Nama aku Anjani biasa orang – orang terdekatku memanggil An, gue
terlahir sebagai anak terakhir dalam keluargaku yang sangat cerdas dan sedikit
tomboy, ibu dan ayahku bangga denganku karena prestasiku dimana - mana, aku
keturunan Jepang dan Jakarta. Aku berkuliah di Pinoy University dnegan jurusan
sastra Jepang.
“Anjani, aku pinjem duit dong buat adik aku, dia dirawat dirumah
sakit terkasih” ucap Fika teman kampusku yang paling baik
“maaf ya, tetapi aku sedang tak ada uang. Nanti aku usahakan deh
untuk mencarinya” aku sangat tidak tega melihatnya seperti itu dan air mataku
sedikit menetes
“maap ya, Anjani aku sering merepotkanmu” Fika terlihat sedih
sambil memelukku dan menangis sangat tersedu – sedu
“gak apa – apa kok Fik, santai aja” aku tersenyum dan menyeka
air mata temanku tersebut
Tidak berselang lama, aku mendapatkan uang untuk kuberikan
kepada Fika dengan berbagai cara aku hadapi. Dari mulai mengikuti serangkaian
organisasi hingga bekerja sangat keras, aku melihat Fika sangat senang sekali
“makasih banyak ya Anjani sahabat baik gue” Fika memeluk dengan
sangat erat sekali
“hei Anjani” seluruh anak kampus menyebut namaku dengan senyuman
manis mereka
“hai kalian” aku menjawab dengan malu – malu dan terkejut
melihat mereka mengenal namaku disini
“ANJANIIII” seseorang dengan pakaian kemeja rapi sambil membawa
buku dan berkacamata tebal memanggilku dengan sangat kencang sekali
“kenapa kenapa?” aku kebingungan dan melihat sekelilingku
“tidak apa – apa kok, aku hanya ingin membawakan sesuatu
untukmu” Feri kakakku membawakan bekal makananku yang tertinggal pagi tadi
“arigatou Ani san” aku sedikit membungkuk seperti yang dilakukan
dalam tradisi keluargaku
“do itashimasite imouto” kakakku Feri tersenyum dan sedikit
merangkulku dengan membisikan beberapa kalimat yang tak ku mengerti
Aku hanya dapat menganggukan kepala dengan sangat cepat dan
tersenyum dengan manisnya. Kakakku ini seseorang yang paling mudah untuk
berkomunikasi dan ketua BEM di kampusku yang menjadi incaran para gadis
dikampus. Sesampainya dirumah kakakku menceritakan semuanya kejadian dikampus
saat mengantarkan makanan untukku
“mom, lucu sekali saat aku mengantarkan makanan untuk Anjani,
teman – temannya menatapku dengan sangat tajam dan tidak berpaling” Feri
menceritakan semua kejadian dikampus.
“bohong mom, temanku tidak menyukai ka Feri mereka hanya kagum
saja dengan prestasi ka Feri” aku cemberut dan langsung memajukan bibirku
beberapa cm
Ka Feri dan mom langsung tertawa melihatku cemberut dengan bibir
maju dan mom langsung menjelaskan keseluruhannya
“aduh anak mom, belum ada yang mengerti soal cinta?biar mom
jelaskan kepada kalian” mom tersenyum manis dan sedikit menertawai kita
“mom jangan ketawa seperti itu” mulutku bertambah maju 3 cm
“iya tidak tidak, jadi cinta itu bagaikan sebuah baju kalau
kalian kebesaran kalian akan mencari yang lain apabila kekecilan kalian akan
mencari yang dengan size ukuran kalian dan juga kalian pasti akan mencari yang
menarik, tetapi belum tentu pas dengan kalian” ibuku tersenyum memberikan saran
kepada kita, seketika ayahku datang dan mengangguk dengan pernyataan mom
“benar itu yang dikatakan mom, awal mula kalian jatuh cinta
kalian merasakan sebuah getaran yang berbeda dan detak jantung kalian akan
lebih cepat dari biasanya” ayahku menjelaskan dengan tersenyum dan mengelus
kepala kami berdua
“iya yah, aku mengerti sekarang” aku menganggukan kepala tanda
mengerti akan hal tersebut
“yah, mom kita berdua tidur duluan ya, sudah mengantuk” ka Feri
izin dan akupun menguap berkali – kali
“oyasumi nasai buat anak ayah” ayahku tersenyum dan melirik ke
arah ibuku yang sedang tertawa tetapi ditahan
Aku dan ka Feri melihat ibu dan ayahku langsung protes secara
bersamaan dan menuju ke dalam kamar masing – masing
“ayah, mom jangan tertawa seperti itu” aku dan ka Feri berbicara
secara bersamaan
“sudah sana kalian tidur, besok kalian kan berangkat pagi”
ayahku menyuruh kita untuk tidur cepat dan aku dengan secepat kilat menuju
kamar kakakku
“kak Fer mau cerita” aku memohon dengan bibir dimajukan 5 cm
“cerita apa An?” Feri terlihat sangat mengantuk
“kak Fer, menurut kaka Daniel gimana orangnya?” aku berbicara
dengan nada ketakutan sambil menggaruk kepala sebenernya tidak gatal dan
tertawa kecil
“Daniel mana si Anjani?” kakakku begitu penasaran dengan
berpangku tangan
“teman satu kelas kak Fer” aku semakin ketakutan dan sedikit
agak gemetaran
“oalah Daniel Putra? Dia itu anaknya pintar tapi playboy ah de”
Feri sedikit tertawa dan mengelus kepalaku dengan rasa sayangnya
“lah, playboy ka?ah kalo begitu ya sudahlah aku tak jadi” aku
langsung pergi ke kamarku begitu saja dengan muka jutek dan cuek
Didalam kamar aku mengingat Daniel menembakku seminggu yang lalu,
dengan membawakan seikat bunga mawar hitam yang ku minta dari setiap orang yang
menembakku. Malam itu aku langsung tertidur pulas, di ketuklah pintuku saat
tengah malam
“de, buka pintunya aku mau kasih tau sesuatu ini. Important!” kakakku menggedor pintu
dengan keras dan muka yang sangat ceria
“ada apa sih ka, udah malam ini aku ngantuk banget” aku
membukakan pintu dengan nada sedikit mengomel dan mata agak ku buka sedikit
“gue jadian, gue jadian sama teman lo itu” Feri terlihat senang
dan segera memelukku dengan erat
“yailah, sama siapa si ka?ada yang suka sama kakak, dunia hancur
ka” omonganku melantur kemana – kemana
“samaaa, samaaa Fika de” kakaku langsung tertawa kecil dan
menggaruk kepalanya
“Fika ka?seriusan?demi apa?” aku terkejut dan mataku sedikit
agak melebar
“iyaa, Fika teman kamu kan de?kita party malam ini de, ganti
baju sana” dengan kebahagiaannya kakaku langsung menyuruhku berganti pakaian
Aku masih berdiri diambang pintu dan tidak mempercayai kalau
kakakku bisa mendapatkan Fika yang sangat cantik dan pintar tersebut, batinku
mengatakan kalau ini tidak mungkin terjadi
“BURUAANN ANJANIII” kakaku berteriak dengan kerasnya dan
membangukan lamunanku
“ah iya ka iya” aku langsung terkejut dan berganti pakaian
dengan cepat
Setelah aku berganti pakaian dengan kemeja yang diberikan
kakakku waktu aku berulang tahun yang ke 17, memakai celana jeans kebesaran, sepatu
sneakers kesayanganku, rambutku dikuncir satu kebelakang
“lah de, kamu tampil feminim sedikit aja biar cantikan dikit
gitu” kakakku meledekku dengan jenakanya
“yah ka gimana, aku gak punya rok atau dress” aku memukul sedikit
tangan Feri yang sangat kekar itu
“ya sudah, kalau begitu nanti sehabis kita makan di warung pecel
lele. Dibeliin deh dress atau rok gitu, biar feminim dikit” kakakku meledekku
dengan senyuman khasnya, yang cuek dan dingin
“makasih deh, ribet aahhh ribet banget pasti” aku membayangkan
kalau aku memakai rok atau dress kekampus
Setelah aku berpamitan dengan kedua orangtuaku, diajaklah aku
makan di sebuah cafe dengan mata tertutup dan setelah aku sampai, aku sangat
terkejut terdapat kakakku dan Fika sudah memasang cincin
“ka Feri, Fika kalian kenapa tidak bilang kalau sudah memasang
cincin dan jadian sudah lama” aku sedikit mengomel dengan bibir maju 5 cm
“lah, kamu gak liat An?kemarin kita sudah bermain mata dan aku
melihat Feri membisikan sesuatu di telinga kamu” Fika menjelaskan sejelas
mungkin
“iya iya inget Ka” aku langsung memajukan bibirku 5 cm
“makanya kalau orang ngomong itu disimak, kebiasaan sih gak
pernah nyimak” Fika mengomeliku sedikit
“heeii Anjani, what’s up mbooyy” Nico memanggilku dengan sebutan
tomboy, dia salah satu orang yang membuatku kesal dikampus
“ngapain si Nico Ari Sumanja disini?” dengan omongan jutekku dan
sedikit tempramental
“gue pemilik disini keles mboy” dengan gaya senioritasnya Nico
berbicara seperti itu
“yahilah, co co kenalin ini adek tercinta gue yang paling imut
dan ini Fika cewe yang gue ceritain sama lo” Feri mengenalkannya ke Nico dengan
bahasa yang sejelas – jelasnya
“eh dek, ini sahabat gue temen seperjuangan gue kalian kenalan”
Feri mengenalkannya padaku dengan sangat senang
“iya ka iya” aku hanya menganggukan kepala dengan kesalnya
“gue punya tantangan nih buat kalian berdua” Feri melirik dan
mengedipkan mata ke arah Fika yang sedang memperhatikan keluguanku
“oh iya, iya jelaskan Fer” Fika langsung tersenyum dan sedikit
tertawa
“jadi kalian akan kita borgol esok hari dan ketika jam belajar
ataupun pulang kerumah dilepas, ketika sampai kampus kalian diborgol kembali”
Feri tersenyum dengan puasnya setelah dijahili aku sebulan yang lalu
“ahilah kaka mah, ini apaan sih Fika ngajak gue kesini gak jelas
dan sekarang pengen borgol gue segala sama si kutu kupret satu ini” aku sangat
kesal dan berpangku tangan
“daripada kalian terus menerus berantem gak jelas dikampus, kaya
orang pacaran yang sedang berantem” Fika menjelaskannya secara singkat dan
jelas
“gue gak mauuuuu” aku dan Nico berbicara secara bersamaan
“kok gak mau, mau gak mau harus mau lah” Feri memaksaku dengan
senyuman yang sangat puas
“kalau kalian gak berani menghadapi ini, kalian gue nyatakan
kalah dari sekarang” Fika mengancamku dan Nico dengan bahasa yang sangat sadis
“ahilah oke oke gue setuju” jawabku dengan lemas dan tak
bergairah
“co, mulai sekarang kalian gue nyatakan mengikuti serangkaian
test untuk kalian selama sebulan” aku dan Nico dipasangkan borgol tanpa kami
sadari
“oke oke” Nico mengiyakan dengan pasrahnya
“kaaa pulang yok, ngantuk ini lo bangunin gue tangah malem”
mukaku langsung bete
“yuk, yuk pulang” Feri melirik ke arah Fika dengan senyuman
khasnya
Ketika aku dan Nico bangkit ingin berjalan, seketika tanganku
dan Nico menyatu. Mukaku langsung kesal dan cemberut
“sejak kapan lo ngiket gue sama si tomboy rese ini?” dengan nada
juteknya Nico
“dari tadi dong” Fika dan Feri tertawa dengan kerasnya
Ketika Feri berdiri dan melangkahkan kakinya dia langsung
terjatuh dan ditertawakan seluruh pengunjung cafe tersebut
“makanya Fer jangan jail sama gue” Nico langsung tertawa dengan
kerasnya
“ah rese lo co, ini lagi anak satu ketawa kenceng banget” Feri
langsung mencubit kedua pipiku
Keesokan paginya, aku diantarkan kakaku kekampus sekalian
menjemput Fika dan Nico. Dengan penasaran aku menanyakan hal tersebut padanya
“tumben amat ka, mau nganterin adikmu yang kece dan imut ini”
aku tersenyum manis dan kebingungan
“ah sekali – sekali mengantarkan adikku ke kampus tidak apa kan?”
kakakku menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar
“ah gak apa – apa kali ka,” ucapku sambil menyalakan sebuah lagu
Celine Dion dan ikut menyanyikan lagu tersebut
Near, far, wherever you are
I believe that the heart does go on
Once more you open the door
And you're here in my heart
And my heart will go on and on
Kakakku ikut melantukan lagu tersebut dengan fasih dan benar,
aku tersenyum dan tertawa mendengar suaranya yang tidak kalah bagusnya denganku
“sejak kapan lo punya lagu Celine Dion?gak ngomong lagi sama gue,
itu lagu yang paling gue suka de” kakakku langsung mengacak rambutku
“sudah lama kakakku tersayang” aku tersenyum dan mencolek dagu
kakakku dengan memainkan mata
“udah sampe nih rumah Nico, yuk kita turun” kakakku mengajakku
turun dengan manisnya
“gue kirain lo mau nganterin gue kekampus ka” aku sedikit kesal
dengan muka cemberut
“sebentar yaa” kakakku langsung memborgolku dan Nico dengan
kencangnya
“yuk, jalan lagi kekampus bareng aja Co” kakakku langsung
menarik tanganku
Hari pertama dikampus, berjalan biasa saja dengan segala omelan
omelanku pada Nico dan membalasnya
“eh kutu kupret, kalo bukan karena kakakku gue yang nyuruh gue
ogah kaya gini” aku memaki Nico dengan tegasnya
“lah sama kalo bukan karena sahabat gue yang rese itu dan
tantangan yang dia kasih gue ogah kaya gini” Nico membalasnya dengan muka yang
kesal
Dua minggu kemudian aku menjalani rutinitas seperti ini dan aku
sedikit berkurang rasa kesalku padanya
“lah tumben mboy diem aja” Nico menggodaku dengan mencubit
pipiku
“aah gak apa – apa ko Nic cuma lagi bete aja” aku merasakan
jantungku berdegup kencang tidak seperti biasanya
Sebulan kemudian tangan kita dilepas oleh kakakku dan juga Fika
di cafe yang sama dengan perasaan senang dan tersenyum, hari hari kujalani
penuh dengan kebebasan tetapi ada satu yang kurang dalam menjalani hidupku. 2
minggu setelah aku dilepas, aku mencarinya diseluruh kampus tetapi tidak
kutemukan
“ka Feriii” aku memanggilnya dengan lantang
“kenapa dek? Cari Nico?yuk gue temenin ke suatu tempat” Feri
mengajakku menggunakan jazzku yang sudah ku modifikasi
Dengan mata tertutup aku mendatangi tempat tersebut yang tidak
aku ketahui lokasi dan tempatnya, ketika aku membuka mata aku melihat makam yang
didirikan disana. Dengan ketakutan dan kepanikanku langsung aku menahan tangis
“ka, Nico udah gak ada?lo serius ka?” aku menahan tangis dengan
kepanikanku
“hai tomboy” dari belakang ada yang memanggilku
“aahh kutuuu, dikirain gue lo udah ga ada” aku langsung
mengeluarkan air mataku dengan deras
“takut amat kehilangan gue sih” Nico menggodaku dengan mencubit
pipiku untuk kesekian kalinya
“ayok, temenin gue ke makam adek gue sekarang” Nico tersenyum
sangat manis
Aku melihat namanya dan bernama sahabatku Fika Renata Poisedon,
di makam sahabatku aku menangis makin menjadi
“Fikaaa” akupun menjadi lemah dan tak bertenaga
“kenapa lo gak bilang sih kak, kalau dia udah ninggalin kita
semua” aku memukul kakakku dengan kesalnya
“ini An, ada surat dari Fika khusus buat lo” Nico memberikannya
padaku
Isi suratnyaa
Hai Anjani sahabat
gue yang paling baik dan paling menjengkelkan, maaf yaa gue harus pergi
ninggalin elo. Lo tenang aja ya, ada Nico kok yang siap bantuin lo 24 jam
disaat lo butuhin dia. An gue minta maaf ya, uang yang kemarin sebenernya untuk
biaya rumah sakit gue. Gue terkena kanker dan sudah stadium 4, gue gak mau
ngomong sama lo, biar lo gak panik dan gak khawatirin. Gue titip yaa kakak
tercinta gue, dijaga loh ya jangan dimaki – maki terus kasian. Oh iya Nico ini
biarpun nyebelin tapi dia sayang banget sama lo An, dia selalu curhat ke gue
kalau dia benar – benar jatuh hati sama lo, malah jatuh cinta sama lo. Anjani
sahabatku tercinta makasih ya udah mau nemenin
hari – hari gue selama ini. Awalnya gue jujur, gue cuma manfaatin lo
doang buat dapetin kakak lo. Setelah gue dapet kakak lo, gue gak bisa yang
namanya menjauh dari lo An. Lo orang yang asik, yang bisa diajak curhat dan
bisa diajak serius. Jangan lupa penampilan lo dirubah An, biar Nico makin
sayang sama lo hahaha, gue sayang banget sama lo Anjani, sahabat selamanya
Salam
sahabat
Fika
Aku melihat tulisan
tersebut langsung menangis dan memikirkan kejadian yang kita alami bersama, dari
awal kita bertemu hingga saat ini. Nico langsung memelukku dan membisikan kata
I love you Anjani, aku hanya dapat menganggukan kepala sambil tersenyum,
disekalah air mataku olehnya
“oh iya kalian akan ku beritahu kenapa kalian kita borgol” Feri
memberitahu kita tentang kejadian sebulan yang lalu
“kenapa emang?” aku penasaran sekali
“supaya kalian tidak berantem dan tidak adu mulut terus,cape tau
dengernya” Feri tersenyum dalam tangisnya
“rese lo Fer gue kemaren lagi ada deadline tugas, lo malah
ganggu” Nico mengomel dengan kesalnya
“tapi sekarang kalian bersatu kan?” ibuku mendatangiku bersama
Fika
“ah siaal, itu kan Fika ka Fer” mataku melirik ke arah Feri
Fika dan Feri hanya dapat tertawa melihat tingkah laku aku dan
Nico yang malu – malu dan ibuku hanya dapat tersenyum melihat tingkah anaknya
yang sedang jatuh cinta. Dengan malu – malu Nico mengenggam tanganku yang basah
oleh air mataku.
“heh anak mercon, gue mau nikah nih sama Fika lo wajib feminim
ya” Feri tersenyum dengan senangnya
“iya gue feminim deh iya, gak akan ribet kok” aku menganggukan
kepala tanda setuju
Aku hanya merasakan malu dan menutup mukaku dengan tanganku dan
Nico membisikan kalimat yang tidak aku mengerti “LOVE YOU” dan menembakku
didepan kaka dan ibuku, aku hanya dapat menganggukan kepala dan akhirnya kita
semua bahagia, saat ini aku dan Nico memiliki anak 2, Fika dan Feri memiliki
anak 3 dan saat ini pula aku sedang mengandung anak berjenis kelamin wanita
FINISH