan diriku sebagai kekasih barunya

Aku melihatnya dengan mata sinis dan muka yang kebingungan, aku dapat mengendalikan semua itu

"iya saya sudah lama kok sama Riko, kira-kira 3 bulan ya beb" Aku hanya mengarang cerita bebas tanpa mengetahui apapun

"ah iya beb udah 3 bulan" Riko merangkulku dengan senyuman terindahnya dan belum pernah aku lihat sebelumnya

Aku menganggukan kepala dengan sangat cepat dan tepat, dia menciumku tepat di keningku dan hatiku berdegup sangat cepat dan kencang

"pulang dari sini temenin aku liat bintang" Riko membisikannya secara perlahan

Aku menganggukan kepala sekali lagi tanda persetujuan akan semua yang dia lakukan padaku hari ini, acarapun selesai aku bersama dengan Riko menuju ke suatu tempat yang aku tidak mengerti apa nama dan pendeskripsiannya yang paling terpenting kita dapat melihat bertaburan bintang di sekitarnya

"keren ya Va?" Riko memelukku dari belakang

"ngapain si pak, meluk saya dari belakang, saya bukan wanita rendah seperti yang bapak pikirkan" aku memakinya dengan sangat cepat

"jangan marah dong dan satu lagi kalo kita lagi berdua dan bukan sama bokap panggil Riko aja. Selisih umur kita cuma setahun ini" Riko membujukku terus menerus hingga aku merasakan ketenangan

"Ko, aneh gak ya kalo kita sahabatan kaya gini"

"gue malah mau lebih dari sahabat sama lo"

"maksudnya apaan gue gak ngerti" aku berpura-pura untuk tidak mengerti kata-katanya tersebut

Riko berbicara serius sambil memegang tanganku "will you be my wife?"

"kenal dulu deh ya, baru abis itu nikah serem amat omongannya masih..."

"ya gak mungkinlah nikahin lu, otak gue ditaro dimana coba mau kan lo jadi cewe gue" Riko menembakku sekali lagi

Aku hanya dapat menganggukan kepala saja, setelah lulus SMA Riko melanjutkan studynya di negeri sakura sebagai lulusan terbaik, sedangkan aku setelah lulus bekerja dengan jenjang karir yang lebih baik lagi. Riko dan aku akhirnya menikah dan saat ini memiliki 3 orang anak yang lucu dan imut


FINISH


_SE_

Your Reply