Bertemu dengan
lelaki yang kuidamkan ini saat aku berusia 13 tahun merupakan rivalku yang
tidak biasa, lebih hebat dan lebih jago dariku dalam bidang apapun. Jaman mos
pun dimulai
"Sa, kamu gak
lupa kan bawa peralatannya" mamaku mengingatkanku
"gak ko ma aku
bawa semuanya"
"Rey mana Sa? kok
gak keliatan"
"masih tidur ma,
aku bangunin malah ditendang" aku mengeluarkan sedikit air mataku
mamaku memelukku
dengan suka cita
"gak apa sayang,
udah jangan nangis"
"Reeyyy
Reeyy" mamaku memanggil Rey dengan Suara lantangnya
"Sa Sa, bantu mama
bangunin Rey"
Aku menghampiri kamar
Reyno dengan hati yang sangat kesal sekali
"Rey bangun udah
pagi Rey awal kita sekolah bareng ini (waktu SD sekolah kita berbeda)"
Aku langsung tepat
sebelah Rey sambil menggelitiknya dengan riangnya
"mama masih
ngantuk ma" langsung memeluk mamaku
"udah nak bangun
yok"
"Sa jangan
dikelitikin geli Sa" Rey ngambek ga karuan
"bangun Rey"
Aku berteriak dengan bahagianya
"tuh Raisa aja
udah cantik pake baju barunya"
"iya ma"
Reyno bergegas mandi
dan mengganti pakaian putih birunya dengan sangat bahagianya, papaku
menghampiri kami dengan bahagianya
"mana nih
jagoan-jagoan papa yang mau berangkat sekolah?"
aku dan Rey mengampiri
beliau dengan mata manjaku "aku aku pa"
"kamu kan cewe ga
mungkin jagoan"
aku langsung
menghampiri mamaku dengan tatapan ingin menangis, mama dan papaku tertawa
melihat keluguan kita berdua
"ma aku kan cewe
bukan jagoan, jagoan itu cuma buat cowo ya ma?"
mamaku hanya dapat
tersenyum dengan manisnya
"sini
cinderellanya papa"
akupun menghentikan
air mataku dengan senang dan gembiranya dan langsung memeluk papaku dengan hati
yang gembira.
"uuhh jagoan sama
cinderella papa"
"ayok berangkat
sekolah pa"
"iya ayok kita
jalan sekarang"
sesampainya di sekolah
aku bersalaman dengan bapak dan ibu guruku yang mengajariku hingga detik ini,
jam pertamapun dimulai, aku mendapat kabar dari pihak sekolah, aku menjerit
sejadinya yang membuat Rey menjadi pendiam seperti saat ini
"kok papa bisa
kaya gitu?"
dengan mukaku yang tak
percaya dan mengeluarkan air mata sedikit menjadikanku wanita yang kuat hingga
detik dan saat ini
"papa dimana ma?
dimana?" aku mencari-cari dengan tatapan mata yang merah
"papa lagi pergi
nak yang jauh disana"
"kemarin, aku
melihat papa lagi main sama kitty (hewan peliharaanku)"
"mama aja ga
melihat papa nak, dia saat ini sudah bersama dengan para malaikat disana"
"ganteng ga
rupanya ma, sama seperti aku?"
"ganteng dong seperti abang kamu rey"
Kehidupan selanjutnya
ku alami dengan anak yang tak mengerti apapun, yang kuihat hanyalah dia yang
'tak kasat mata' dengan rupa yang terbaik dan kadang menyeramkan
"halo aku
perlita, lagi apa dirimu? senang berkenalan denganmu"
"iya aku juga
senang kenalan denganmu"
"how was your
today?"
"cool is amazing
like it"
Aku menceritakan semua
tentang diriku pada Perlita ini
"Perlita, why you
so sad? are u miss your family?"
"i think so, i
die cause my parent leave me in my apartment in here, cool, hungry. do you have
some food?"
"ga ada perlita,
habis semua, so sorry"
"ya gak apa
kok"
Aku melihat ayahku
bersama Perlita kali ini dan Rey abang kesayanganku? masih saja menangis
tersedu-sedu
"papa, jangan
tinggalkan Rey, gak bisa apa-apa Rey nantinya"
aku menangis di dalam
hati dengan kalimat-kalimat yang tak semestinya kuucap kala itu, mamaku mecoba
untuk menenangkannya
"Rey sudah jangan
menangis lagi, sini mama peluk. Papa udah tenang disana" pelukan mama sangat berarti untukku dan
Rey ketika itu
Sejak saat itu aku
selalu pergi sekolah sendiri tak ada Rey, mama ataupun papaku saat ini aku
merasakan sepi dan sendiri hanya perlita yang aku ingat saat ini dan menjadi
kawanku
"Sa, aku merasa
lelah cape seharian disini"
"lit kamu kenapa
si kaya gitu?"
saat ini pun aku sudah
berusia 13 tahun yang dimana aku sudah berganti seragam menjadi putih biru dan
masih dengan hal yang sama perlitapun tetap bersamaku
"kamu udah gede
ya sekarang, makin cantik dan menggemaskan" perlita memujiku dengan
senyuman manisnya
"RAISAAAAAA,
BERANGKAT YOK LIHAT DEH KITA BAWA SIAPA?"
"kalian bawa
siapa sih?aku penasaran"
"gebetan lo nih
Sa, makin manis kan?"
"jangan Sa, dia
gak baik buat kamu, mending sama Vian yang elas-jelas dia baik sama kamu"
aku memikirkan ulang
yang disampaikan oleh Perlita ini dan akupun langsung berangkat bersama dengan
sahabat-sahabatku
Aku berkenalan
pedekate dan berpacara dengan lelaki yang gak punya pendirian tersebut
"sini sayang aku
suapin kamu"
"ga ah sayang
malu diliatin banyak orang"
"kamu tuh gimana
sih jadi orang kenapa ga percaya sama aku sih, aku tuh rela sama kamu, beliiin
kamu untuk keperluan semuanya, ngebeliin kamu kosmetik sampe beliin kamu
baju"
"yaudah sih yang
aku juga malu ini, aku pulang aja ya"
"kaka jangan
tinggalin perlita biarin perlita disini sama kaka, abis kaka baik sama
lita"
Aku langsug
meninggalkannya begitu saja tanpa basa-basi yang jelas
"kaka jangan
nangis, lita selalu disini sama kaka"
aku mengusapkan kedua
tanganku dengan senyuman manisku
"gpp kok, yuk
kita pulang"
Setelah sekian lama
aku menunggu kepastian dan penantian dari seorang lelaki yang bernama Vian,
pernah menembakku di waktu kita sedang bersahabat dan bersama sampai sekarang
aku menunggu dan menanti hadirnya Vian disisiku karena detik ini aku
merindukannya
FINISH
thanks for perlita, sherly dan jason
semoga kalian tenang di alam sana
thanks for perlita, sherly dan jason
semoga kalian tenang di alam sana