Archive for November 2016

CINTA DENGAN PERBEDAAN AGAMA

undefined
undefined. undefined

Nama gue Riska, gue termasuk anak yang baik terhadap semua orang. Gue cewe yang susah banget untuk jatuh cinta terhadap orang lain, sampai suatu ketika aku menemui Maman sahabatku yang paling baik sedunia ini

"Ka, lo gak suka apa sama gue" Maman mengatakannya dengan polos

"belum ada perasaan gue samalo, gue nganggep lo cuma sebagai sahabat gue doang gak lebih"

Maman hanya dapat menganggukan kepala tanda pasrahnya kehidupan ini, awal aku bertemu dengannya di kampus. Satu kelas dan happy

"kenalin nama gue Riska, lo siapa?"

"gue Maman" Maman tersenyum manis kala itu

"ah iya" aku menganggukan kepala seraya mengerti akan ucapannya tersebut

semakin lama aku berteman dengannya semakin dekat aku terhadap dia, orang yang selalu ada disaat aku sedih ataupun senang sekalipun

"Ka lo pacaran sama dia ya?" Inas melihat sinis terhadapku

"ah gak, kita cuma temenan aja kok"

"lo cocok banget sama dia" Trina merangkulku dengan senyumannya

"gosip banget sih lo"

"lo mendingan sama dia deh Ka, ketimbang sama ambon (bruno pacarku saat itu)" Syarif datang mendekat dan ikut berbincang dengan kami

Datanglah dengan pakaian seperti Jhon Cena ke dalam kelasku yang sangat luas dan ramai tersebut

"lah, kok kamu pake baju ala Jhon Cena"

"Ka ngaco Ka, anak swag  bukan Jhon Cena. Jhon Cena mah smack down dodol"

"oh iya lupa gue Rif, maklum anak beladiri"

Aku dipeluk sosok yang begitu kurus dengan kalung salib yang terpasang pada lehernya tersebut

"eh kenapa kamu?"

"jangan tinggalin aku sayang,aku bener-bener sayang sama kamu"

"minggir kita minggir jangan ganggu orang pacaran" Syarif berteriak dengan kerasnya

aku menganggukan kepala dengan sangat cepat dan secepatnya melepaskan pelukannya begitu saja

"malu ah pelukan depan umum" aku tersenyum dengan manisnya

Bruno melepaskan pelukan tersebut dengan sangat cepat sekali, sampai suatu ketika terdapat foto yang menggemparkan seisi kelasku diawal pedekatenya

"sebelum jadian aja udah kaya gini" Deni sahabat Bruno mengomentarinya

Berlanjut hingga banyak komentar yang tak jelas di grupku yang sangat bagus dan indah tersebut, Keesokan paginya dengan mukanya yang begitu kesal Bruno memasuki kelas dan memukul bangku yang terlintas di depannya. Aku melirik kepadanya terdapat sesuatu yang aneh dan aku berpikir kalau aku tak punya salah padanya, jam istirahatpun tiba Bruno menonjok Ical (Faizal) temanku. Aku menanyakan hal ini baik-baik padanya

"lu ada masalah apaan sih sama Bruno?"

"kaga ada" Faizal kebingungan

"kok bisa sih lo ditonjok begitu"

"gak tau gue ambon mah emang begitu"

Sepulangnya dari kampus aku duduk dipelataran gedung yang sangat sepi dan tak ada siapapun tersebut

"kamu kenapa nonjok Ical tadi" aku menanyakannya dengan hati-hati

"abis dibilang j*bl*y sih"

"bukan j*bl*y, lebay kali" aku berbicara dengan seriusnya

"iya itulah"

"lebay itu mah berlebihan"

Aku memeluknya dengan begitu erat karna sesuatu hal terjadi pada kita berdua, yang tak bisa kita prediksi sebelumnya

"yang aku takut" aku memeluknya dengan sangat erat

"gak usah takut ada aku kok disini" Bruno membalas pelukanku dan mencium keningku

"petirnya serem tau yang"

"cuacanya emang lagi gak bagus ini, ujan melulu" Bruno terlihat sebal akan hujan tersebut

"tapi hujan itu berkah dari Tuhan, jangan pernah di sia-siakan"

Bruno menganggukan kepala dengan santainya dan melepaskan pelukanku, kita pulang kerumah masing-masing. Seperti biasa Bruno menemaniku terlebih dahulu

"itu ada mobil kamu yang" aku tersenyum padanya

"nanti aja"

Aku yang tidak mengerti akan hal itu kemudian membiarkannya menemaniku dan aku membuat hal konyol yang orang lain tidak pernah lakukan, aku berdiri diatas tumpuan seperti polisi tidur tetapi lebih kecil dari hal tersebut. Aku yang ingin terjatuh memegang tangannya dengan sangat cepat. Keesokan harinya ketika ingin kuis Dasar Pemasaran, Bruno ingin kabur dan tidak mengikuti mata kuliah tersebut. 

"kamu mau kemana?"

Brunopun diam sejenak

"kamu gak boleh pulang yang" aku menarik tangannya

"iya aku gak pulang kok"

Aku disana berdua dengannya mengambil posisi yang sangat menyenangkan karna aku merasakan lelah dan mengantuk, dosen kitapun masuk dan Bruno memburuku untuk mengerjakan beberapa soal tersebut 

"kamu sih aku jadi gak bisa ngerjain"

Aku hanya dapat terdiam lemah tak berkata apapun lagi, aku ditinggal pulang olehnya dengan sangat kesal sampai dirumah aku menelponnya

"kamu kok ninggalin aku sih"

"maaf yang tadi kepala aku pusing banget"

Aku mengerti akan keadaannya tersebut dan dia menceritakannya semuanya secara detail

"aku sampe nyasar loh yang, kelewatan gitu"

"lah kok bisa sih sayang" aku kebingungan sekali

"iya aku ketiduran tadi di angkot"

Sampai keesokan harinya pelajaran yang paling aku sukai Agama disuruh menghafal bermacam-macam surat dari surat al-kafirun hingga surat yasin sekalipun, ketika namaku dipanggil 

"Riska"

Aku maju ke depan dan membacakan ayat tersebut satu persatu dan akhirnya berhasil dengan jantung yang berdegup sangat cepat, giliran temanku yang dipanggil

"Sonia"

Dia menghafalkan surat al-kafirun berkali-kali tetap saja tidak bisa, dengan bantuankupun tak hafal-hafal juga. Aku menemani temanku Deasy ke kamar mandi dan melihat Bruno tertidur di depan kelas

"Wi (Dewi sahabatku), bangunin dong" aku mengkhawatirkannya

Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum dengan muka yang teramat manisnnya, aku menuju ke toilet dan berdandan rapi kembali, selesai mata kuliah tersebut aku membangunkannya 

"yang bangun, udah selesai" aku berjongkok untuk membangunkannya  dengan segan aku memegang tangannya (cielaaaahhhhh akheeemmm)

Dia membangukan As dan mengatakan kalau pelajaran penyejuk hati tersebut sudah usai, malam harinya setelah aku berpikir panjang dan masih dalam keadaan labil aku memutuskan cintanya begitu saja

"kita putus"

"emang kenapa?" Bruno kebingungan ketika itu

"kita beda agama Bruno dan aku bimbang akan hal itu" aku menangis sejadinya

"aku bakal masuk agama kamu" dengan penuh keyakinannya dia mengatakan hal tersebut kepadaku

Keesokan paginya ketika aku sedang makan Maman menembakku dan menyatakan cintanya padaku untuk yang pertama kalinya

"Ka, lo gak suka apa sama gue" Maman mengatakannya dengan polos

"belum ada perasaan gue samalo, gue nganggep lo cuma sebagai sahabat gue doang gak lebih"

"lo gak sadar setiap hari gue nemenin lo, tiap hari gue jalan sama lo"

"emang begitu kenyataannya man, gue gak bisa suka sama sahabat gue sendiri" aku merasa bersalah ketika itu

"tapi kenapa?"

"karna gue mencintai Bruno apa adanya, dengan kekurangan dan kelebihannya gue sayang sama dia" aku kembali kerumah dengan senyuman yang bahagia saat itu

Sesampainya dirumah aku menelponnya dan mengatakan perasaanku yang sebenarnya terhadap dia dan beruntunglah dia ingin kembali padaku, sampai akhirnya kita menikah dan dia pindah agama dengan senyuman yang sangat manis. Dia ijab qobul dan berakhiran dengan sah, keluargaku dan dia sangat senang sekali. Takkan ku sia-siakan kembali orang yang seperti dia karna orang ini yang menjadikanku lebih baik lagi dan lebih berharga dalam kehidupanku selanjutnya

FINISH


_SE_

SUDAHLAH JANGAN DIBAHAS

undefined
undefined. undefined

gue mau kasih tau kalian, kemaren grub line gueyang berisikan anak-anak babi (maksudnya game pigg) bakal meetup bulan desember akhir iyey. Inget deh waktu gue meetup sama anak pigg untuk yang pertamakalinya sampai mereka kerumah gue whahaha it's so amazing guys, ngobrolin jadwal meetup kita sampe mereka harus dateng kerumah gue, itu sampai pukul 10 malam (kok malem banget kak?) iyaaa dari jam 7 kok dimulai


nah itu suasana ketika gue meetup dirumah gue, sengaja gue tutupin mukanya (gue belum ngomong soalnya). Dengan gelas dan kopi sebenernya sih ada 4 orang, cuma yang difoto cuma dua (apa banget kan). Yang di taman mini serunya gue gak ikutan foto, soalnya gue balik duluan. Gue meetup sama 2 orang sebut saja mawar dan melati (dua-duanya cowo) di masa gue masih bandel banget dan i know in the past i'm naughty like you. Nakal gue itu ya nakal remaja, nakalnya anak-anak kuliah pada umumnya. ya bolos kuliahlah, ngegame, gak ngerjain tugas cuma sederet itu aja (jangan dicontoh okeh), Gue kaya gitu karena kecanduan game dan gak suka yang namanya kuliah tersebut just it (bilang aja males), dari sederet itu gue paling suka mata kuliah softskill. Kalian tahu gak kenapa? ini blog dulunya adalah tugas-tugas kuliah yang gue jalanin dan gue hadapin setiap harinya,dosen juga masuk sebulan sekali kadang 2 minggu sekali. Ah iya ini foto gue waktu jaman kuliah di semester 7 atau 8 gue lupa 








teman yang bisa deket sama gue ya rata-rata cowo semua, sampai dikelas gue ini ada masalah gak tau asalnya darimana. Bilang kalo temen gue ini sering di bully dikelas dan gue gak sempet buat liatnya (bilangnya di blog kampus), gue yang saat itu bisa dibilang jarang masuk dan menjadi bahan mereka juga akhirnya dibilanglah kalo gue yang bikin itu semua (gak penting sih semua itu, buat apa gue bikin?) bullyan mereka berdampak pada gue yang sekarang, dari kampus karena sering nulis blog dan dosen gue pernah bilang "tulis apa yang pengen kalian tulis" itu yang menjadi pedoman gue buat bikin blog sampai sekarang ini. buat eb 11 beserta dosen dosen gue kaka praktikum yang selalu marahin gue kalau telat masuk, sampai kaka praktikum inget sama gue thank you so much karna kalian mengajarkan gue artinya disiplin dan gak ngaret, selalu mengerjakan tugas tepat waktu

Disamping itu gue mengikuti UKBK karate Gunadarma yang masih unyu-unyu abis pokoknya, bangetlah gue cinta banget malah 



i miss this moment and really miss this moment, dimana kita lagi becanda bareng dimana kita lagi asik-asikan bareng dan dimana kita berduka sama-sama, i means tepat 23 mei 2011 temen, sahabat dan gebetan meninggal dalam kecelakaan waktu itu and you know i write this moment i'm sad dan temen kita Meliana Melda temen sekelas gue juga, this pic is a very nice and miss her so much


Foto ini gak pernah nyangka bakal jadi foto terakhir sama dia, and i have a family in UKBK Karate Bheler family, lo tetep jadi bheler ke 4 kita Mel dan gak ada yang bisa gantiin semua itu, really miss her much. Gue foto waktu itu sama temen deket gue Filza dan Tina 



gue sama emak (tina)


gue sama teteh ea (filza)

Foto sahabat terdekat gue jaman kuliah waktu gue semester 1 (kangen banget sih sebenernya sama mereka berdua ini)

kita itu lagi sama-sama jelek disini
dan gue waktu jaman kuliah itu semester 1 dan 2 jaman dimana gue malakin duit anak-anak buat fotokopi, jaman dimana gue masih pacaran sama bryan (halo bryan mantan terindah) jaman dimana gue paling berisik dan paling rese satu kelas 




DImana gue bisa ngisengin si ganteng Rico tanpa harus malu-malu untuk megutarakan rasa sayang gue sama dia, asal ceklek jadi :D buat malem-malem biasalah kalo lagi kangen liat fotonya dia :D dan satu lagi foto terakhir ini awal banget gue pacaran samaorang begini :D



Foto paling penomenal dulu jaman gue kuliah, pulang kampus selalu bareng nungguin angkot juga bareng pokoknya selalu ada deh buat gue, end karna masalah agama :D Mungkin hal ini yang bikin gue ketawa, awalnya cuma becandaan dia nembak gue dan jadian putus. Sekarang doi makin ganteng manis :D segitu dulu blog dari gue (hai pacar jangan baper ya masalalu kok) :D


see u next tiime

cium dari jauh



pejuang LDR

KAKAKKU INGIN MENJAGAKU

undefined
undefined. undefined

kali ini gue bakal bikin cerpen yang bisa dikatakan keluar dari zona nyaman gue selama ini, kali ini yang gue bahas tentang kejadian sehari-hari yang dialami remaja saat ini cekidot




Nama gue Maulida Fitria biasa dipanggil Maulida, gue dilahirkan sebagai anak yang memiliki kemampuan cerdas dan sangat mengerti tentang artinya kehidupan dan kerasnya Jakarta saat ini. Aku memiliki 3 orang kakak yang sangat baik terhadapku, sebut saja Dino, Dito mereka kembar dan Vinsya

“Maulidaaaaa” seseorang memanggilku dari belakang dengan kerasnya. Aku menengok ke arah belakang dan terlihat sahabatku yang gemuk seperti ­galon air sedang berlari ke arahku. “iya, biasa aja dong kalo kangen” aku menertawakannya dengan sangat keras, sahabatku Nisa merangkulku dan membisikan kalau dia tidak akan pernah merindukan diriku yang manis ini, Saat aku memasuki ruangan kelas, aku melihat Reza teman terbaik yang pernah ku miliki berkelahi dengan Dito kakakku karena aku pulang terlalu malam “ngajak maulida kemana?” Dito memarahinya dengan sangat keras, “Cuma ke rumah Nisa doang kok, main disana abis itu langsung pulang soalnya ada banyak tugas” Reza menjelaskan dengan sangat hati-hatinya, “kak gue udah gede, udah bisa jaga diri sendiri” aku pergi meninggalkan kelas menuju ke taman belakang sekolah untuk menenangkan diriku sendiri

Di taman sekolah aku menangis dan tak mengetahui harus berbuat apa, datanglah kakakku Vinsya untuk menenangkan diriku “kenapa dek?”, “gak apa kok kak” aku tersenyum manis sekali saat itu, “jangan boong itu kenapa kamu nangis” kakakku menghawatirkan keadaanku ketika itu, “kak Dito marah-marahin Reza barusan di kelas aku” air mataku keluar lebih banyak dari biasanya, “memang kenapa?”, “pulang kemalaman kemarin” air mataku menetes makin derasnya, “kak Dito bukannya marahin Reza karna kamu pulang malam, dia khawatir aja sama kamu” kakakku menjelaskan dengan jelas, “tapi aku udah bisa jaga diri aku sendiri, gak perlu berlebihan kaya gitu juga, kak Vinsya pulang sampe tengah malam gak diomelin” aku merasakan iri hati yang sangat menggebu-gebu dihatiku, “kalo kakak kan pulang malam juga kasih tau ke kak Dito, kalo kamu kan gak ada kabar sama sekali”, “iya kak aku ngerti” aku kembali ke kelas dalam keadaan yang lusuh sekali

Sesampainya di kelas aku melihat Reza masih dimarahi oleh kakakku dengan sangat tegasnya dan aku duduk di tempat dudukku, barisan paling belakang dengan pemandangan yang sangat indah. Nisa menghampiriku dan meminta maaf kepadaku “duh, maapin ya pulangnya jadi larut malam. Kerjanya juga gak sampe selesai lagi” Nisa memegang tanganku dengan sangat eratnya,  “ah gak apa kok, kakakku aja yang lebay banget”, Nisa memelukku sambil tersenyum dengan manisnya. Aku melihat kakakku mengeluarkan ponsel yang tak seharusnya diperbolehkan untuk membawanya “tuh liat sama peraturan aja gak taat pake sok marah-marah” aku memalingkan mukaku yang terlihat kesal ini, Nisa menertawaiku dengan sangat kerasnya

Jam pelajaran dimulai, kakakku segera pergi meninggalkan kelasku dengan sangat cepatnya dia memasukan handphone kesayangannya kedalam saku celananya dan segera keluar dari kelasku yang rame tersebut, “gue tunggu di gerbang sekolah saat jam istirahat” kakakku menunjuknya dengan muka yang sangat marah, Reza hanya menganggukan kepalanya dengan sangat cepat. Guruku yang paling aku suka datang ke kelas dengan tatapan mata yang sangat bahagia saat itu, pelajaran yang paling aku sukai biologi dengan seorang guru yang sangat cantik dan penyampaian yang sangat bagus “jadi kalor tersebut dapat menyimpan panas yang lebih besar” bu Risya menjelaskannya dengan sangat baik dan mudah aku pahami, aku melihat sosok wanita yang sangat manis dan cantik duduk di depan ruangan ibu Risya. Aku menghampiri dan duduk di sebelahnya “ini kak Clara kan?” aku sangat penasaran sekali dengannya, kak Clara menganggukan kepala dengan sangat pelan

Aku yang sedang kesal dengan kakakku langsung mengutarakan kepadanya “kak Clara, aku boleh curhat gak?” aku berbicara dengan sangat hati-hati, “boleh silahkan”,”kakak pernah diomelin bu Risya” aku menanyakannya dengan sangat hati-hati, “ah sering itu mah, jangan ditanya lagi” kak Clara berbicara dengan santainya, “aku diomelin sama kakak aku kak, soalnya pulang terlalu malam dari biasanya. Udah gitu temen aku juga kena imbasnya” aku berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata, “kamu ngomong gak?” kak Clara terlihat antusias, “gak kak” aku merasa lemas ketika itu, “iyalah marah pastinya soalnya kamu pulang lebih larut dari biasanya, udah kaya gitu gak ngomong lagi pasti cemaslah” kak Clara menasihatiku, “ah iya kak makasih atas masukannya” aku mengangguk mengerti dan menuju kelas kak Dito untuk meminta maaf, “kak maafin aku, udah bikin kakak cemas” aku mengeluarkan air mata sekali lagi, “jangan nangis disini dong kan malu, tuh liat temen-temen aku pada ngeliatin dikirain kakak jahatin kamu” kak Dito menenangkanku, “adek gue lu apain Dit?” Dino hampir ingin menampar Dito, “santai bro, gue ngomelin Reza gara-gara kejadian semalam, dia pulang malam” Dito menjelaskan dengan seksama, “iya sudah kakak maafin, jangan pernah kamu ulangi lagi kejadian ini ya” kak Dito menasihatiku, aku menganggukan kepala dengan sangat cepat dan setelah kejadian ini, aku berubah dengan cepatnya, tak pernah pulang malam dan menaati peraturan yang ada disekolahku ini dan menjadi orang yang terbuka terhadap kakak-kakakku

FINISH ­

 _SE_

KAU CINTA PERTAMA DAN TERAKHIRKU

undefined
undefined. undefined

Hari ini hal yang paling memberatkan hati dalam setahun terakhir aku menjalani masa sekolahku yang kian hari semakin membosankan, aku dilahirkan dari keluarga yang terpandang dengan ayah seorang pengusaha sukses yang sangat mapan. Nama gue Reva biasa dipanggil Bheler

"Eh, shoping yok udah lama gak ayok nih. Ada tas model baru yang keren banget"

"mana coba gue mau liat" Fika melihat-lihat onlineshop dari iphone roseku

"ini mah keren banget, yuk kita cus sekarang" Rina terlihat meneteskan air liur disekitar layar ponselku

"weits, kaka itu ngences kaka lap dulu pake baju" Fika tertawa dengan senangnya

"eh cewe-cewe sarap coba gue liat produknya kaya gimana sih?bagus atau biasa aja" Reina cewe tomboy satu sekolah datang dan mendekati kita

"ngapain si Rei liat sampe sebegitunya" Fika menggodanya

"yaelah ini mah biasa aja kali, masih bagusan punya nyokap gue" Reina memamerkan foto tasnya tersebut

"ih mau dong Rei, berapa sih harganya?" air liur Rina makin menetes deras

"gue jual dong, kaya gini doang mah ya murahlah ya"

"berapa Rei berapa?"

"5 juta doang kok, murah kan yaa"

Aku melonjak dengan terkejut dan hampir terjatuh ke dasar jurang dengan membawa ujung pohon dan tertancap duri-duri besar

"mahal bener lu jualan, gue murah nih cuma 3 juta doang" Fita sahabatku memberitahukannya

"yailaahh kalian ini, gue jual nih cuma sejuta doang kok" aku mengedipkan mata ke arah mereka

"kualitasnya gimana? kw apa asli nih" 

"lah gue mana pernah sih jualan kw, khusus buat kalian loh sejuta. Gimana?"

"gue mau deh mau, nanti gue transfer ya uangnya" Fika dan Rina berbicara bersamaan dan meninggalkan kita begitu saja

Aku melihat kakakku hanya tertawa melihat tingkah kita yang begitu menggemaskan ketika berjualan itu dan mendatangi kita

"wuidih enak nih kayanya yang dapet duit banyak dari kerjaannya sebagai marketing" Ka Vino(yang merekomendasikan aku masuk kerja tersebut) tersenyum melihat kita

"iya dong kak, 2 juta langsung transfer ke rekening gue dan besok gue bawa ke pak Guntur" aku tersenyum manis dengan jutaan tawa yang ada

"ah dasar lu pada pinter banget dapetin hati mereka"

"kak ngapain gue sekolah disini kalo gak bisa dapetin hati mereka" aku tersenyum manis kala itu

"balik duluan kak, mau transfer sekalian" aku pulang bersama dengan kedua temanku ini

 Diperjalanan tak sengaja aku bertemu dengan seorang lelaki yang tampan dan baik hatinya, melihat tingkah Fita yang kecentilan tersebut


"yaampun Rei, Va ganteng banget subhanallah ciptaanmu" Fita melihatnya dengan mata yang tak berkedip sedikitpun

"biasa aja itu mah brow gak ganteng banget, gantengan juga suami gue di masa depan" aku menghayal dengan bola mata yang berseri-seri

"ngayal aja lu bisanya Va, pacar aja gak punya"

"punya eh pacar gue mah, cuma kalian gak gue kasih tau aja males" aku tertawa dalam hatiku

"mana?siapa namanya?"

"masih di tangan Tuhan dong pastinya soalnya kan jodoh ditangan Tuhan" aku tertawa dengan kerasnya

"yailah daripada otak lo makin error mendingan kita liat tf dulu deh" Fita dan Reina berbicara bersamaan

"yuk kita ke ATM cuuss"

Aku menaiki Lamborgini terbaru milikku dengan plat B 412 EVA dengan pembawaan yang sangat cepat kala itu, sesampainya di ATM aku mengecek uangku yang beratus-ratus tersebut 

"lah ini kok kayanya di transfer tiga juta sih? siapa yang transfer ini?" aku kebingungan memikirkannya

"ah masa sih? coba lu tanya sama kedua anak itu" Fika menelpon mereka berdua yang sedang berada di Taman Anggrek tersebut

"coba loudspaker" 

"eh kadal" Fika berbicara dengan kata-kata manis dan lucunya, aku dan Reina hanya tertawa dalam hati

"kenapa si Fik? gue lagi sama laki nih disini" Rina tersenyum kala itu

"laki laki, nikah aja belum udah laki wooo" Fika  makin sewot saja

"loudspaker dong, gue mau bilang kalo gue udah jadian sama cowonya Reva" Rina mendesah ketika itu

"Rin, please lo dimana? jangan desah gitu, gue gak punya cowo" aku menjadi panik histeris pikiranku tertju pada ka Vino kakak kesayanganku

"gue kepedesan ini, sayang tolong ambilin minum" Rina menyuruhnya dengan memerintah

"iya sayang" aku mendengar suara ka Vino dan aku langsung tertawa dengan kerasnya

"gue mau ngomong sama lo bentaran, ini lo sama temen lo ngapa transfer tiga juta sih" aku kebingungan sekali

"nyokap gue mau, jadi yaudah gue transfer tiga juta ke lo"

"yaudah lo jagain tuh kaka gue, kadang ayannya suka kambuh" aku tertawa bersama dengan kedua sahabatku dan menutup telponnya

"yauth, kita transfer sekarang, males sih berurusan sama pak Guntur sebenrnya tapi mau apalagi" aku mengeluh ketika itu

Akupun menelpon atasanku kalau uang sudah dikirim dan siap ready untuk beberapa hari kedepan

"selamat siang bapak, saya sudah mentransfer uang hasil penjualan saya" 

"bagus bagus itu, kamu wanita karir yang cerdas" pak Guntur memujiku dengan suara yang tak jelasnya (giginya maju kedepan, sudah tua dan istrinya tiga)

"iya bapak terima kasih"

"sebentar saya sedang bersama anak saya yang paling kecil"

"oke pak siap" 

Aku mendengar suara rengekan yang berasal dari ujung telpon sana seperti orang yang meminta mainan bergambar dan segera menutup telepon tersebut dengan senyuman manis aku foto bergaya duck face

"inilah orang-orang yang akan menjadi penerus bangsa terdidik" aku meneriakan kata-kata tersebut dalam mesin ATM dan berfoto menggunakan handphone keluaran terbaru

Dari depan ruangan ATM tersebut seseorang membicarakan diri kita begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi sesungguhnya

"dasar anak SMA biasa baru dapet duit dari nyokapnya ya begitu"

"anak SMA sekarang alay-alay foto dalem ATM gak ada yang lain"

"dasar begaya tapi pake uang orangtua, mau jadi apaan"

Kita tersenyum dengan ucapan-ucapan mereka yang seperti dengan ATM di tangan kanan dan transferan di sebelah kiri aku bergaya di depan mereka

"palingan abis belanja di online shop"

"abis beli kosmetik kayanya"

Aku hiraukan kata-kata yang diucapkan oleh mereka yang tidak mengenalku lebih dekat lagi, dengan senyuman yang mempesona dan persahabatan yang terjalin aku bersama sahabatku berjalan-jalan dengan riangnya

"yailah sok banget sih, dibeliin orangtuanya sok banget" seorang anak SMA depan mataku membicarakan seperti itu

"si b*ngs*t ngapain lu bilang gue sok sokan, ini pake duit gue kok" aku yang emosi langsung menggampar pria tersebut

"mana mungkin anak SMA yang bersekolah di Tunas kita mandiri, mereka anak manja semua" dengan santainya pria tersebut berbicara

Aku yang ingin mengamuk ditahan oleh kedua temanku dan Fika membawa mobilku dengan perlahan-lahan dan membuat keadaan seperti normal kembali

"udah Va, biarin orang ngomong apaan kalian semua suci aku penuh dosa" Reina membuatku tertawa dengan jurusnya tersebut

"ah sarap ya tu cowo, bikin orang emosi aja. Kerja pagi sampe malem, ketemu customer, itupun gak tentu kapannya. Tiba-tiba kaya kuntilanak disuruh kerumah atasan" aku ngedumel begitu saja

"tau deh ah atasan sarap emang, masa iya cewe-cewe disuruh ketempat dia tengah malem cuma buat nurutin kemauan anaknya yang paling besar aja" Reina menambahkan ucapanku

"mana anaknya yang paling besar manja banget lagi, kabar-kabarnya minta dibeliin headset yang susah banget dicarinya" aku ngedumel dengan perkerjaanku semalem mencarikan anaknya headset sampai muter-muter kawasan senayan

"emang umur anaknya berapa sih? kok manjanya sampe begitu banget" Fika penasaran dan mungkin setelah dia tahu akan digebet juga

"seumuran kak Vino, cowo ganteng banget cuma manjanya gak ketolongan" Reina mengomentarinya begitu saja

 "bentar bentar anaknya pak Guntur nelpon gue, tau nih mau ngapain" aku mengangkat telpon tersebut dengan sangat hati-hati

"selamat siang, ada apa ya pak" aku berusaha untuk sopan 

"jangan manggil bapak, panggil aja gue Riko lagian kita cuma beda setahun kok" Riko berbicara dengan santainya

"kenapa sih" aku berlaga sangat jutek sekali

"jutek banget sih lo jadi orang, temenin gue party yok ketempat mantan"

"gak! pasti malem? besok gue masuk sekolah dan ada ulangan" aku kebingungan ketika itu

"pokoknya gue jemput lo jam 8 malem ya, gak boleh nolak oke" Riko memutuskan telponnya begitu saja tanpa persetujuan dariku

"ahelah besok kita ulangan, anaknya bos ngajakin jalan mager banget gue" aku bete setengah mati

"yaudah lagian lo kan juga pinter, masa iya lo gak ngerti sih?" Fika makin membuatku pusing

"belajar bareng sekarang aja gimana?" otakku tiba-tiba dapat berpikir jernih

"okeh on the way rumah Reva aja ya" Reina memberikan saran

"siap siap, gak ada orang ini. Kakak gue kan juga lagi jalan sama Rina nyokap bokap juga lagi di kampung"

"nih gantian nyupirnya, gak enak bawa mobil lo gak biasa gue" Fika tukar posisi denganku

 Aku membawanya dengan sangat cepat seperti arena balap yang sering aku ikuti saat malam minggu tiba

"nih rumah gue,surga dunia gue, istana terindah gue" aku melebih-lebihkan

"aahh hiperbola aja lu jadi orang" Fika menoyor kepalaku dengan asiknya

 "ah lu mah noyor mulu, gak sopan tau, yaudah gue buka gerbang dulu" aku kesal dan kmeudian membuka gerbang tersebut

Rumahku gak seperti yang dibayangkan oleh teman-temanku ini

"ini pake duit lo sendiri apa?" Fika penasaran ketika itu

"iyap pake duit gue yang dikasih sama bokap nyokap"

"namanya masih rumah nyokap bokap lo, bukan rumah lo sendiri" Reina menjadi sewot saat itu
 
"lah emang rumah bokap nyokap gue, masuk" aku menyuruh mereka untuk memasuki rumahku yang seperti gubuk ini

Mengerjakan tugas adalah kegiatanku sehari-hari ketika pulang sekolah setelah itu aku ganti baju dan makan lalu pergi bersama kakak ku yang baik ini

"aahh tugasnya kelar, gue mau ganti baju trus nanti kita makan yaw" aku pergi ke kamar dan terlihat kamarku sangat berantakan sekali

Aku mengumpat sendiri dan menendang pintu kamarku dengan suara yang sangat keras, teman-temanku menghampiriku

"kenapa sih lo?" Fika yang terkejut mendatangi dengan senyuman paniknya

"kapal pecah,buseh" Reina menggeleng-gelengkan kepala dengan tertawaan kerasnya

"what the, ini kamar gue tadi pagi masih rapi siapa yang berantakin?" aku kesal sekali dan sekujur tubuhku lemas saat itu

"eh ada tulisannya tuh 'maap ya adikku yang manis, kamar lo berantakan soalnya gue tadi sama cewe baru main dan makan di kamar lo' begitu isinya" Fika dengan polosnya membacakan begitu saja

"KA VINOOO!!!!!" aku berteriak dengan sangat keras sekali yang kudapatkan hanya tertawaan dari ruang studioku yang terletak diatas kamarku ini

Aku menaiki tangga dan mendapatkan mereka sedang asik bermain gitar serta drum setku dengan tertawaan yang sangat keras

"sini lo, rapihin gak kamar gue. Lo juga Rin rapihin kamar gue sekarang" Otakku mengepul tak karuan seperti disamber listrik dan rasanya ingin menendang kepala orang tersebut

Rina terlihat hanya menunduk ketakutan dan kakakku tertawa makin kerasnya 

"udahlah sayang jangan begitu itu cuma ancaman kok, nanti juga beresin kamarnya sendiri" Vino makin jadi meledekku

"buruaaannn" asap dikepalaku tambah mengebul makin banyak

"iya,iya santai aja kenapa sih lo" Vino dan Rina merapihkan kamarku yang seperti kapal pecah karena ulah mereka yang dibantu aku bersama dengan teman-temanku

"nah beres kan semuanya" aku menepuk-nepuk tanganku dengan cepatnya

Aku belajar bersama Rina dan kedua temanku dan diajarkan Vino dengan sangat terampilnya, pukul 7 malampun tiba aku di dandani oleh Rina dan kedua temanku ini

"ah kak rese banget anaknya pak Guntur ngajakin gue ke party mantannya, bodo ah tampilan gue amburadul gini" aku kesal ketika itu

"Reva, manis, lo itu harus dandan sini biar gue yang dandanin lo" Rina mengeluarkan seluruh alat makeupnya

"cantik banget lu" Vino mengelus kepalaku yang diikat rapi ini
 Pukul 8 malam seorang pria dengan kemeja rapi nan ganteng datang kerumahku, diberikannya gaun indah kepadaku kala itu

"pake nih" Riko melemparkannya begitu saja padaku

"gak sopan banget sih lo make dilempar-lempar kasih ke orangnya dong" aku memakinya dengan sangat kesal

Aku memakai gaun tersebut dengan sangat anggunya, seperti cerita cinderella aku memakai sepatu hak tinggi yang dipinjamkan oleh Rina saat itu. Aku berangkat menuju party tersebut bersama dengan Riko, disaat yang bersamaan aku melihat David sedang melantunkan beberapa lagu band ternama yang aku kenal, Riko dengan cepat melajukan kendaraannya menuju ke party yang di warnai putih tersebut. 

"hai sayang akhirnya kamu datang juga" seorang wanita datang dan memegang pergelangan tangan Riko dan mencium pipi kanan dan kirinya 

"bukannya kita udah putus? sudah deh jangan manggil gue sayang lagi" Riko melepaskan pegangan wanita tersebut

"ah belum kok kamu kata siapa?" wanita tersebut terlihat seperti kebingungan

"sorry tapi ini cewe gue yang baru, dia bernama Reva dari sekolah Tunas Kita" Riko memperkenalkan diriku sebagai kekasih barunya

Aku melihatnya dengan mata sinis dan muka yang kebingungan, aku dapat mengendalikan semua itu

"iya saya sudah lama kok sama Riko, kira-kira 3 bulan ya beb" Aku hanya mengarang cerita bebas tanpa mengetahui apapun

"ah iya beb udah 3 bulan" Riko merangkulku dengan senyuman terindahnya dan belum pernah aku lihat sebelumnya

Aku menganggukan kepala dengan sangat cepat dan tepat, dia menciumku tepat di keningku dan hatiku berdegup sangat cepat dan kencang

"pulang dari sini temenin aku liat bintang" Riko membisikannya secara perlahan

Aku menganggukan kepala sekali lagi tanda persetujuan akan semua yang dia lakukan padaku hari ini, acarapun selesai aku bersama dengan Riko menuju ke suatu tempat yang aku tidak mengerti apa nama dan pendeskripsiannya yang paling terpenting kita dapat melihat bertaburan bintang di sekitarnya

"keren ya Va?" Riko memelukku dari belakang

"ngapain si pak, meluk saya dari belakang, saya bukan wanita rendah seperti yang bapak pikirkan" aku memakinya dengan sangat cepat

"jangan marah dong dan satu lagi kalo kita lagi berdua dan bukan sama bokap panggil Riko aja. Selisih umur kita cuma setahun ini" Riko membujukku terus menerus hingga aku merasakan ketenangan

"Ko, aneh gak ya kalo kita sahabatan kaya gini"

"gue malah mau lebih dari sahabat sama lo"

"maksudnya apaan gue gak ngerti" aku berpura-pura untuk tidak mengerti kata-katanya tersebut

Riko berbicara serius sambil memegang tanganku "will you be my wife?"

"kenal dulu deh ya, baru abis itu nikah serem amat omongannya masih..."

"ya gak mungkinlah nikahin lu, otak gue ditaro dimana coba mau kan lo jadi cewe gue" Riko menembakku sekali lagi

Aku hanya dapat menganggukan kepala saja, setelah lulus SMA Riko melanjutkan studynya di negeri sakura sebagai lulusan terbaik, sedangkan aku setelah lulus bekerja dengan jenjang karir yang lebih baik lagi. Riko dan aku akhirnya menikah dan saat ini memiliki 3 orang anak yang lucu dan imut


FINISH


_SE_

KISAH CINTA LDRKU

undefined
undefined. undefined

ama gue Violet menjalani LDR selama 3 tahun membuat kuping dan mataku seakan sakit, kuping mendengar bahwa LDR itu cowonya gak bisa jaga amanah, mata sakit melihat teman-teman berduaan dan pegangan tangan. Aku terlihat seperti wanita yang kuat dan tegar tetapi di sisi lain aku rapuh dan tertekan, awal bertemu dengannya di tempat wisata dekat dengan rumahku. Aku berempat dengan temanku menggunakan 3 motor, diperjalanan selalu banyak rintangan dan hampir celaka. Sesampainya disana aku bersama teman-temanku tidak mengetahui kumpul dimana dan berapa orang, Setelah mengetahuinya aku bersama mereka langsung ke tempat tersebut dan bertemu dengan cowo ini

­"sanaan dong, kita duduk berdua biar lebih romantis" aku sambil tertawa ketika itu, memeluknya dari belakang dengan tertawaan bercanda

"ganjen amat lu Vi" temanku meledekku dengan bahagianya

"kampret lu nyong, gue lagi diem malah kena" aku mengejarya dengan raut muka yang kesal

Setelah bercanda dengan riang dan senangnya aku pamit untuk pulang karena ingin menjemput ibuku yang belum pulang saat itu, sesampainya di rumah aku mendapatkan bbm darinya

13:00
PING!!!
PING!!!
PING!!!


13:10
kenapa?

13:10
gak apa kok cuma mau bbm kamu aja

Aku curhat dengan ketiga teman dekatku yang kala itu masih bersama-sama dengan jutaan tertawa dan senyuman yang ada

"Vino bbm gue" aku kegirangan sambil memeluk ketiga temanku ini

"coba liat mana liat Vi" Nina sangat penasaran

"iniii liat deh seneng banget gue" aku seperti orang yang di mabuk asmara

"terusin tep gas teruusss" Nina membuat asmaraku kian memuncak dan makin naik saja

15:00
 kamu udah makan?
hei
Vi
Vi
Vi
PING!!!
PING!!!
PING!!!

15:15
udah ini lagi kumpul sama anak-anak, ada Nada, Winsya dan Celin

15:00
okeh okeh kalau begitu, have fun yaa

Selama seminggu penuh aku bbman sama dia, dengan ucapan yang romantis dan mampu membuatku tersenyum kala itu dan mampu melupakan seluruh ingatanku kepada Vino lelaki yang meninggalkanku 2 tahun lamanya. Dia datang kerumahku untuk yang pertamakalinya

09.00
rumah kamu dimana?

09:00
di Pondok Indah

09:00
oh oke aku akan kesana

09:01
bawain coklat yaa

09:01
 iyaaa

Setelah sampai dirumahku, aku menyambutnya dengan hati yang sangat gembira sekali. Menyambutnya dengan antusias

"mana coklatnya?"

"gak jadi belinya"

Aku merasa biasa saja dengan hati yang kesal, dia mengeluarkan coklat tersebut dari kantong celananya tersebut

"maaf adanya ini, gak apa kan?"

"iya gak apa kok"

Dia memegang tanganku untuk yang pertama kalinya, dengan hatiku yang sangat kacau aku menanyakan kepada dia

"kok udah pegangan tangan aja, emang kita udah jadian?"

"kata mama aku, kalo cewe mau dipegang tangannya tandanya dia suka sama orang tersebut"

Aku langsung duduk terdiam dan foto kacamata yang sedang kita pakai ini, setelah itu beberapa bulan kemudian kita putus karna ada satu masalah. Aku bercerita dengan adiknya yang bernama Vito

"To, kok Vino diemin gue ya? ada apa sih? kok dia php gitu?" aku merasakan kegalauan kala itu

"emang gitu mba tapi dia gak bermaksud phpin mba kok" 

Aku mengerti dengan penjelasan adiknya yang terlihat seperti saudara kembar bagi dirinya tersebut, 3 bulan kemudian aku menanyakan pada dia

"udah nikah ya Vin?"

"apaan si Vi, belum nikah gue jadi berita gak jelas gini tau gak"

"lah kenapa?bukannya denger-denger kamu nikah?"

"susah dikasih tau soalnya"

Aku kembali mengutarakan hatiku yang sesungguhnya terhadap dia dengan senyuman yang begitu sempurna dan lebar

"aku gak cari pacar lagi Vi, aku cari calon istri"

"aku mau kok"

"aku udah cape pacaran terus"

"iya aku mau"

3 tahun lamanya aku tidak bertemu dengannya hanya berbicara lewat sosial media dan sms saja, sampai tiba waktunya dia mendatangiku dengan senyuman terindahnya

"yang, aku udah di depan hotel nih. Dateng ya"

aku membalas smsnya tersebut dengan hati yang tersenyum dan kegirangan

"iya tungguin aku aja ya kamu"

Sesampainya depan hotel tersebut aku memeluk dirinya dan menceritakan banyak hal yang hanya aku dan dia saja yang mengetahuinya, aku mencari sarapan dekat dengan rumahku bersama dirinya menggunakan motor kesayanganku

"yang, tambah gemuk kamu kayanya" Vino menyindir diriku

"iya nih, gimana gak ndut kerjaannya makan, tidur sama nyanyi di smule"

Dia hanya menganggukan kepala saja tanda mengerti akanku, sesampainya di sana aku turun dari motor kesayangank, bajuku yang terlihat terbuka sedikit tersebut membuatnya risih dan membenarkan bajuku

"yang masih cari kerja aja? gak usaha aja?"

"disuruhnya cari kerja yang, usaha mah gampang"

"oalah begitu, ya kamu emang cocoknya jadi karyawan si yang"

aku hanya menganggukan kepala dengan senyuman sinisku ketika itu, aku melanutkan kembali perjalanan menuju tempat wisata dan saat iu tempat wisata yang aku datangi adalah tempat dimana kita pertamakali bertemu


“iya iya aku inget kesini”

“iyalah yang ini kan tempat kita pertama kali ketemu”


Dia hanya menganggukan kepala saja kala itu juga, dengan mencari tempat untuk berfoto disana dia rela membawaku berkeliling tempat wisata tersebut

“aku lupa tempatnya dimana yang”

Setelah ditanya dengan warga setempat dan satpam disana akhirnya kita menemukan tempat yang dimaksud tersebut, aku berfoto ria di tempat tersebut dengan hati yang sangat bahagia kala itu

“aku kangen sama kamu, kangen banget”

“aku juga kangen sama kamu”

Aku memeluknya dengan dekapan yang begitu erat dan begitu sangat kuat sekali sampai tak ingin melepaskannya kembali. Seharian aku bersamanya dan tiba saatnya aku untuk pulang kerumah

“aku masih kangen sama kamu”

“besok masih bisa ketemu kok”

Diciumlah pipiku dan keningku dan sedikit pelukan rindu untuk menghilangkan rasa rindu yang ada di dalam diri, keesokan paginya dia datang kerumahku dengan sangat senang, Hpku diperiksa olehnya dan ada satu sms dari modusanku saja

“ini siapa yang?”

“gak tau yang, soalnya itu nomer gak jelas” sengaja aku tak memberikan nama di nomer tersebut

Dengan raut muka yang emosi dan marah dia meminta untuk pulang ke kampung halamannya tersebut

“yang aku mau pulang, uang aku abis, dirumah juga banyak masalah”

­Dengan hati yang sangat berat aku hanya menganggukan kepala saja, selesai sholat zuhur dia kembali pulang dengan membawa motor kesayanganku ini, aku memeluknya dari belakang dengan raut wajah yang sedang sakit, aku tertidur dalam dekapannya yang begitu membuat diriku nyaman­. Sesampainya di stasiun aku memeluknya tepat di leher menandakan bahwa dia tak boleh pergi

“cepet ya balik lagi kesini”

Dia menganggukan kepala dengan senyuman terindah yang dia miliki, dia menghampiriku dan mengatakan sesuatu

“jauhkan semua teman cowok dan mantan”

Aku menganggukan kepala tanda setuju, aku pulang kerumah dengan hati yang sangat gusar dan merana seperti itu, merindukan dia hanya sebatas mentari dan menyanyikan lagu kita yang membuat hatiku tenang dan bersabar. Hingga kini kita masih menjalani dengan hati yang sangat gembira dan senang

FINISH­

_SE_