Nama gue Riska, gue termasuk anak yang baik terhadap semua orang. Gue cewe yang susah banget untuk jatuh cinta terhadap orang lain, sampai suatu ketika aku menemui Maman sahabatku yang paling baik sedunia ini
"Ka, lo gak suka apa sama gue" Maman mengatakannya dengan polos
"belum ada perasaan gue samalo, gue nganggep lo cuma sebagai sahabat gue doang gak lebih"
Maman hanya dapat menganggukan kepala tanda pasrahnya kehidupan ini, awal aku bertemu dengannya di kampus. Satu kelas dan happy
"kenalin nama gue Riska, lo siapa?"
"gue Maman" Maman tersenyum manis kala itu
"ah iya" aku menganggukan kepala seraya mengerti akan ucapannya tersebut
semakin lama aku berteman dengannya semakin dekat aku terhadap dia, orang yang selalu ada disaat aku sedih ataupun senang sekalipun
"Ka lo pacaran sama dia ya?" Inas melihat sinis terhadapku
"ah gak, kita cuma temenan aja kok"
"lo cocok banget sama dia" Trina merangkulku dengan senyumannya
"gosip banget sih lo"
"lo mendingan sama dia deh Ka, ketimbang sama ambon (bruno pacarku saat itu)" Syarif datang mendekat dan ikut berbincang dengan kami
Datanglah dengan pakaian seperti Jhon Cena ke dalam kelasku yang sangat luas dan ramai tersebut
"lah, kok kamu pake baju ala Jhon Cena"
"Ka ngaco Ka, anak swag bukan Jhon Cena. Jhon Cena mah smack down dodol"
"oh iya lupa gue Rif, maklum anak beladiri"
Aku dipeluk sosok yang begitu kurus dengan kalung salib yang terpasang pada lehernya tersebut
"eh kenapa kamu?"
"jangan tinggalin aku sayang,aku bener-bener sayang sama kamu"
"minggir kita minggir jangan ganggu orang pacaran" Syarif berteriak dengan kerasnya
aku menganggukan kepala dengan sangat cepat dan secepatnya melepaskan pelukannya begitu saja
"malu ah pelukan depan umum" aku tersenyum dengan manisnya
Bruno melepaskan pelukan tersebut dengan sangat cepat sekali, sampai suatu ketika terdapat foto yang menggemparkan seisi kelasku diawal pedekatenya
"sebelum jadian aja udah kaya gini" Deni sahabat Bruno mengomentarinya
Berlanjut hingga banyak komentar yang tak jelas di grupku yang sangat bagus dan indah tersebut, Keesokan paginya dengan mukanya yang begitu kesal Bruno memasuki kelas dan memukul bangku yang terlintas di depannya. Aku melirik kepadanya terdapat sesuatu yang aneh dan aku berpikir kalau aku tak punya salah padanya, jam istirahatpun tiba Bruno menonjok Ical (Faizal) temanku. Aku menanyakan hal ini baik-baik padanya
"lu ada masalah apaan sih sama Bruno?"
"kaga ada" Faizal kebingungan
"kok bisa sih lo ditonjok begitu"
"gak tau gue ambon mah emang begitu"
Sepulangnya dari kampus aku duduk dipelataran gedung yang sangat sepi dan tak ada siapapun tersebut
"kamu kenapa nonjok Ical tadi" aku menanyakannya dengan hati-hati
"abis dibilang j*bl*y sih"
"bukan j*bl*y, lebay kali" aku berbicara dengan seriusnya
"iya itulah"
"lebay itu mah berlebihan"
Aku memeluknya dengan begitu erat karna sesuatu hal terjadi pada kita berdua, yang tak bisa kita prediksi sebelumnya
"yang aku takut" aku memeluknya dengan sangat erat
"gak usah takut ada aku kok disini" Bruno membalas pelukanku dan mencium keningku
"petirnya serem tau yang"
"cuacanya emang lagi gak bagus ini, ujan melulu" Bruno terlihat sebal akan hujan tersebut
"tapi hujan itu berkah dari Tuhan, jangan pernah di sia-siakan"
Bruno menganggukan kepala dengan santainya dan melepaskan pelukanku, kita pulang kerumah masing-masing. Seperti biasa Bruno menemaniku terlebih dahulu
"itu ada mobil kamu yang" aku tersenyum padanya
"nanti aja"
Aku yang tidak mengerti akan hal itu kemudian membiarkannya menemaniku dan aku membuat hal konyol yang orang lain tidak pernah lakukan, aku berdiri diatas tumpuan seperti polisi tidur tetapi lebih kecil dari hal tersebut. Aku yang ingin terjatuh memegang tangannya dengan sangat cepat. Keesokan harinya ketika ingin kuis Dasar Pemasaran, Bruno ingin kabur dan tidak mengikuti mata kuliah tersebut.
"kamu mau kemana?"
Brunopun diam sejenak
"kamu gak boleh pulang yang" aku menarik tangannya
"iya aku gak pulang kok"
Aku disana berdua dengannya mengambil posisi yang sangat menyenangkan karna aku merasakan lelah dan mengantuk, dosen kitapun masuk dan Bruno memburuku untuk mengerjakan beberapa soal tersebut
"kamu sih aku jadi gak bisa ngerjain"
Aku hanya dapat terdiam lemah tak berkata apapun lagi, aku ditinggal pulang olehnya dengan sangat kesal sampai dirumah aku menelponnya
"kamu kok ninggalin aku sih"
"maaf yang tadi kepala aku pusing banget"
Aku mengerti akan keadaannya tersebut dan dia menceritakannya semuanya secara detail
"aku sampe nyasar loh yang, kelewatan gitu"
"lah kok bisa sih sayang" aku kebingungan sekali
"iya aku ketiduran tadi di angkot"
Sampai keesokan harinya pelajaran yang paling aku sukai Agama disuruh menghafal bermacam-macam surat dari surat al-kafirun hingga surat yasin sekalipun, ketika namaku dipanggil
"Riska"
Aku maju ke depan dan membacakan ayat tersebut satu persatu dan akhirnya berhasil dengan jantung yang berdegup sangat cepat, giliran temanku yang dipanggil
"Sonia"
Dia menghafalkan surat al-kafirun berkali-kali tetap saja tidak bisa, dengan bantuankupun tak hafal-hafal juga. Aku menemani temanku Deasy ke kamar mandi dan melihat Bruno tertidur di depan kelas
"Wi (Dewi sahabatku), bangunin dong" aku mengkhawatirkannya
Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum dengan muka yang teramat manisnnya, aku menuju ke toilet dan berdandan rapi kembali, selesai mata kuliah tersebut aku membangunkannya
"yang bangun, udah selesai" aku berjongkok untuk membangunkannya dengan segan aku memegang tangannya (cielaaaahhhhh akheeemmm)
Dia membangukan As dan mengatakan kalau pelajaran penyejuk hati tersebut sudah usai, malam harinya setelah aku berpikir panjang dan masih dalam keadaan labil aku memutuskan cintanya begitu saja
"kita putus"
"emang kenapa?" Bruno kebingungan ketika itu
"kita beda agama Bruno dan aku bimbang akan hal itu" aku menangis sejadinya
"aku bakal masuk agama kamu" dengan penuh keyakinannya dia mengatakan hal tersebut kepadaku
Keesokan paginya ketika aku sedang makan Maman menembakku dan menyatakan cintanya padaku untuk yang pertama kalinya
"Ka, lo gak suka apa sama gue" Maman mengatakannya dengan polos
"belum ada perasaan gue samalo, gue nganggep lo cuma sebagai sahabat gue doang gak lebih"
"lo gak sadar setiap hari gue nemenin lo, tiap hari gue jalan sama lo"
"emang begitu kenyataannya man, gue gak bisa suka sama sahabat gue sendiri" aku merasa bersalah ketika itu
"tapi kenapa?"
"karna gue mencintai Bruno apa adanya, dengan kekurangan dan kelebihannya gue sayang sama dia" aku kembali kerumah dengan senyuman yang bahagia saat itu
Sesampainya dirumah aku menelponnya dan mengatakan perasaanku yang sebenarnya terhadap dia dan beruntunglah dia ingin kembali padaku, sampai akhirnya kita menikah dan dia pindah agama dengan senyuman yang sangat manis. Dia ijab qobul dan berakhiran dengan sah, keluargaku dan dia sangat senang sekali. Takkan ku sia-siakan kembali orang yang seperti dia karna orang ini yang menjadikanku lebih baik lagi dan lebih berharga dalam kehidupanku selanjutnya
FINISH
No Comments
CINTA DENGAN PERBEDAAN AGAMA
undefined
undefined. undefined
undefined. undefined
_SE_

