RAINY DON'T BE AFRAID

undefined
undefined. undefined

Nama gue Rainy gue suka banget sama hujan, ketika hujan turun ke bumi dan alam semesta ini aku selalu berdansa dengan hujan dan bermain dengannya sahabatku yang bernama storm, jujur aku sangat takut dengan petir tetapi storm ini selalu membuatku tertawa dan bergembira. Sejak saat storm pergi aku merasakan kesepian disini, ditempat tinggalku saat aku masih duduk di bangku SD.

"Rainy, maaf aku harus pergi" Storm memegang tanganku dengan erat

"mau kemana?lalu aku bermain dengan siapa?" aku ingin menangis

"Rain, ingat aku akan kembali suatu hari nanti tetapi jika aku kembali jangan takut dengan petir ya" Storm berjanji kemudian pergi meninggalkan aku

di kejauhan yang dapat aku jangkau dengan mataku, aku melihat teman - temanku sedang menertawaiku dengan senangnya

"duh Rainy ga bisa jauh nih dari kamu" Prisa menggodaku dengan menghampiriku dan menampol kepalaku

"duh Rain makanya gaul dong, kuper banget sih lo" Trina meledekku dengan sikutan mautnya

aku hanya dapat berdiam saja dengan apa yang mereka lakukan padaku, sepulangnya dari tempat perpisahanku dengan storm, air mataku membanjiri keseluruhan pipiku. Sampai akhirnya aku lulus SMP dengan predikat yang gemilang, namun di SMA aku bertemu kembali dengan Prisa dan Trina

"eh anak kuper, bisa punya temen juga lo di SMP gue kirain lo kuper selamanya" Prisa meledekku dengan tertawaan yang keras

"wah iya bener banget lo, ganteng lagi temennya" Trina tertawa dengan keras sambil berjalan meninggalkanku bersama Prisa

"jawab sama gue Rain, dari kapan lo di ledek sama mereka berdua?" Putra dengan kesalnya tak terima dengan perlakuan mereka padaku

"dari jaman gue SD, sudahlah Put diamkan saja mereka" aku tersenyum dan memasuki bangunan SMA ternama sang kekasih

"gue gak terima ya Rain kalau ada orang yang ngeledek lo kaya tadi" Putra mengomel sampai akhirnya memasuki kelasku X - 1

"udahlah Put diamkan saja mereka, nanti mereka juga akan diam sendiri" aku tidak mau mengambil pusing lagi, dengan segera aku duduk di barisan paling depan

Beberapa bulan aku memasuki sekolah ini dengan hati yang sangat senang dan gembira, celotehan Prisa dan Trina ku biarkan begitu saja. Sampai akhirnya Putra mengajakku berjalan - jalan di tepian pantai Ancol di Jakarta Utara, hujan turun dengan derasnya dan banyak petir yang menggema di luaran sana

"Putraaa, aku takut" tak sengaja aku memeluk Putra sahabatku

"halah cemen lo Rain takut sama petir" Putra menggodaku sambil tertawa keras

"iihh lo mah, serem tau ga petirnya bener - bener parah" aku menutup telingaku, tiba - tiba seseorang mendatangiku untuk melepas kupingku

"jangan tutup kuping, pamali" manusia super tampan mendatangiku untuk melepas tanganku memakai baju berwarna merah dengan jaket kulitnya

aku hanya dapat tersenyum melihatnya seperti itu, aku membayangkan kalau dia adalah Strompis Zeus. Aku mengingatnya saat aku SD dahulu, aku sangat ketakutan apabila mendengarkan suara petir.

"kenapa masih takut?" wajah lelaki tersebut di majukan, wajahku dan dia kini hanya berjarak 5 cm saja

"gaa taaa kkuutt koo," aku menjawabnya dengan sangat gugup sambil melamun melihat ketampanannya

"heh anak marmut sok imut yang lagi salting sini lo," Putra memanggilku dengan kerasnya, meninggalkanku sendiri

"kenapa sih sok kegantengan amat" aku berlari kecil mengikutinya

"nari ujan, berani ga lo?" Putra menantangku dengan tegasnya

"berani gue siapa takut" aku tersenyum sambil menari - nari dengan senangnya, seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah sepeda

tak terasa aku sudah ditepi jembatan dan hampir terjatuh, peringatan dari sahabatku Putra tak aku gubris. Ketika aku mendengar suara Lainy (panggilan storm kepadaku dahulu) aku sudah terjatuh ke dalam laut, kenanganku bersamanya terulang kembali

"Lainyyy, hati - hati nanti kamu jatuh" suara storm begitu menggema di kupingku

"oke strom, aku pasti hati - hati kok" aku melangkahkan kaki ke sebuah taman ditempatku berpisah dengannya dahulu, saat itu sedang berlari mengejar seekor kupu - kupu

Tak sengaja aku terjatuh dalam selokan dan menangis dengan sekeras mungkin, sambil berteriak karena kesakitan yang mendalam

"maaaa, sakittt" aku menangis dengan kerasnya, kemudian storm menghampiriku dengan senyuman terindahnya

"sini sini sudah jangan menangis" Storm menjulurkan tangannya padaku, setelah itu menghiburku sampai aku tertawa kembali

ketika aku tersadar, aku melihat ada keluarga dan sahabat - sahabatku sedang menangisiku. Saat itu terdapat selang disekujur tubuhku.

"mom, aku dimana?" aku melihat kondisi sekitarku seperti di rumah sakit dengan keadaan yang kebingungan.

"kamu tenggelam rain" ibuku menangisiku dengan sangat luka yang dalam

"tenggelam mom?aku melihat ada Storm mom, Storm mana?"aku merasakan bingung dan dengan cepat aku mencari storm teman kecilku dahulu

"masih di Ausi sayang, hari esok ia akan kembali ke Indonesia" ibuku memberitahuku dengan senyuman terindahnya

Keesokan paginya ketika aku sedang asik mengobrol di pelataran rumah sakit bersama sahabatku Putra, tak sengaja aku melihat sosok pria tersebut datang kembali

"Rainy Anastasya Putri, lihatlah sesosok pangeran idamanmu disana, jeng jeng jeng" ucap Putra menggodaku dengan menggambarkan saat di istana

"ah Put, biasa aja si  maluu" bisikku malu - malu ditelinganya yang kemudian menjadi tawa kita berdua

seminggu aku berada dirumah sakit dan aku pulang kerumah dengan hati yang gelisah, keesokan paginya ketika aku ingin pergi ke sekolah dengan biasanya, aku yang selalu pergi bersama sahabatku Putra menemukan secarik kertas tanpa nama yang ditujukan untukku beberapa tahun yang lalu.

untuk sahabatku tercinta 
Rainy Puspita 

hallo Rainy, sahabatku yang paling aku sayangi kamu jangan pernah takut sama petir. Tanpa adanya petir mungkin kita tak mengenal listrik dan hidup tanpa listrik. Saat aku meninggalkan kamu, nyawaku hanya tinggal beberapa saja Rain gak banyak. Rain mungkin suatu saat nanti kamu akan temukan surat ini


salam


stormy Zeus 

aku langsung menangis membaca surat dari storm tersebut, tak sengaja air mataku menetes deras. Putra yang saat itu melihatku langsung menghapus air mataku dari pipi yang tembem ini

"lah, lo ngapain nangis cengeng banget sih lo" Putra menggodaku sambil menggelitiki pinggangku

"gak kok, cuma hmm cuma" aku tersedu - sedu melihat isi surat tersebut

Putra langsung merebut surat tersebut dariku dan membaca isinya dengan sekeras mungkin, di akhir dia langsung turut bersedih pula

"udah Rain, mungkin disana dia ingin berobat. gue yakin kok ketika dia kembali orang yang dicari pertamakali elo" Putra menenangkanku

"iya put, nanti Storm pasti akan kembali ke Jakarta gue yakin kok 100 %" aku menganggukan kepala sambil tersenyum 

kala itu hujan turun dengan derasnya, disambut dengan petir - petir yang sungguh mengerikan. Aku tak lagi menutup telingaku, kali ini aku beranikan diri untuk mendengar suara petir yang berada di langit sedang menangis  seperti hatiku yang ingin mengetahui keadaan Storm saat ini. 


FINISH

Your Reply